Pertandingan dimulai dengan gol dari tendangan bebas oleh Bahrain yang berhasil masuk ke gawang Indonesia di menit ke 15 oleh Mohamed Marhoon. Kemudian dibalas dua gol dari Indonesia oleh Oratmangoen di menit 45+3 dan Rafael Struick pada menit 74 membuat Indonesia unggul 2-1 terhadap Bahrain. Namun di menit 90+8 dunia dikejutkan dengan corner kick yang diberikan oleh wasit padahal perpanjangan waktu yang diberikan hanya enam menit. Sangat disayangkan, keputusan tersebut menggagalkan Indonesia untuk meraih kemenangan pertama, akibat corner kick yang berhasil dieksekusi oleh pemain Bahrain yang membuat skor berakhir imbang.
Selama pertandingan berjalan, keputusan-keputusan wasit dinilai sangat mengganjal, terutama karena tiupan peluit tanda pertandingan berakhir tidak kunjung dilakukan walaupun bola sudah di tangan Indonesia dan clearance dilakukan di menit 90+7. Hal inilah yang menjadi protes utama para pendukung timnas pada pertandingan kemarin karena penambahan menit hanya selama enam menit. Wasit yang memimpin dinilai memihak Bahrain dengan meniup peluit akhir setelah Bahrain berhasil menyeimbangkan skor setelah tendangan pojok yang diberikan tersebut.Â
Untuk menjadi seorang wasit, ia perlu memiliki sifat yang objektif terhadap kedua tim yang bertanding. Objektivitas seorang wasit merupakan aspek yang sangat penting dalam pertandingan untuk menjaga duel antara kedua tim berjalan sesuai dengan peraturan yang ada sehingga dapat menghasilkan skor yang menunjukkan kerja keras dari tim-tim tersebut. Tentu, jika wasit yang memimpin merupakan wasit yang berat sebelah, pertandingan akan berlangsung dengan kontroversial dan akan terdapat pihak yang dirugikan akibat ketidakadilan wasit.Â
Pertandingan ini jika dibandingkan dengan pertandingan-pertandingan lain bisa digolongkan bisa dibilang terdapat kecurangan. Salah satu kejadian yang menjadi perhatian adalah pertandingan kualifikasi piala dunia lain yang berjalan dengan baik-baik saja. Pertandingan Indonesia melawan Bahrain ini, mengalami perlakukan yang berbeda dengan pertandingan Jepang melawan Arab Saudi di hari yang sama. Saat Jepang sudah melakukan clearance di menit akhir pertandingan dan waktu sudah selesai, wasit langsung meniup peluit, mengakhiri pertandingan sesuai dengan waktu tambahan yang diberikan.Â
Menjadi seorang wasit bukanlah suatu yang mudah bagi semua orang. Terdapat beberapa kriteria dan karakter yang perlu dimiliki. Langkah yang harus dilewati sebelum menjadi wasit dalam pertandingan sepak bola tidaklah mudah. Menurut liputan6.com para wasit tidak hanya dituntut untuk memahami aturan permainan secara mendalam tetapi juga harus melewati kursus resmi yang menambah pengetahuan, kemampuan mengambil keputusan cepat, dan kemampuan fisik mereka. Ditambah lagi dalam setiap pertandingan, mereka memiliki tanggung jawab yang harus dipegang karena akan menentukan skor akhir dari pertandingan.Â
Tentu tantangan menjadi wasit tidak hanya itu, pertandingan sepak bola bisa saja berjalan dengan sangat kompleks yang mengharuskan wasit untuk membuat pertimbangan yang cukup rumit untuk menentukan keputusan. Akan tetapi sifat adil dan sportif  tetap harus mereka pegang selama pertandingan. Oleh karena itu seorang wasit perlu dilatih dengan mendalam agar dapat dengan baik memimpin sebuah pertandingan.
Objektivitas merupakan aspek yang paling penting untuk dimiliki oleh seorang wasit di seluruh olahraga bukan hanya sepak bola. Dengan objektivitas ini, maka wasit akan dihormati oleh suporter, penonton, hingga pemain. Salah satu nama yang terpikirkan ketika berbicara mengenai keadilan dan sportivitas wasit adalah Pierluigi Collina. Wasit kelahiran 1960 ini merupakan wasit yang dikenal sebagai wasit terbaik sepanjang masa berkat ketegasan dan prinsip yang ia pegang selama menjadi wasit pertandingan.Â
Sebuah prinsip yang ia selalu pegang adalah untuk menjadi sebuah orang yang dipercaya dan diterima di lapangan. Ia ingin hasil pertandingan ditentukan oleh kehebatan pemain di lapangan dan bukan karena kesalahan wasit. Dengan prinsip tersebut, Pierluigi Collina menjadi sorotan atas keadilan dan pengambilan keputusan yang tegas walaupun teriakan, protes, atau ancaman kepadanya. Ketenangan dan rasa percaya dirinya membuatnya tidak terpengaruh oleh teriakan pemain ataupun suporter.Â
Namun yang terjadi ketika pertandingan kemarin, hasil pertandingan bisa dikatakan hasil dari kesalahan wasit. Tiupan peluit yang seharusnya dibunyikan malah ditahan hingga pihak Bahrain mencetak gol penyeimbang pertandingan tersebut. Emosi dan kekesalan penonton pun meluap. Seketika, kepercayaan penonton terhadap pengatur lapangan menjadi hilang.
Seperti seekor singa yang kalah dengan seekor kucing karena jalannya pertandingan yang memihak kucing. Segalanya bisa terjadi jika ada keberpihakan terhadap suatu pihak oleh pengatur pertandingan. Ketidakadilan di lapangan sungguh membuat hasil dari pertandingan tidak murni dari kemampuan kedua pemain. Hal ini juga membuat kepercayaan dan hormat pemain, penonton, atau suporter kepada wasit menjadi berkurang.Â
Agar dunia sepak bola bisa berjalan dengan sportif dan adil kembali, masalah seperti ini tidak bisa terus dibiarkan. Hasil pertandingan seharusnya ditentukan oleh kemampuan yang ditunjukkan oleh kedua belah pihak, dan bukan karena kesalahan dari wasit. Sehingga menjadi wasit tidak hanya membutuhkan fisik, kursus, ataupun yang lainnya, namun seorang wasit juga harus menjaga keadilan dan objektivitas terhadap kedua belah pihak agar pertandingan berjalan dengan netral dan memuaskan kedua belah pihak apapun hasilnya.