Namun, harmoni tidak akan datang dengan sendirinya. Diperlukan upaya sadar untuk membangun civic nationalism melalui konektivitas sosial yang inklusif. Ruang-ruang interaksi seperti Ekskursi 2024 menjadi modal sosial yang sangat penting untuk memperkuat persaudaraan lintas budaya dan agama. Ketika siswa Kolese Kanisius bertemu dengan para santri Pesantren Modern Daarul Uluum, prasangka dan stereotip yang mungkin ada sebelumnya perlahan mencair, digantikan oleh pengenalan yang tulus dan interaksi yang menumbuhkan rasa saling percaya. Inilah inti dari toleransi sejati bukan sekadar keberadaan bersama, tetapi kebersamaan yang saling menguatkan.
Ekskursi 2024 memberikan pelajaran mendalam yang tak terlupakan. Komitmen para santri dalam menjalankan ibadah lima kali sehari tanpa keluhan menjadi cerminan kedisiplinan spiritual yang luar biasa. Hal ini menjadi inspirasi besar bagi para siswa Kanisius untuk lebih menghargai dan menjalankan keimanan masing-masing dengan lebih tekun dan sungguh-sungguh. Keberagaman yang kami temui bukan hanya menjadi pelajaran akademik, tetapi juga pelajaran hidup yang memperkaya batin.
Keberhasilan kegiatan ini tidak hanya diukur dari kebersamaan yang tercipta selama tiga hari, tetapi juga dari nilai-nilai toleransi, empati, dan kerja sama yang tertanam dalam diri setiap peserta. Ekskursi 2024 menjadi bukti bahwa pendidikan toleransi tidak hanya dapat diajarkan melalui teori di ruang kelas, tetapi juga dialami secara langsung melalui perjumpaan yang bermakna dan momen kebersamaan yang tulus. Dengan pengalaman ini, kami percaya bahwa masa depan Indonesia yang harmonis dalam keberagaman akan terus terjaga, asalkan anak-anak muda bangsa berani untuk bertemu, berbicara, dan merangkul perbedaan dengan hati yang terbuka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H