Mohon tunggu...
Jovan FrederickSentosa
Jovan FrederickSentosa Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Saya suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bijak Menggunakan AI, Tantangan dan Peluang Menuju Indonesia Emas 2045

8 November 2024   23:16 Diperbarui: 9 November 2024   02:04 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://logowik.com/

Misi Indonesia untuk mencapai Indonesia Emas 2045 yang berdaya saing tinggi sedang menghadapi tantangan besar dalam segi pendidikan. Meskipun teknologi kecerdasan buatan, atau AI, telah diadopsi untuk mempercepat dan mempermudah proses belajar, penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan ketergantungan yang justru menghambat tujuan tersebut. 

Alih-alih membentuk generasi yang kritis, inovatif, dan berkompeten, penerapan AI yang tidak terarah malah bisa menurunkan kemampuan berpikir kritis siswa serta mengurangi inisiatif mereka dalam mencari sumber informasi yang valid.

 Jika tidak diimbangi dengan metode pembelajaran yang tepat, AI dapat menghalangi upaya Indonesia untuk mencetak sumber daya manusia yang unggul. Akankah kemajuan teknologi AI menjadi katalis atau justru menjadi penghambat dalam mewujudkan cita-cita Indonesia untuk mencapai masa emasnya pada tahun 2045?

Penggunaan AI dalam dunia pendidikan semakin marak dan kini menjadi hal yang umum yang dapat dijumpai pada kehidupan kita semua sehari-hari. Kelas virtual, platform pembelajaran daring, dan asisten digital mulai menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses belajar-mengajar. 

Siswa tak lagi sepenuhnya bergantung pada buku teks atau kehadiran guru di kelas fisik, kini segala informasi ada di ujung jari mereka, dibantu oleh algoritma AI yang mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan gaya belajar masing-masing siswa. Namun, apakah kemudahan ini benar-benar menjamin proses pembelajaran yang lebih efektif? AI memang menawarkan kemudahan, tetapi di balik kecanggihan teknologi ini terdapat tantangan baru. 

Saat kemampuan berpikir kritis dan kreativitas seharusnya dilatih, justru dengan adanya AI siswa semakin malas dan cenderung hanya menunggu jawaban diberikan oleh mesin yang belum tentu benar. Mereka terjebak dalam kenyamanan instan tanpa memeriksa validitas informasi yang diberikan.

Contohnya, dalam pembelajaran matematika, AI kini memungkinkan siswa untuk langsung mendapatkan jawaban lengkap beserta langkah-langkah penyelesaiannya. Jika sebelumnya siswa harus memahami konsep dan mencoba menyelesaikan soal dengan metode yang tepat, sekarang mereka cukup memotret atau mengetik soal dan dalam hitungan detik AI akan menyelesaikan soal tersebut dan menyediakan solusi tanpa memerlukan pemikiran mendalam.

 Hal ini sering kali membuat siswa enggan untuk mencoba atau berpikir sendiri, karena merasa jawaban sudah tersedia dengan mudah. Ketergantungan seperti ini membuat siswa malas melatih logika dan keterampilan analitis mereka, padahal matematika membutuhkan pemahaman lebih dalam daripada sekadar jawaban instan.

Menggunakan AI dalam proses belajar mengajar ibarat menggunakan kalkulator untuk menyelesaikan soal matematika. Memang, kalkulator mempercepat proses penghitungan dan membantu dalam soal yang rumit. Namun, jika terlalu sering mengandalkan kalkulator, seseorang bisa kehilangan kemampuan berhitung dasar. Begitu pula dengan AI dalam pendidikan. 

Ketika siswa hanya mengandalkan teknologi untuk mendapatkan jawaban, mereka berpotensi kehilangan keterampilan dasar seperti berpikir kritis dan menganalisis informasi. AI seharusnya menjadi alat bantu, bukan penopang utama, sama seperti kalkulator yang sebaiknya hanya digunakan setelah seseorang paham cara berhitung.

Di sisi lain, AI membuat proses belajar-mengajar menjadi lebih efisien. Siswa dapat mengakses informasi kapan saja dan dimana saja tanpa perlu menunggu penjelasan dari guru di kelas. AI mampu memberikan jawaban instan dan solusi yang disesuaikan dengan pertanyaan yang diajukan siswa. 

Namun, kemudahan ini sering kali mengurangi motivasi siswa untuk mencari sumber informasi yang beragam demi memeriksa validitas dan kebenaran dari informasi tersebut. 

Di masa lalu, siswa perlu mencari referensi dari buku-buku di perpustakaan atau berdiskusi dengan guru dan teman untuk memahami materi secara mendalam. Kini, dengan adanya AI, mereka cukup mengetik materi yang belum dipahami dan menerima jawaban secara instan.

Secara keseluruhan, meskipun AI dapat meningkatkan efisiensi pembelajaran dengan membantu siswa menemukan informasi dengan cepat sesuai kebutuhan, ketergantungan yang terlalu besar terhadap AI menimbulkan masalah. 

Siswa menjadi terbiasa dengan kemudahan ini dan cenderung melupakan proses pencarian informasi yang membutuhkan usaha dan analisis. Mereka menerima informasi yang disediakan oleh AI tanpa mempertanyakan kebenarannya atau kepercayaan sumbernya. 

Demi mencapai Indonesia Emas 2045, siswa perlu bijak dalam memanfaatkannya agar teknologi ini mendukung, bukan menghambat, proses belajar mereka. Kebijaksanaan ini berarti siswa harus memahami bahwa AI hanyalah alat bantu yang menyederhanakan pencarian informasi, bukan sumber utama yang mutlak diandalkan. Menggunakan AI secara cerdas berarti tetap melibatkan kemampuan analisis dan kritis saat menerima informasi yang diberikan teknologi ini.

 Siswa perlu bertanya, “Apakah informasi yang saya dapatkan benar dan valid? Apakah ada cara lain untuk memahami materi ini secara lebih mendalam?” Dengan pertanyaan-pertanyaan ini, mereka bisa mengembangkan rasa ingin tahu dan keterampilan berpikir kritis yang penting dalam menghadapi tantangan di masa depan. 

Selain itu, siswa juga perlu menyadari bahwa keterampilan menyelesaikan masalah, berdebat, dan berdiskusi adalah hal-hal yang harus dilatih dan tidak bisa diberikan oleh AI begitu saja. Dengan memadukan penggunaan AI secara bijak dan tetap mengasah kemampuan berpikir mandiri, siswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih utuh dan siap menghadapi tantangan dalam mencapai Indonesia Emas 2045.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun