Mohon tunggu...
Josua Iwan Wahyudi
Josua Iwan Wahyudi Mohon Tunggu... wiraswasta -

Master Trainer EQ Indonesia sekaligus International Certified EQ Trainer dari Six Seconds USA yang aktif memberikan pelatihan untuk berbagai perusahaan & organisasi. Selain menjadi EQ Coach untuk Indonesial Idol 2012, 2014 & 2018, Josua juga aktif menulis dan telah menerbitkan 38 buku. jumpai beliau di www.shifthinknow.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Apakah Kecerdasan Emosi Itu?

31 Oktober 2018   10:39 Diperbarui: 31 Oktober 2018   11:14 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pada tahun 1994, majalah Time memuat ulasan panjang mengenai EQ (Emotional Quotient). Ulasan itu berusaha menunjukkan fakta-fakta yang menguatkan dugaan bahwa ternyata untuk berhasil dalam kehidupan, EQ (atau Kecerdasan Emosi) memainkan peranan yang lebih penting dari IQ (kecerdasan Intelektual).

Sejak saat itu, Kecerdasan Emosi mulai menjadi populer dan banyak perusahaan maupun organisasi mulai sadar untuk mengembangkan EQ karyawannya.

Di Indonesia sendiri, istilah EQ walaupun sudah banyak didengar, namun sayang pemahaman orang mengenai EQ sendiri masihlah sangat minim. Paling-paling, orang hanya mengetahui bahwa Kecerdasan Emosi adalah sama dengan pandai mengelola emosi. Namun, apa yang dimaksud dengan "pandai mengelola emosi" itu sendiri belumlah dipahami dengan benar.

Masih sangat banyak orang yang mengira bahwa EQ berkaitan dengan soal "marah-marah". Banyak peserta pelatihan saya yang datang di sesi pertama dengan wajah tak senang lantaran dia merasa perusahaannya cukup konyol mengirimkan dia mengikuti training EQ. Dia merasa perusahannya "menuduhnya" tukang marah sehingga mengirimnya untuk belajar EQ.

Kecerdasan Emosi bukan cuma sekedar ilmu untuk mengendalikan kemarahan. Kecerdasan Emosi juga bukan ilmu soal menjadi bersimpati dengan orang lain. Dengan pemahaman yang salah seperti ini, maka banyak orang berpikir bahwa Kecerdasan Emosi (EQ) adalah ilmu untuk menjadi "orang baik" (nice guy). Padahal, itu adalah pemahaman yang jauh menyimpang dari pengertian yang sesungguhnya.

Sedikitnya orang yang benar-benar mendalami Kecerdasan Emosi (EQ) di Indonesia, ditambah orang-orang yang "sok tahu" serta mengajarkan EQ secara serampangan, menjadikan Kecerdasan Emosi (EQ) yang tadinya sangat powerful dan luar biasa dalam menolong hidup kita untuk sukses, menjadi dianggap tak penting dan "cuma gitu aja" pengaruhnya.

JADI APA SEBENARNYA KECERDASAN EMOSI ITU?

Sudah ada banyak buku yang menulis soal EQ, tapi seringkali definisi mereka soal Kecerdasan Emosi malah bisa rumit dan membingungkan. Maka, di artikel ini, saya ingin menjelaskan sebuah definisi yang mudah dan sederhana.

Kecerdasan Emosi adalah kemampuan untuk mengerti perasaan apa yang terjadi dalam diri seseorang, dan bisa memakai perasaan itu untuk menghasilkan keputusan/tindakan yang lebih produktif.

Contohnya. Banyak orang tidak sadar bahwa dirinya stres. Banyak orang sadar dirinya stres tapi tidak tahu harus di'apa'kan rasa stres itu. Banyak orang tidak mengerti kenapa dia bisa merasa sedih tiap kali diabaikan. Banyak orang tidak sadar dia membeli sesuatu karena perasaannya lagi tidak baik. 

Banyak orang tidak mengerti bahwa lawan bicaranya sudah bosan mendengar dia ngomong. Banyak orang tidak mengerti bagaimana berhadapan dengan orang yang gampang marah. Dan masih panjang lagi daftarnya...

Semua contoh di atas adalah contoh bagaimana EQ dibutuhkan dalam hidup kita.

Bahkan, berbagai riset sahih sudah membuktikan bahwa Kecerdasan Emosi (EQ) sangat menentukan kualitas leadership, menaikkan tingkat penjualan para salesman, melipatgandakan kinerja dan produktifitas kerja karyawan, membuat customer service lebih efektif, menaikkan angka keberhasilan pendidikan, mempermudah komunikasi dan terjadinya kerjasama tim, serta secara personal, EQ menolong terciptanya pernikahan yang lebih bahagia dan kehidupan pribadi yang lebih memuaskan.

Apalagi di era digital sekarang ini, EQ lebih-lebih menjadi sebuah kebutuhan mutlak untuk dikuasai karena hasil riset menunjukkan banyak orang menjadi lebih mudah depresi dan moodnya terganggu setelah berselancar di media sosial. Itu sebabnya muncul istilah "Digital Emotional Quotient", yaitu sebuah ilmu yang membahas soal bagaimana menerapkan EQ untuk kehidupan bersosialisasi dalam dunia digital.

Perasaan-perasaan kita sangatlah menentukan keputusan-keputusan kita. Tanpa kesadaran dan pengelolaan yang cerdas, maka perasaan kita bisa "liar" tak terkendali dalam mengarahkan kita kepada keputusan-keputusan yang tidak produktif.

Ini juga alasan mengapa World Economic Forum memasukkan Kecerdasan Emosi (EQ) sebagai 1 dari 10 kemampuan yang mutlak wajib dikuasai di tahun 2020.

Sudahkah Anda memahami soal Kecerdasan Emosi ini? Sudahkah Anda menguasainya? Sudahkah tim Anda dan organisasi Anda memahami pentingnya EQ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun