Kecelakaan maut yang menewaskan sembilan orang pada hari Minggu 22 Januari 2012 , satu diantaranya seorang ibu yang sedang hamil 3 bulan, 4 anggota keluarga yang tewas dalam 1 hari, dan seorang bocah balita berumur 2,5 tahun membuat kita terhenyak. Bagaimana mungkin di sebuah kota besar seperti Jakarta terjadi kecelakaan maut di pagi hari hanya karena seorang pengemudi wanita yang mabuk karena narkoba.
Tersangka dalam kasus ini adalah Afriani Susanti (29) lahir tanggal 14 April 1983, berprofesi sebagai produser film freelance di sebuah rumah produksi ternama. Foto-foto dirinya yang sedang berpesta miras, dugem bersama teman-temannya bertebaran di internet. Dan ia diduga memakai narkoba dan terbukti setelah diadakan pemeriksaan narkoba di Polda Metro Jaya. Afriyani Susanti, atau Afri nama panggilannya, mengemudi sambil mabuk ditemani 3 orang temannya : Adistira Putri Grani (26) dan dua lagi bernama Deny Mulyana (30) dan Arisendi (34). Ketiganya dijadikan tersangka karena terbukti memakai narkoba.
Mengapa hal ini dapat terjadi? Tak dapat dipungkiri bahwa kaum muda Indonesia telah terjebak dengan gaya hidup hedonisme, borjuisme dan materialisme. Afriyani hanya dapat dijadikan salah satu contoh nyata, puncak dari gunung es betapa pemerintah negara kita seharusnya berkaca dan malu pada dirinya sendiri. Narkoba baik jenis shabu-shabu, pt, ganja dan heroin menjadi komoditi umum di kalangan masyarakat muda yang ingin dibilang gaul dan eksis. Lalu ada pula golongan yang ingin agar daun ganja dihalalkan, sampai berdemo di depan gedung DPR . Sungguh terlalu kebejatan moralnya.
Lalu dimana peran serta Polisi dalam menghambat laju peredaran narkoba? Kita sering mendengar botol-botol miras diratakan dengan buldozer, tapi kita jarang mendengar narkoba dimusnahkan. Satu dua kali ada tayangan narkoba itu dibakar, selebihnya? Apakah narkoba-narkoba itu diselewengkan lagi oleh oknum-oknum aparat? Apakah narkoba itu dijual bebas lagi ke semua kalangan? Begitu banyak kasus-kasus narkoba yang menjerat oknum aparat, oknum pemerintahan, mahasiswa, bahkan pelajar-pelajar di Indonesia. Apakah mungkin oknum aparat itu melihat kelakuan atasan-nya yang korup dan memperkaya diri sendiri tanpa memikirkan bawahan-nya lalu bawahan itu juga ingin membalas dan memperkaya diri juga. Sungguh tidak ada yang tahu tetapi banyak yang memakluminya.
Solusi yang pernah dijalankan adalah melakukan tes narkoba di kampus dan di lembaga pemerintahan. Tapi kami rasa ini bukan solusi yang tepat. Hasil tes urine bisa saja diganti atau ditukar dengan orang lain. Ada lagi yang menyuap petugas untuk menukar hasil tesnya dengan hasil urin petugas sendiri dengan imbalan sejumlah uang. Dan bodohnya oknum petugas itu pun menerima saja. Jadi yang paling tepat adalah melakukan razia mendadak. Razia mendadak di kampus, instansi pemerintahan, sekolah-sekolah dan tempat hiburan seperti cafe, billiard centre atau diskotik. Patroli polisi pun diperlukan untuk memantau lembaga-lembaga atau institusi mana yang santer dikabarkan sebagai tempat peredaran narkoba. Seringkali yang terjadi patroli polisi dinilai masyarakat hanya untuk meminta jatah preman saja.
Razia polisi di jalanan pun patut dilakukan secara kontinyu dan konsisten. Jangan hanya karena ada event tertentu saja maka ada razia. Anggaran Polda dan Polres harus diutamakan dalam hal ini. Jadi jika turun hujan atau ada perhelatan bola di tv maka aparat haruslah tetap melaksanakan razia. Kebanyakan razia hanya dilaksanakan di jalan-jalan umum, pada larut malam, jarang dilakukan di jalan besar atau protokoler , mungkin hal ini sudah dipelajari dengan baik oleh para pengedar narkoba kelas kakap. Coba dicek kaus kaki, sepatu ataupun helm dari orang yang dirazia, kalau perlu disertakan juga anjing pelacak. Razia yang efektif adalah razia gabungan dimana personel aparat yang terlibat cukup banyak, jangan hanya razia gadungan yang beranggotakan 4-6 orang oknum aparat dengan jaket hitam tanpa memperlihatkan tanda kepangkatan atau tanda kesatuan dan hanya memperlihatkan buku tilang.
Afriyani yang lain masih sangat banyak, peran orangtua sangatlah dibutuhkan, begitu juga dengan para pemuka agama yang patut untuk diteladani. Perbanyaklah kegiatan keagamaan, perhatikanlah dengan siapa kita bergaul agar jangan terjerat arus pergaulan, bangunlah kegiatan-kegiatan sosial yang positif agar terhindar dari jerat narkoba. Kalaupun sudah terjerat, cepatlah keluar dan jauhilah teman-teman yang seperti itu. Kebanyakan anak-anak yang terjerat dikarenakan lingkungan yang tidak mendukung. Jadi jika anda tahu anak anda sudah terjerat narkoba, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengisolasinya dari lingkungan pergaulannya, mengirimnya bersekolah ke kampung atau mendetoksifikasinya dalam lembaga-lembaga peduli narkoba yang jauh dari lingkungan pergaulan anak.
Kiranya cukuplah satu Afriyani yang menewaskan orang lain yang tidak berdosa karena narkoba, kita tidak membutuhkan Afriyani-Afriyani lain yang menjadi pembunuh di jalan hanya karena mabuk dan tidak peduli dengan keselamatan diri sendiri apalagi orang lain .
BIG GBU!
@jm230112.1910.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H