Pak Presiden Yang Terhormat...
Saya sungguh tidak habis pikir...
bagaimana mungkin di negara Pancasila ini
rakyat dapat digusur dari rumah ibadahnya sendiri?
kita sama-sama sebagai Pancasilais sejati
tahu bagaimana sejarah bangsa ini berdiri...
tahu bagaimana bapak-bapak pendiri bangsa
ingin menyatukan Nusantara dari Sabang sampai Merauke...
sila pertama ingin ditetapkan seperti itu...
namun saudara kita dari Indonesia Timur
kurang berkenan dan tidak ingin bersatu...
lalu diubahlah sila pertama itu menjadi...
"Ketuhanan Yang Maha Esa"
maka kita pun menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia...
Pak Presiden Yang Terhormat...
kenyataan nya sekarang tidak seperti itu...
rumah ibadah kami digusur dan dibakar...
ijin susah diberi dan dikeluarkan...
kalaupun sudah berdiri...
IMB nya akan dipermasalahkan...
dicari-cari kesalahan agar bisa ditutup...
ditutup seperti bioskop usang...
digusur seperti pedagang kaki lima...
dibakar seperti rumah pelacuran...
di Ciketing orang ditusuk
karena tidak punya IMB
di Yasmin mereka digusur
padahal IMB nya ada
dan sesuai dengan hukum
dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku
hanya di negara kita Indonesia
keputusan daerah...
bisa melawan
keputusan Mahkamah Agung.
Pak Presiden...
jika mereka pindah...
kaum radikal akan lebih merajalela...
akan lebih banyak
rumah ibadah yang digusur...
mungkin nanti...
Katedral pun akan dipertanyakan
IMB nya...
apakah hasil menyuap dari Belanda...
lalu apa yang akan terjadi?
semakin banyak konflik horisontal terjadi
ibarat api di dalam sekam...
sementara sang moderat diam saja...
isu SARA dijadikan komoditas politik
pengalih isu dikala perlu...
maka seluruh tumpah darah kita
akan tercerai-berai...
karena suku, ras dan agama yang berbeda...
Bhinneka Tunggal Ika
hanya menjadi hiasan pita
di bawah ekor burung garuda...
kaum radikal menginginkan absolutisme
di bawah bulan dan bintang...
mengembalikan sila pertama Pancasila
hanya menjadi milik mereka
dan menjadikan negara ini negara agama...
sedangkan negara kita berasaskan Pancasila...
bagaimana bisa?
bagaimana mungkin?
yang ada nanti hanyalah perang saudara...
seperti Ambon dulu yang membara...
mulailah bersuara Ayahanda...
sebelum semuanya tak ada yang tersisa...
Pak Presiden Yang Terhormat
Kami tidak minta dibela...
Tuhanlah yang akan membela kami...
jika mereka ingin tutup... tutup saja...
jika mereka ingin membakar... bakar saja...
jika ingin menggusur... gusur saja...
mungkin itu sudah salib kami
dan kami siap untuk memikul-Nya...
fanatisme sempit...
dan pikiran dangkal...
akan kami lawan dengan Kasih...
tapi jangan harap kami akan diam...
akan segala hal yang terjadi...
Pak Presiden...
dimana slogan Damai Itu Indah?
dimana slogan Persatuan dan Kesatuan Bangsa?
apakah itu hanya isapan jempol belaka...
dongeng sebelum tidur...
atau pantun ria jenaka...
hukum dan keadilan harus ditegakkan katanya...
rakyat di sekitar tidak suka katanya...
rakyat yang mana?
bukankah rakyat yang dibayar untuk berdemo...
bukanlah rakyat yang sesungguhnya...
mereka hanya provokator
dan cari perkara saja...
dari satu rumah ibadah
ke rumah ibadah yang lain...
semakin dibabat semakin merambat...
kalaupun negara ini akan dibuat
menjadi negara satu agama...
buat saja...
kami siap menerima...
tapi itulah awal disintegrasi bangsa...
banyak pulau yang akan merdeka...
lalu darimana nanti para koruptor
bisa mencari anggaran dana...
untuk plesir studi bandingnya...
kasihan sekali mereka...
Pak Presiden...
aku hanya ingin bertanya...
Bukankah negara Indonesia
berasaskan Pancasila?
tapi kenapa semua rumah ibadah kami...
sirna...?
BIG GBU!
@jm040112.0608