Covid-19 sungguh mengerikan. Per tanggal 25-04-2020 kasus positif telah mencapai angka 8000 lebih. Suatu pencapaian yang menyeramkan. Berbagai upaya telah di terapkan pemerintah, meski hasilnya belum begitu memuaskan.
Namun bukan saatnya kini untuk berteriak mecari pembenaran dan penyalahan. Yang terpenting adalah saling support di berbagai lini dalam menghadapi wabah global ini.
Berbagai negara menggandeng para ilmuwan berusaha untuk membuat vaksin penyembuhan. Prancis misalnya, mulai meneliti apakah nikotin bisa menangkal covid19.
Begitu pula negeri ini, masih berkutat dengan berbagai cara agar dapat menekan penyebarannya. Tetapi dalam hati kecil saya berucap, akankah kita terus menerus menerapkan sesuatu yang kurang efektif ini?
Disisi lain, pemerintah mencanangkan pememberian bantuan berupa uang tunai ataupun bahan makanan kepada seluruh masyarakat. Ini adalah hal yang sangat mulia.
Namun kembali pikiran saya yang berwawasan sempit ini bergumam, apakah saat ini hanya uang dan makanan yang kita butuhkan? Musuh kita saat ini corona atau busung lapar?
Bila suatu nanti saya diberi bantuan berupa uang ataupun bahan pangan, tentu tetap akan saya terima dengan ikhlas. Walau nurani saya berteriak, bukan ini yang kami butuhkan.
Saat ini, salah satu cara menghadapi penularan covid-19 adalah dengan cara tetap sehat dan memiliki imunitas yang baik. Itu textline yang selalu berputar di kening saya. Lantas? Tak pernahkah Bapak Ibu yang budiman terbesit ide bagaimana membuat masyarakat tetap sehat dan ber imun kuat? Atau cuma saya yang mengkhayal kesana hanya karena Aku Adalah Meteor?
Saya beranggapan bahwa suntik imun booster yang pernah booming di awal-pertengahan tahun 2019 bisa jadi alternatif bantuan yang justru berdampak signifikan terhadap pandemi ini.
Menurut saya, lebih baik diberi bantuan berupa suntikan ini ketimbang uang sebesar Rp.600.ooo,-. Untuk harga imun booster sendiri saya kurang paham, tapi menurut prakira saya tidak akan sampai Rp. 600.000,- dan ini tidak akan memakan waktu lama. Sehingga dapat dikaji dan dievaluasi efektifitasnya.
Saya berangan-angan begini, tiap kelurahan/desa dikerahkan 10 tenaga medis untuk menyuntik tiap-tiap orang. Berdasarkan data Badan Pusat Stastistik (BPS) jumlah kelurahan/desa diseluruh Indonesia adalah 83.441. Â Berarti membutuhkan 834.441 tenaga medis, apapun spesialisasinya yang penting bisa menyuntik.
Jumlah perawat di Indonesia 345.508 orang. Jumlah bidan di Indonesia 324.000 orang yang terdaftar pada Ikatan Bidan Indonesia (IBI) sedangkan bila ditambah dengan yang masih registrasi mencapai 600.000 orang. Jumlah dokter umum di Indonesia 48.280 orang.
Berarti jumlah tenaga medis standar yang kita perlukan ada 993.788, sedangkan kebutuhan penyuntikan imun booster adalah 834.441 yang berarti lebih dari cukup. Untuk waktu pelaksanaan sendiri berdasarkan asumsi saya tidak akan memakan waktu lebih dari 1 pekan. Dan seharusnya dilaksanakan secara serentak dan diberlakukan libur nasional agar tidak ada orang yang terlewat untuk disuntik.
Masuk akal?
Apakah ini bisa menghentikan penyebaran corona? Belum tentu karena belum terbukti dan belum dicoba. Tapi agaknya ini lebih rasional dibandingkan bantuan berupa uang tunai atau beras.
Tetapi itu semua hanya khayalan saya, jangan terlalu dianggap serius. Itu semua cuma permainan angka belaka. Tapi silahkan renungkan imajinasi saya untuk pembelajaran anda dirumah, karena Aku Adalah Meteor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H