Mohon tunggu...
Aku Adalah Meteor
Aku Adalah Meteor Mohon Tunggu... Tentara - Penulis Yang Tersakiti

Menulis sejak kecil saat mulai bisa berbohong. Sadarlah bahwa doktrin lebih berbahaya dari peluru! yosuahenrip.47@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Mawar, Cacing, dan Pohon

24 April 2020   02:14 Diperbarui: 24 April 2020   17:38 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matahari mulai kembali pulang. Seharian mencari rembulan tak dapat. Padahal yg dia cari sedang tidur pulas diatas tilam. Burung-burung mulai kembali ke sarang. Sedangakan ular dan katak bersiap keluar dari liang. Namun batang yg kemarin indah, kini lunglai tak berdaya. Terjuntai diatas tanah. Kelopak yg gugur pun tertiup angin. Ada yg tinggal dan ada yg hilang. Sang biji kecil itu mati dalam keangkuhannya. Dalam kesombongannya kepada setiap individu yg mencintainya. 

Meski begitu, pohon, cacing, rumput, dan semut pun tak pernah menaruh dendam. Mereka mengampuni siapapun yg bersalah kepada mereka. Mereka meratap dalam sedih. Cuma meratap, karena sadar bila pemilik nyawa dan takdir hanya Sang Tunggal. Dalam doa mereka berharap akan ada lagi biji kecil indah nan wangi yg nanti akan hidup diantara mereka. Mereka mengucap mantra sembari berjanji akan menjaga bila nanti diberi.

Hingga saat mentari sirna, hingga saat fajar tiba. Hingga saat hujan melanda, hingga saat terik menerpa, begitu hingga waktu berlalu. Hingga semua lupa akan duka, lupa akan nestapa atas sirnanya bunga nan elok. Meski tanpa bekas jejak hidupnya, namun kisahnya tak pernah lekang. Selalu dituturkan tiap-tiap generasi. Kelak jangan ada yang seperti dia. Belakangan manusia memberi bunga itu suatu nama, Mawar. Walaupun tak penting sebuah nama, bagi mereka adalah kisahlah yg utama. Yg akan selalu melekat hingga akhir hayat.

Josua Soeboko

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun