Kosmologi dan Masalah Kebebasan Tuhan
Alam semesta yang kita kenal saat ini adalah satu alam semesta yang besar, yang terjangkau dan tak terjangkau yang dalam pembahasan sebelumnya, Ibu Karlina menyebutnya Kosmos dengan K besar dan kosmos dengan k kecil.Â
Sejak ada pemikiran atau teori multiverse bukan universe, hal ini mulai menimbulkan banyak pertanyaan. Â Sebelumnya pada tahun 1973 Olaf Stapledon dengan kisah fiktifnya Star Maker tentang sejarah kehidupan alam semesta dianggap oleh C.S. Lewia adalah pemujaan setan, karena tidak sesuai dengn nilai religius.Â
Pemikiran jagat majemuk ini mulai menggelisahkan. Kemungkinan adanya jagat majemuk tentu memberikan perbedaan yang besar sekali, terutama dalam hal konstanta kosmologis. Hal ini juga menimbulkan pertanyaan teologis yang sangat serius tentang kuasa dan kebebasan Tuhan dalam menciptakan alam semesta dengan batasan-batasan ilmu fisika.Â
Sejak abad ke-12 para filsuf dan teolog telah berupaya untuk mempertahankan konsep kebebasan Tuhan yang menghasilkan sekularisasi di dalam filsafat dan di dalam sains. Lalu lahirlah teori tentang alam semesta dan keyakinan bahwa Allah adalah buah kehendak bebas Tuhan, persamaan teori yang paling pasti adalah teori gravitasi Isaac Newton.
Hal berikut yang disampaikan oleh Ibu Karlina berkaitan dengan kosmologi dan kehendak bebas Tuhan adalah teka-teki 137. Angka ini muncul di kalangan ahli fisika ketika bereksperimen dengan atom hidrogen yang mengeluarkan spektrum lalu muncul angka 137. Angka ini mengubah cara pandang alam semesta yang kita kenal dengan segala prosesnya.Â
Dua alasan angka ini unik dan membuat penasaran para ilmuwan adalah, pertama angka 137 ini tidak mempunyai satuan ukuran misalnya seperti konstanta gravitasi atau muatan electron, dan angka ini merupakan factor yang dominan dalam berbagai gejala atom dan molekul tetapi tidak ada teori yang dapat menjelaskan asal-usulnya.Â
Bilangan ini juga menarik karena merupakan jembatan bagi tiga teori yang terpisah yaitu: 1) Teori elektromagnet; 2) Teori kuantum; dan 3) teori relativitas umum. Karena angka 137 menghubungkan ketiga teori ini, angka ini dianggap penting oleh para ilmuwan. Richard Feynman  fisikawan penerima nobel tahun1964 menjelaskan betapa, unik, elok dan penuh  misteri angka 137 ini, bahkan mungkin tangan Tuhan yang menuliskannya. Nilai 137 bukan kebetulan, nilai itu adalah hukum alam sendiri. Ilmuwan jaman sekarang menemukan banyak tetapan alam. Dipermukaan berubah tapi di dasar semua itu ada yang tetap. Setidaknya itulah gambar yang kita dapati dari fisika dan kosmologi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H