Mohon tunggu...
Josua Gesima
Josua Gesima Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S2

Seorang yang berkecimpung dalam Teologi, Filsafat, Ekonomi, Ekologi, dll.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Sains - Philosophy of Science (2)

18 November 2022   07:11 Diperbarui: 18 November 2022   07:20 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Philosophy of Science 

Dari bagian ini, penulis memberikan pengantar berupa penjelasan mengenai ketegangan yang terjadi antara para filsuf. Adanya persaingan yang terjadi dalam menemukan sebuah paham filosofis dan masing-masing menganggap bahwa dialah yang paling benar. Di antara para filsuf yang mencoba menuju kebebasan atau tak terbatas dengan merumuskan paham-paham mereka, Bernstein memberikan batasan (yang sebenarnya tidak sepenuhnya terbatas). Pada bagian ini, Bernstein menguraikan proses hinga hasil dari keteganggan yang terjadi. 

Mulai dari filsafat postempiris, sejarah sains, sains sosial, pemulihan dimensi hermeneutik, filsafat heremeneutik, praksis hingga hubungan dengan politik, demikian pembagian menurut Bernstein. Cartesian Anxiety, sebagaimana yang dijelaskan oleh Bernstein, merupakan awal dari uwaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mucul akibat kontroversi atau perdebatan antara objektivisme dan relativisme yang tidak berakhir menurutnya. Walaupun sebenarnya bukan itu yang menjadi pusat perhatiannya. 

Cartesian Anxiety merupakan sebuah konstruksi. Ketegangan yang terjadi antara para filsuf yang ia jelaskan, juga memberi penjelasan tentangnya. Ia sendiri termasuk dalam proses itu karena ia menghasilkan paham baru dari hari hasil kritiknya walaupun maksudnya adalah untuk menyatukan. Namun hal ini juga menunjukkan tentang bagaimana proses perkembangan dalam filsafat selalu terjadi. Setiap paham filosofis yang muncul, terdapat kritik yang menghasilkan pemahaman yang baru. Seperti kritik yang terus-menerus terjadi terhadap Cartesianisme. Cartesianisme dianggap mewariskan usaha mencari kriteria yang jelas untuk membatasi sains dari nonsains dalam filsafat analitik ilmu.

Objektivisme dan relativisme yang selalu bertentangan, relativisme yang selalu menemukan celah setiap kali objektivisme mengemukakan pernyataan yang dianggap sebuah landasan yang kokoh, menghadapi persoalan tentang rasionalitas. Kemudian, Thomas Kuhn mengemukakan "paradigm shift" yang juga banyak memperoleh kritik. 

Para kritikus menganggap maksud dari pemahaman Kuhn dalam tulisannya dianggap ambigu, tidak jelas, dan kurang memuaskan. Dalam hal ini, Bernstein berusaha berada di antata keduanya, menjadi penengah di antara "miskomunikasi" yang terjadi. 

Bernstein setuju dengan para kritikus kemudian menunjukkan bahwa cara penyampaiannya yang salah dengan menjelaskan apa yang dimaksud oleh Kuhn menurutnya. Namun, terlepas dari ketegangan yang terjadi antara para filsuf dengan paham-paham mereka, bukankah itu menjadi sesuatu yang penting dalam sebuah proses perkembangan? Sehingga hal seperti ini tidak perlu dihindari namun diperlukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun