Mohon tunggu...
Josua Gesima
Josua Gesima Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S2

Seorang yang berkecimpung dalam Teologi, Filsafat, Ekonomi, Ekologi, dll.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hinduisme dalam Pandangan Smith dan Van Voorst

16 November 2022   13:13 Diperbarui: 16 November 2022   13:23 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Singkatnya penggunaan kitab suci Hindu oleh umatnya bergantung pada kasta dan aliran (filosofis, renungan, dl) yang umatnya ikuti. Semua umat Hindu memiliki rasa hormat yang kuat pada kitab Weda dan perasaan akan struktur masyarakat yang terermin dalam kode hukum, dan perasaan yang kuat pada sastra dewa dan dewi yang telah dipilih. 

Sejarah panjang umat Hindu sejajar dengan sejarah kitabnya secara keseluruhan dimana sastra tumbuh melalui asosiasi, karena sakralnya mengundang dan menarik karya-karya selanjutnya  dengan menyesuaikan tema dan gayanya, dan pada gilirannya  menarik lebih banyak sastra. Pengorbanan dan ritual sangat identic dengan kitab Weda, seperti lagu, melodi dan arahan formal disusun Kembali setelah bangsa arya menginvasi india sekitar 1500 sebelum masehi.

Menurut Smith, Weda bukanlah tempat pertama kali saat mulai memahami Kitab Suci India, menurutnya orang hindu akan menjadi "pesaing yang serius" (bagi barat). Kecuali bahwa "polimorfik" (menyembah banyak tuhan) menjadi kata sifat. Kemuliaan hindu dalam keragamanan adalah yang paling sulit bagi orang barat dalam mengakuinya, karena wawasan spiritualnya tidak tajam yang belum menusuk gelembung pola penyelamatan kesatuan. 

Alasannya adalah karena rasa hidup umat Hindu yang sangat humanis dan personalis, termasuk kehidupan spritualnya. yang telah berkontribusi pada prinsip umat hindu; bahwa agama harus beraneka ragam seperti halnya kepribadian dan kelompok. Gagasan personalis-humanis, yang disebutkan di atas artinya melampaui batas, yang dapat diuraikan sebagai yang memegang ketuhanan adalah manusia yang telah disempurnakan atau, sebaliknya, bahwa kemanusiaan adalah keilahian yang terdistorsi oleh duniawi.  

Kesimpulan dari tentang apa yang telah terjadi di India. Situasi Hindu dalam keragamannya, kekayaannya, perkembangannya yang panjang, tampaknya akan memungkinkan untuk memahaminya hanya sebatas, dengan mengenali perjalanan melalui semua rasa manusia yang bertahan dari realitas transenden (realitas yang hanya dapat diakases oleh pikiran) dan realitas itu dapat diakses oleh umat manusia.

 Setelah menangkap realitas, dan mampu memahaminya melalui berbagai bentuk verbal (tradisi spiritual). Kesadaran manusia akan transendensi lah yang membuat kitab suci dapat dipahami bagi mereka Umat Hindu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun