Mohon tunggu...
Josua ap Simamora
Josua ap Simamora Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa universitas sumatera fakultas ilmu sosial dan ilmu politik dari prodi ilmu komunikasi.dan saat ini saya sedang menjalani semester 5

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peluang dan Tantangan terhadap Penerapan TI dan Komunikasi di Perpustakan

8 Januari 2023   21:48 Diperbarui: 8 Januari 2023   21:49 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama :josua ananda putra simamora
NIM :200904007
Etika &  Filsafat komunikasi A FISIP USU

Pendahuluan

Dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2017 pasal 22 ayat 3 disebutkan Perpustakaan umum yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Desa/ Kelurahan mengembangkan sistem layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Kemudian dalam pasal 23 ayat 5 disebutkan Perpustakaan Sekolah/ Madrasah mengembangkan layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Selanjutnya dalam pasal 24 ayat 3 Perpustakaan Perguruan Tinggi mengembangkan layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. 

Dalam pasal 42 ayat 3 kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan peningkatan layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memanfaatkan sistem jejaring perpustakaan yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Dan ada beberapa pasal lainnya. Kalimat "mengembangkan sistem layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi" dan yang senada dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 diulang di beberapa pasal yang berbeda pada semua jenis perpustakaan dan tentang kerjasama perpustakaan. Hal ini menggambarkan bahwa mengembangkan perpustakaan berbasis teknologi informasi merupakan amanat yang wajib dilaksanakan oleh para penggiat perpustakaan.

Bagaimana perpustakaan di masa depan selalu menjadi bahasan menarik. Banyak dugaan yang berkembang di kalangan insan perpustakaan namun sebagian besar mengarah kepada perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Jika hal itu tepat maka kemudian yang harus dipikirkan kemudian adalah bagaimana memberdayakan teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan dengan konten yang tepat. Teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan hadir setelah berabad-abad perpustakaan konvensional melayani pemustaka dengan segala bentuk koleksi dan layanannya.  

Jika perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi adalah perwujudan perpustakaan di masa depan maka perpustakaan harus mampu mengakomodir koleksi-koleksi konvensional yang telah ada sebelumnya pada perpustakaan konvensional. Yang perlu diperhatikan dalam hal tersebut adalah bagaimana perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi memperlakukan wujud asli dari koleksi yang telah dialih mediakan. Jika di masa depan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi menjadi kenyataan maka kita perlu memahami perubahan seperti apa yang akan terjadi. 

Diperkirakan akan terjadi perubahan cara dalam pemanfaatan dan akses informasi yang tersedia di perpustakaan. Perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi membuat akses kepada informasi menjadi terbuka lebar tanpa batas dan siapapun dapat berkontribusi di dalamnya. Untuk itu perpustakaan diharapkan dapat mengolah dan mengelola informasi yang tersedia menjadi dapat dimanfaatkan secara tepat guna. Munculnya teknologi informasi dan komunikasi secara umum telah membawa perubahan yang sangat besar pada perkembangan masyarakat, khususnya dalam bidang pendidikan, pembelajaran dan penelitian.

Pembahasan

Peluang Penerapan Perpustakaan Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi

Pilihan Teknologi Yang Beragam dan Minim Biaya Sekarang pengelola perpustakaan dapat dengan mudah untuk menerapkan teknologi informasi dan komunikasi pada perpustakaannya. Tidak seperti pada masa awal pengembangan perpustakaan digital dimana menerapkan teknologi informasi dan komunikasi pada perpustakaan merupakan sebuah masalah besar berkaitan dengan masih terbatasnya pilihan teknologi yang tersedia diikuti dengan harga yang tidak bisa dikatakan murah. 

Sekarang ini perkembangan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi sudah memasuki dekade ketiga dimana teknologi informasi sebagai tulang punggung dari perpustakaan digital telah juga berkembang dengan sangat pesat. Teknologi yang dimaksud disini mencakup pada perangkat

  • keras dan lunak. Perkembangan yang sangat pesat ini membawa dampak positif bagi pengguna teknologi dimana kini telah tersedia banyak pilihan perangkat keras dan lunak yang berkaitan dengan penerapan perpustakaan berbasis tekonologi informasi dan komunikasi. Meluasnya pilihan ini menimbulkan konsekuensi logis yaitu harganya relatif menjadi lebih murah bahkan gratis. Umumnya perpustakaan merupakan sebuah organisasi yang cost center sehingga hal-hal yang berkaitan dengan pendanaan perlu diperhatikan dengan cermat agar efektif dan efisien. Dengan harga penerapan teknologi yang semakin terjangkau dapat dikatakan penerapan perpustakaan digital tidak lagi menjadi momok yang menakutkan bagi para pemilik modal untuk menginvestasikan modal mereka di dalam perpustakaan digital. Perpustakaan digital juga menjanjikan akses yang lebih luas dan koleksi yang lebih beragam.
  • Jika pada perpustakaan konvensional koleksi yang beragam harus diikuti dengan tempat penyimpanan dan perawatan khusus, pada perpustakaan digital koleksi yang beragam hanya memerlukan satu cara penyimpanan dan perawatan karena semua sudah tersedia dalam bentuk digital. Oleh sebab itu perpustakaan digital dituntut memperkaya koleksinya di luar koleksi yang berbasis teks. Karena dengan menerapkan perpustakaan digital akan membuka kesempatan bagi perpustakaan untuk memiliki koleksi yang sebelumnya jarang ada di perpustakaan konvensional seperti media gambar dan audio visual. Karena hal tersebut juga akan memberikan pendekatan baru pada pemustaka dalam 'membaca' koleksi perpustakaan. Mau tidak mau harus kita sadari bahwa tidak semua orang memiliki kegemaran membaca teks sehingga perpustakaan perlu memberi alternatif baru bagi pemustaka dalam mengakses informasi dari perpustakaan.

Standardisasi Isi Data dan Format Data Pilihan teknologi beragam dalam perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi sering kali membuat pengguna bingung bagaimana jika nanti ingin beralih ke sistem lain yang berbeda dari yang telah digunakan sebelumnya. Atau bagaimana jika perpustakaan ingin mengintegrasikan datanya dengan perpustakaan lain dengan sistem otomasi yang berbeda padahal integrasi data antar perpustakaan untuk berbagi sumber daya merupakan tindak lanjut dari perpustakaan digital itu sendiri. 

Untuk itu muncul gagasan untuk melakukan standardisasi untuk isi data dan format data dalam sistem perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Sebuah sistem perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi mengelola berbagai sumber daya digital seperti dokumen, gambar, audio, video, atau source code.

Setiap sumber daya terdiri dari satu atau lebih file yang diwakili oleh salah satu metadata. Standar metadata yang sudah umum digunakan untuk standar isi data dalam ilmu perpustakaan sudah dikenal delapan area deskripsi sesuai International Standard Bibliographic Description (ISBD). Standar ini sudah lama dikenal dalam pengelolaan koleksi perpustakaan sehingga dalam otomasi sistem ini menjadi acuan dalam standar isi data.

Tantangan Penerapan Perpustakaan Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi 

 Perkembangan Teknologi Yang Sangat Cepat Teknologi informasi dan komunikasi menjadi teknologi yang cepat berkembang dan memiliki peran yang paling vital terhadap masyarakat. Diawali dari penemuan telegraf dimana informasi dan komunikasi dapat disebarluaskan dengan cepat namun dengan jarak dan volume yang terbatas. Kemudian dilanjutkan dengan penemuan radio dimana informasi dan komunikasi untuk pertama kalinya dapat disebarluaskan secara real time namun masih terbatas jarak hingga penemuan telepon dimana paradigma komunikasi jarak jauh yang pada masa awal perkembangan teknologi komunikasi dan informasi

masih hanya bersifat satu arah berubah drastis menjadi komunikasi dua arah sehingga memungkinkan dua orang dapat bertukar informasi dan berkomunikasi di saat yang sama. Teknologi internet adalah tingkat lebih lanjut dari teknologi informasi dan komunikasi. Internet muncul disaat mulai mapannya perkembangan teknologi informasi. Awalnya teknologi internet ini dipersiapkan untuk menghadapai perang dunia ketiga. Teknologi internet dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat sebagai bentuk lanjut alat komunikasi di medan perang. Pada masa awal perkembangan internet hanya baru bisa menghubungkan puluhan komputer dan hanya terbatas di lingkungan Departemen Pertahanan Amerika Serikat. 

Memasuki awal tahun 1990an merupakan masa bersejarah internet dunia. Pada masa itu mulai dirintis internet untuk digunakan oleh masyarakat sipil. Hingga pada tahun 1992 sudah ada sekitar satu juta unit komputer yang terhubung di seluruh dunia dengan lebih dari tiga ribu situs internet. Teknologi telah berkembang dengan sangat cepat saat ini. Terutama dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi. Banyak hal yang baru saja ditemukan dapat dengan cepat menjadi ketinggalan zaman.

Adaptasi Manusia Terhadap Teknologi yang Diterapkan Pembanguan teknologi informasi dan komunikasi Indonesia pada tahun 2016 dinilai tak bergeming dibanding tahun 2015. Posisi Indonesia dalam ICT Development Index tetap seperti pada tahun 2015 berada di posisi 115 dunia dengan nilai 3,86. Dibanding negara lainnya di ASEAN, posisi Indonesia terlihat jauh tertinggal. Hal tersebut terdapat pada laporan ICT Development Index (IDI) 2016 yang diluncurkan International Telecommunication Union (ITU), organisasi PBB yang mengurusi teknologi informasi dan komunikasi. IDI (ICT Development Index) merupakan indikator pembangunan TIK yang dikeluarkan International Telecommunication Union. Indikator IDI terdiri dari 11 indikator yang dibangun dari 3 sub-index yang meliputi kemajuan dan pembangunan infrastruktur TIK (ICT Access), penggunaan TIK (ICT Use) dan keterampilan SDM TIK (ICT Skill). Untuk kawasan Asia Tenggara, Singapura berada di atas dibanding negara ASEAN lainnya, dengan nilai 7,95 dan berada di posisi 20 dunia. Kemudian Malaysia di posisi 61 dengan IDI 6,2. Brunei Darussalam berada di posisi 77 dengan index 5,33, ada Thailand di posisi 82 dengan nilai index 5,8. Di atas Indonesia, masih ada Viet Nam di posisi 105 dengan index 4,29 dan Filipina yang mendapat nilai index 4,28 dan berada di posisi 107. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terbukti sangat berpengaruh pada perkembangan perpustakaan. Meski pada dasarnya teknologi adalah alat, namun dengan menggunakannya ternyata terjadi perubahan atas pola pikir dan pola tindak penggunanya. Demikian juga dengan pola pikir dan pola tindak pustakawan. Perubahan yang terus terjadi hingga masa ini menuntut terjadinya peningkatan kapasitas diri pada pustakawan. Peningkatan itu meliputi kompetensi, kecerdasan dan perbaikan sikap.

Meredith Farkas menyebutkan beberapa keterampilan yang perlu dimiliki oleh pustakawan sekarang ini, yaitu:

  • 1. Mampu menguasai teknologi informasi yang digunakan
  • 2. Mampu mengelola, baik dirinya maupun layanan yang diampunya
  • 3. Mengajar adalah keterampilan yang harus dimiliki

Daftar Pustaka

Alfatih, M. I. (2016). Utilization of Information and Communication Technology in Coordination Between the National Library with the Provincial Library. Record and Library Journal, 1(2), 120-128.

Arif, I. (2003, October). Konsep dan perencanaan dalam automasi perpustakaan. Makalah Seminar dan Workshop Sehari "Membangun Jaringan Perpustakaan Digital dan Otomasi Perpustakaan menuju Masyarakat Berbasis Pengetahuan "UMM 4 Oktober 2003.

Fahmi, I. (2005). Development of Indonesia's national digital library network. Design and Usability of Digital Libraries: Case Studies in the Asia Pacific, 1-21.

Kordha, E., Gorica, K., & Ahmetaj, L. (2011). MANAGING IT INFRASTRUCTURE FOR INFORMATION SOCIETY DEVELOPMENT.THE ALBANIAN CASE. Romanian Economic and Business Review, 6(2), 122-131. Retrieved from http://search.proquest. com/docview/1140196791?accountid=17242

M Solihin Arianto, A., & Ahmad, S. (2012). Isu-isu Pengembangan Perpustakaan Digital di Indonesia. Maharsi, S. (2004). Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi Terhadap Bidang Akuntansi Manajemen. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 2(2), pp-127.

Pinprayong, Boriboon. (2016). ASEAN ICT Manpower: Case Study of Thailand, Indonesia, and Vietnam.

Preedip, B. B., & Krishnamurthy, M. (2013). Library automation to resource discovery: A review of emerging challenges. The Electronic Library, 31(4), 433-451. doi:http://dx.doi.org/10.1108/EL-11-2011- 0159

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun