Mohon tunggu...
JOSSEP TITIRLOLOBY
JOSSEP TITIRLOLOBY Mohon Tunggu... Lainnya - Lulusan Universitas Pattimura Tahun 2023

Saya adalah seorang yang suka menulis tentang topik ekonomi, hukum, kebahasaan, dan keuangan karena saya menyukai kompleksitas dan keragaman yang ditawarkan oleh bidang-bidang ini. Saya cenderung mendekati topik-topik ini dengan minat yang mendalam, memecahkan masalah dengan pemikiran analitis, dan menemukan cara untuk menjelaskan konsep-konsep yang rumit dengan cara yang mudah dimengerti.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Generasi Z dalam Memutus Mata Rantai Sandwich Generation

12 Mei 2024   20:50 Diperbarui: 12 Mei 2024   21:12 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kalian mungkin pernah mendengar istilah Gen Z atau (generasi Z) yang berarti kelompok yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Tapi pernakah kalian mendengar istilah Sandwich Generation atau generasi sandwich? Istilah ini bukan berarti bahwa generasi ini sering makan sandwich, tetapi makanan sandwich disini di analogikan sebagai bentuk atau gambaran yang paling sederhana dari kehidupan generasi sandwich itu sendiri. 

Coba kalian bayangkan bentuk dari sebuah sandwich dimana terdapat tiga lapisan. Lapisan pertama biasanya berupa roti, kemudian lapisan tengah diisi dengan isian seperti sayuran, keju, daging, dan lain sebagainya, serta ditutup dengan roti lagi sebagai lapisan ke tiga. Lapisan pertama itu diartikan sebagai generasi tua (orang tua), lapisan tengah adalah diri kita sendiri dan lapisan ketiga adalah generasi dibawah kita (anak-anak). sehingga bisa diartikan bahwa generasi sandwich adalah generasi/individu yang terjebak antara menanggung dan merawat diri mereka, anak-anak mereka, dan orang tua secara bersamaan.

Sebagai generasi Z coba bayangkan dan posisikan diri anda sebagai seorang generasi sandwich yang harus menanggung seluruh kebutuhan mulai dari kebutuhan kedua orang tua, kebutuhan istri dan anak, kebutuhan saudara dan kebutuhan anda sendiri di masa depan. Sudah pasti akan sangat berat, apalagi jika diperparah dengan kedua orang tua yang tidak memiliki tabungan hari tua yang cukup, atau di keluarga hanya anda yang bekerja, belum lagi di hadapkan dengan kebutuhan hidup yang meningkat seiring berjalannya waktu. Dalam kondisi seperti ini tentu menjadi tekanan bagi diri sendiri yang pada akhirnya memberikan dampak buruk baik secara fisik maupun mental.

Di Indonesia sendiri, generasi Z menduduki peringkat pertama dengan jumlah 74,83 juta orang atau 27,94% dari jumlah populasi. Sedangkan 25,87% atau 69,38 juta orang merupakan generasi milenial yang lahir antara tahun 1981 sampai 1996 sehingga rata- rata usia generasi milenial adalah 26-40 tahun karena itu tidak heran kalau generasi sandwich didominasi oleh generasi milenial. Hal ini juga di perkuat oleh data survei CNBC Indonesia tahun 2021 yang mengungkapkan bahwa 48,78% Masyarakat produktif (25-45) merupakan generasi sandwich akibat tanggungan keuangan yang tinggi bagi keluarga. Namun, bukan berarti bahwa generasi Z terbebas begitu saja dari generasi sandwich, justru gen Z inilah yang berpotensi besar menjadi generasi sandwich jika tidak di imbangi dengan aksi nyata sejak usia muda. Hal ini penting mengingat generasi sandwich sifatnya turun- temurun apabila tidak di hentikan dari usia muda.

Perencanaan keuangan orang tua yang gagal merupakan salah satu faktor utama seseorang menjadi generasi sandwich. Orang tua yang memiliki perencanaan keuangan yang baik untuk masa tuanya tentu tidak akan merepotkan anaknya dikemudian hari. Beban yang di pikul sang anak pun lebih rendah sehingga dapat lebih fokus untuk hal lain seperti pernikahan, pendidikan lanjut, atau kebutuhan lain seperti rumah, kendaraan pribadi dan sebagainya. Implikasinya tentu sang anak akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik atau sederhananya bahagia. Walaupun pada kenyataannya kebahagiaan generasi sandwich cukup relative. Menurut Ferlistya Pratita Rariet al (2022) adanya orang tua tidak menjadi persoalan karena kehadiaran mereka di tengah keluarga justru dinilai meringankan pekerjaan seperti mengurus anak (cucu) serta urusan rumah tangga lain dengan catatan sudah memiliki kebebasan finansial.

 Gaya hidup konsumtif yang tidak terkontrol dan cenderung menuju hedonisme merupakan salah satu faktor lain dalam mendorong munculnya generasi sandwich. Pola konsumsi yang tidak terkendali yang berdampak pada pengeluaran yang berlebihan, meninggalkan sedikit atau bahkan tidak ada dana yang dialokasikan untuk tabungan masa depan. Oleh karena itu, generasi ini sering kali terjebak dalam utang yang membebani, karena prioritas saat ini lebih condong kepada kepuasan instan dan kesenangan sesaat daripada memikirkan persiapan untuk masa tua atau kebutuhan penting lainnya. Akibatnya, ketika tiba masa di mana mereka harus mendukung kedua sisi keluarga, yaitu orang tua yang memerlukan biaya Kesehatan serta biaya hidup anak- anak mereka menyebabkan mereka terjepit secara finansial dan emosional. Mereka merasa terikat untuk memberikan dukungan kepada kedua generasi tersebut walau belum bebas secara finansial.

Generasi Z memegang peran kunci dalam memutus mata rantai generasi sandwich melalui kesadaran dan tindakan mereka dalam mengelola keuangan dan mempersiapkan masa depan secara bijaksana sejak usia muda. Generasi ini memiliki akses terhadap informasi dan pendidikan keuangan melalui internet, platform media sosial, dan sumber daya lainnya, yang memungkinkan mereka untuk belajar dari kesalahan generasi sebelumnya dan mengambil langkah-langkah preventif untuk menghindari jebakan finansial di masa depan. Selain itu, Gen Z juga cenderung memiliki sikap yang lebih kritis terhadap gaya hidup konsumtif, lebih memilih untuk berinvestasi dalam hal-hal yang memiliki nilai jangka panjang daripada sekadar memenuhi keinginan sesaat. Dengan demikian, generasi ini diharapkan mampu menciptakan pola keuangan yang lebih seimbang, memungkinkan mereka untuk memberikan dukungan yang lebih besar bagi keluarga mereka tanpa harus terjebak dalam tekanan finansial yang berlebihan.

Selain peran dalam pengelolaan keuangan, Generasi Z juga diharapkan memiliki peran dalam membawa inovasi dan solusi teknologi yang dapat membantu mengurangi beban generasi sandwich melalui platform digital dan aplikasi yang memfasilitasi keluarga serta menyediakan layanan perencanaan keuangan yang mudah diakses dan dipahami. Penggunaan teknologi untuk menciptakan solusi yang efektif dan efisien dalam mengatasi tantangan yang dihadapi oleh generasi sandwich, seperti memudahkan akses literasi keuangan, mengelola perencanaan keuangan keluarga, dan menciptakan peluang-peluang pendapatan tambahan di era persaingan saat ini. Dengan demikian, Gen Z tidak hanya menjadi agen perubahan dalam paradigma keuangan dan gaya hidup, tetapi juga menjadi pilar dukungan yang kuat bagi keluarga mereka dalam menghadapi tantangan generasi sandwich.

Generasi Z memiliki peran yang sangat penting dalam menghentikan siklus beban finansial yang terus berlanjut dari satu generasi ke generasi berikutnya, yang dikenal sebagai generasi sandwich. generasi ini harus memahami betapa vitalnya mengelola uang dengan cerdas dan memanfaatkan teknologi dengan efektif. Dengan kesadaran akan perlunya menabung untuk masa depan dan menghindari pemborosan yang berlebihan, generasi ini harus mampu membangun dasar keuangan yang lebih kokoh untuk diri mereka sendiri dan keluarga. Menggunakan kreativitas dan keahlian teknologi untuk menciptakan solusi inovatif dalam perencanaan dan literasi keuangan. Pada akhirnya generasi ini tidak hanya mewarisi tantangan dari generasi sebelumnya, tetapi juga menjadi agen perubahan yang membawa manfaat besar bagi kesejahteraan keluarga dan masyarakat secara keseluruhan.

Sumber: 

Indonesia Milenial Report 2022 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun