Mohon tunggu...
Joshua
Joshua Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - SMA Kanisius

berpikir kritis, membaca, petualang

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Gula, Si Manis nan Mematikan

19 Juli 2024   11:23 Diperbarui: 19 Juli 2024   12:47 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://www.medicalnewstoday.com

Keberadaan gula dalam makanan dan minuman komersial sudah menjadi hal yang biasa. Mayoritas minuman yang kita temui di supermarket, toko serba ada, dan toko-toko menjual minuman dengan pemanis. Hal itu sebanding dengan tingginya tingkat konsumsi minuman berpemanis di kalangan masyarakat. Indonesia menduduki peringkat ke-3 di Asia Tenggara dengan jumlah konsumsi sebanyak 20,23 liter/orang/tahun. 

Dalam artikel bertajuk The Toxic Truth About Sugar, mengkonsumsi gula dalam jumlah berlebih bisa menjadi pembunuh kejam, pelan tapi pasti. Tingginya konsumsi minuman berpemanis berkontribusi pada tingginya angka kematian, obesitas, dan penderita diabetes di Indonesia. Diabetes, yang dulunya dikenal sebagai penyakit orang dewasa, kini merasuk juga pada anak-anak dan remaja.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya konsumsi minuman berpemanis. Faktor pertama adalah lemahnya sistem regulasi yang mengatur tentang penjualan minuman berpemanis. Dalam UUD 1945 atau peraturan kementerian, tidak ada definisi standar minuman berpemanis. Faktor kedua adalah terjangkaunya harga minuman manis di Indonesia. Faktor terakhir adalah tingginya promosi minuman berpemanis di media sosial. Sifat gula dikatakan sama seperti "racun" sehingga pemerintah harus mengambil tindakan untuk membatasi konsumsinya. Keberadaan gula bisa membuat kecanduan bahkan kematian, sama seperti rokok, alkohol, dan narkoba. 

Apakah Gula Berbahaya?

Pada dasarnya, gula terdapat pada buah-buahan, sayur-sayuran dan bahan-bahan organik pada tingkat yang berbeda-beda. Dalam ilmu pengetahuan, gula dibedakan menjadi 3, yakni monosakarida (satu molekul gula), disakarida (dua molekul gula), dan polisakarida. 

Monosakarida dan disakarida adalah molekul gula yang mudah dicerna karena bentuknya sederhana. Sedangkan, polisakarida membutuhkan proses lebih lanjut untuk memecah molekul gula menjadi lebih sederhana.

Tubuh memiliki sistem tersendiri untuk mengatur kadar gula dalam darah. Apabila kadar gula di dalam darah sangat tinggi, tubuh akan memproduksi hormon insulin untuk mengubah glukosa menjadi glikogen. Glikogen yang dihasilkan kemudian di simpan di dalam otot dan hati sebagai cadangan. Apabila tubuh memerlukan gula, maka tubuh akan memproduksi hormon glukagon yang berfungsi untuk memecah glikogen menjadi glukosa kembali.

Kedua hormon tersebut diproduksi oleh organ pankreas. Apabila kadar gula dalam darah selalu tinggi, maka pankreas akan "dipaksa" untuk bekerja lebih keras. Hal ini memungkinkan terjadinya resistensi insulin. Resistensi insulin terjadi ketika sel-sel tubuh menjadi kurang sensitif terhadap insulin. 

Kadar glukosa yang tetap tinggi membuat penderita diabetes memiliki risiko tinggi mengalami luka terbuka yang sulit sembuh. Hal itu bisa memicu terjadinya infeksi dan diperlukan operasi medis untuk menyembuhkannya. Tidak jarang kita mendengar bahwa pasien diabetes yang sudah parah mendapat amputasi untuk mencegah infeksi menyebar ke bagian tubuh lainnya.

Pemerintah Mengambil Tindakan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun