Bila saya jelaskan sebagai sebuah cerita, mungkin seperti ini gambarannya :
Mata : "Tidak!! Di depan kita ada ular!! Apa yang harus aku lakukan tubuh? Aku takut!!"
Amigdala : "Ini ancaman berat, kita hanya punya tiga pilihan yaitu MELAWAN atau MENGHINDAR atau DIAM saja tunggu digigit. Coba kita tanya ke Hipotalamus"
Hipotalamus : "Duh, kayanya kita harus LARIÂ dari ancaman ini. Kita bisa terluka berat bila digigit oleh ular ini. Oke, saatnya aku kirimkan sinyal ke sistem saraf otomatis. Aku akan suruh dia untuk memproduksi bahan bakar untuk bergerak"
Sistem Saraf Otomatis (SSO) : "Baik hipotalamus. Kita akan siapkan bahan bakar berupa adrenalin dan kortisol, hormon stres yang bisa bantu kita untuk gercep (gerak cepat) dan lari dari ancaman ini". Dan seketika itu juga, manusia lari menjauhi si ular
Ketika berhadapan dengan sumber stres atau ancaman, memang tidak sekompleks itu. Terjadinya sangat singkat, bahkan bisa dalam hitungan detik.
Secara umum, pada saat SSO terstimulasi, sensasi yang dirasakan oleh beberapa anggota tubuh antara lain (Nunez, 2020):
Detak jantung
Pada kondisi seperti ini detak jantung menjadi lebih cepat untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Namun pada saat tubuh "membeku", detak jantung bisa jadi meningkat atau menurun.
Paru-paru
Nafas menjadi lebih cepat utnuk memasok oksigen ke dalam darah. Pada saat kondisi freeze, mungkin Anda akan menahan nafas.
Mata
Jangkauan pengelihatan Anda menjadi lebih luas untuk mengamati kondisi sekitar. Pupil akan terdilatasi dan mengijinkan sumber cahaya masuk lebih banyak (sehingga pengelihatan Anda semakin lebih jelas).
Telinga
Pendengaran Anda akan jauh lebih peka dari biasanya.