Mohon tunggu...
Joshua
Joshua Mohon Tunggu... Konsultan - Akun arsip

Akun ini diarsipkan. Baca tulisan terbaru Joshua di https://www.kompasiana.com/klikjoshua

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Antara Liputan SEA Games dan Kritik Arman Setiady

21 November 2011   17:21 Diperbarui: 6 Januari 2016   19:47 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasianers yang budiman,

Melalui artikel ini, saya merasa perlu untuk mencurahkan sedikit isi hati saya, juga untuk menjawab berbagai dinamika yang ada dengan berjiwa besar. Saya sungguh menjunjung tinggi sportivitas, keterbukaan, juga kebebasan berpendapat dalam dunia blogging di Kompasiana.

Sungguh pening bukan kepalang kepala saya saat membaca rangkaian kritik yang dilontarkan Kompasianer Arman Setiady belakangan ini. Saya merasa bahwa kritikan yang dilontarkannya memang cukup beralasan. Ia mengkritisi protes yang sempat saya layangkan kepada juri saat menjadi pecundang dalam lomba blog Grand Launching Kompas TV, 9 September 2011 yang lalu--hingga kehadiran saya sebagai pewarta langsung ajang SEA Games 2011.

Perlu diketahui bahwa saat melakukan protes soal kekalahan saya dalam lomba blog Grand Launching Kompas TV, saya secara sportif menghubungi Admin Kompasiana melalui jalur resmi. Admin Kompasiana telah memberitahu saya bahwa penentuan pemenang merupakan hak prerogatif juri yang tidak dapat terbantahkan, mutlak dan tidak dapat diganggu gugat. Setelah menerima klarifikasi yang saya rasa cukup dan jelas, saya tidak lagi merasa kecewa. Justru saya telah melakukan yang terbaik. Dan saya tidak merasa saya adalah pemenang kontes sedari awal seperti yang banyak dituduhkan! Boleh dilihat dalam kolom komentar. Pembaca yang justru mendoakan, mendukung dan mengamini kemenangan saya apabila menang dalam kontes.

Linda Djalil adalah saksi utama saat saya melakukan lobbying ke sejumlah petinggi Kompas TV. Hanya dengan sekejap mata, beliau berkedip dan mengacungkan jempol pada saya dari kejauhan. Bahkan beliau sampai berbisik "Good job!" Bayangkan, saya ini bukan apa-apa kecuali seorang pemuda yang bercita-cita sebagai wartawan. Saya hanyalah pemula yang baru belajar menulis, meskipun tidak sedikit orang mendaulat bahwa saya memiliki kemampuan menulis yang luar biasa.

Demikian juga dengan kritikan terhadap saya menyangkut liputan-liputan seputar SEA Games. Perlu saya tegaskan di sini, bahwa Hazmi Srondol, salah satu staf dari sponsor resmi SEA Games 2011, menunjuk dan memilih saya beserta 4 Kompasianer lain untuk mendapatkan hak eksklusif meliput berupa ID card dan media penulisan. Hasil dari liputan tersebut dimuat di situs resmi mereka untuk SEA Games, DukungIndonesia.com. Bagi saya dan rekan-rekan, tugas kami sungguh penting, mengingat kami mengemban amanat sponsor sebagai implementasi dari pemanfaatan peluang yang diberikan kepada kami.

Soal adanya keinginan saya untuk mundur dari Kompasiana, saya tidak membantahnya. Memang pada saat itu saya merasa kurang nyaman dengan perkembangan Kompasiana di beberapa sisi. Hal ini juga saya utarakan kepada Iskandar Zulkarnaen, baik saya sebagai pribadi maupun anggota Kompasiana, usai berlangsungnya Blogshop 2011 Jakarta. Apa-apa saja yang membuat saya gerah, saya rasa tidak perlu dibahas karena hal tersebut tidak penting lagi untuk dibahas.

Menjelang detik-detik mundurnya saya dari Kompasiana, saya menerima banyak dukungan melalui jalur pribadi untuk tetap berada di Kompasiana. Para pendukung memprediksi sinyal tidak baik akan menggema jika saya tetap mundur. Saya bersyukur memiliki pembaca-pembaca setia. Merekalah alasan utama dan mutlak mengapa saya tetap bertahan. Tekad saya, saya menulis hanya untuk menyenangkan hati pembaca. Tidak ada keinginan lain. Prinsip saya tetap satu. Apapun yang terjadi, saya tetap akan menulis dan berekspresi melalui tulisan, karena dari sanalah saya menemukan berbagai peluang dalam hidup. Tidak ada yang tidak mungkin selama saya percaya ada mujizat yang akan mewarnai hidup saya.

Ini semua membuat saya belajar banyak dari kesalahan.

Saya menyatakan bahwa saya menerima kritik, saran dan masukkan yang membangun, tanpa kecuali seluruh kritik Arman Setiady dan Christian Adinugroho. Toh, ini semua untuk membangun karakter menulis yang lebih matang dan mapan. Betapa bersyukurnya saya diperhatikan dengan sebegitu detail, bahkan kekasih saya pun yang tidak seberapa besar. Saya juga menyatakan bahwa saya tidak merasa memiliki masalah dengan siapapun Kompasianer dan netizen, baik menyangkut dan/atau tidak menyangkut artikel-artikel saya. Jika ada yang merasa dapat menghubungi saya melalui jalur pribadi atau secara langsung. Saya tidak menutup diri untuk hal-hal demikian.

Ibarat batu kerikil yang dilempar, semakin banyak akan semakin kokoh fondasi "rumah" saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun