Mohon tunggu...
Joshua
Joshua Mohon Tunggu... Konsultan - Akun arsip

Akun ini diarsipkan. Baca tulisan terbaru Joshua di https://www.kompasiana.com/klikjoshua

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Perhatikan Ini Sebelum Konsumsi Jamu Olahan Sendiri (2)

17 Juni 2014   20:07 Diperbarui: 4 April 2017   16:54 4814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah bersih, ada baiknya bagian tanaman obat tersebut dikeringkan hingga benar-benar kering, baik dengan oven maupun dijemur dibawah sinar matahari langsung. Supaya kadar airnya menguap dengan sempurna, Abri menyarankan agar bagian tanaman obat yang hendak dijadikan jamu diiris-iris agar kandungan obatnya dapat larut dalam air dengan mudah saat direbus dan memudahkan pengeringan. "Walaupun sudah kering, bagian tanaman yang sudah diiris dan dijemur tetap harus dicuci kembali sebelum direbus. Hal ini untuk memastikan agar bahan baku bebas dari debu maupun jamur yang kasat mata," tutur Abri menambahkan.

Bagaimana dengan bagian tanaman obat yang hendak dijadikan jamu tercemar limbah padat seperti tinja? Tidak perlu kuatir untuk mengonsumsinya. Abri mengatakan, secara ilmiah tanaman melalui bagian akarnya dapat mengolah zat-zat dalam tinja yang mencemarinya menjadi lebih bermanfaat bagi tanaman itu sendiri. Oleh sebabnya Abri menganjurkan agar mencuci kembali bagian tanaman obat yang hendak dibuat jamu dari pengotoran yang kasat mata seperti tinja. "Tanaman itu canggih luar biasa. Tanaman bisa mengolah tinja, kecuali residu (ampas--red) kotoran, karena amoniak pada tinja atau limbah padat diserap untuk diolah tanaman menjadi zat turunan yang tidak termasuk dalam golongan amoniak. Jadi tidak perlu kuatir," terang Abri.

[caption id="attachment_329464" align="aligncenter" width="576" caption="Dalam gelas kaca: Cara perebusan jamu pereda batuk yang didemonstrasikan oleh Dr. Abrijanto SB, M.Si. (joshualimyadi)"]

14029914051302477555
14029914051302477555
[/caption]

Olah Jamu Secara Baik

Ahli herbal yang juga membuka klinik herbal di bilangan Serpong, Tangerang Selatan ini juga menyarankan agar sebaiknya bahan baku jamu direbus dalam suhu 60 derajat celcius. Hal ini demi menjamin higienitas karena dapat membunuh kuman-kuman dan mempertahankan zat aktif tanaman obat. Menurutnya, suhu yang terlalu tinggi dapat membuat zat aktif berkhasiat dari tanaman obat menghilang karena proses penguapan dan perubahan suhu yang tinggi.

Seraya memasukkan bahan-bahan herbal kedalam gelas kaca berisi air mendidih, Abri mengatakan, "Kita mengolah tanaman obat dengan tujuan untuk mendapatkan ekstrak zat aktifnya, bukan semata-mata mendapatkan airnya saja. Oleh karenanya cara pengolahan yang tepat juga penting. Ini terbilang sepele, yang perlu kita lakukan hanyalah cermat mengolahnya."

Abri menggunakan gelas kaca untuk mengekstraksi tanaman obat yang dikumpulkannya hingga berbentuk jamu cair siap minum. Ia beralasan gelas kaca tidak melepaskan partikel besi, alumunium atau zat lain yang mengendap pada saat pencucian panci atau wadah besi lain yang dapat digunakan untuk merebus. Gelas kaca mudah bereaksi terhadap panas dan mudah pecah, karenanya jangan lupa gunakan kawat kasa agar gelas kaca tidak secara langsung mengenai sumber panasnya.

Abri menambahkan, "Jangan pernah tutup panci perebusan dengan penutup, biarkan saja direbus secara terbuka, agar zat aktifnya tidak hilang."

Setelah ramuan jamu telah selesai diproses, ada baiknya ramuan tersebut segera dikonsumsi untuk mencegah tumbuhnya jamur maupun berkembangnya mikroba yang memicu penyakit tertentu, misalnya Escherichia coli penyebab diare atau Salmonella typhii penyebab demam tifus. "Idealnya jamu harus langsung dikonsumsi setelah diolah, bisa menunggu 1 atau 2 jam untuk menunggu ramuannya dingin jika ramuannya berupa air rebusan. Tapi jika hendak disimpan, simpanlah dalam botol atau wadah bertutup rapat," kata Abri menjelaskan. Jamu dalam bentuk air rebusan dapat disimpan dalam suhu ruangan selama beberapa hari. Jika ingin tahan lama, tempatkan saja dalam lemari es. Mudah, bukan?

Abri menampik bahwa meminum jamu dapat menyebabkan efek samping lebih banyak dari obat-obatan konvensional berbasis bahan kimia sintetik. Ia memberi contoh bahwa parasetamol yang dikonsumsi secara terus menerus akan mengakibatkan kerusakan fungsi hati. Selain khasiat, keamanan dalam meminum jamu tergantung dari bahan dan cara mengolahnya. Abri juga menyayangkan sebagian kecil kalangan yang mengonsumsi obat-obatan herbal atau jamu dalam dosis berlebih sehingga memperbanyak racun yang harus dikeluarkan tubuh.

"Herbal memang alternatif obat yang aman, tetapi seringkali orang mengonsumsinya secara berlebihan dan tidak sesuai dengan indikasi tanaman obat tersebut. Misalnya saja tanaman gambir. Daunnya dapat membuat kanker mulut dan faring jika ditelan mentah-mentah tanpa diekstraksi terlebih dulu," kata herbalis kelahiran Jakarta tahun 1966 tersebut.

Disamping itu semua, secara pribadi Abri merasa berbangga karena banyak negara yang belajar herbal dari Indonesia sebagai salah satu negeri dengan konsumsi herbal terbanyak di dunia. "Indonesia bisa besar karena rempah, dan juga bisa besar karena herbal. Herbal ini bukan hanya menjadi bisnis Deltomed, namun menghadirkan produk obat-obatan berbasis herbal berkualitas juga salah satu bentuk tanggung jawab sosial kami," kata Abri menutup diskusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun