Mohon tunggu...
Joshua
Joshua Mohon Tunggu... Konsultan - Akun arsip

Akun ini diarsipkan. Baca tulisan terbaru Joshua di https://www.kompasiana.com/klikjoshua

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Kunjungan ke Pabrik Deltomed: Dari Wonogiri demi Sehatnya Negeri (1)

19 Juni 2014   22:06 Diperbarui: 6 Januari 2016   19:33 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasianers bersama staf Deltomed berfoto bersama di depan pintu kedatangan Bandara Adi Sumarmo, Solo, Jumat (13/06/2014) siang. (joshualimyadi)

 

Citizen Journalism Report

Langit Jakarta belum dihiasi sinar mentari saat saya menginjakkan kaki di Terminal 1A Bandara Soekarno Hatta, Jumat (13/06/2014) pagi. Hiruk pikuk masyarakat yang hendak bepergian dengan pesawat udara seakan menjadi pemandangan yang menemani saya dalam mengawali sebuah perjalanan istimewa bersama rekan-rekan sesama anggota Kompasiana. Meski hawa dingin merasuk hingga tulang, saya tetap bersemangat menanti pagi demi menuntaskan sebuah perjalanan. Saya menyebutnya petualangan.

Saya beserta 9 orang Kompasianer (anggota Kompasiana) lainnya mujur bukan kepalang manakala Kompasiana mengumumkan nama-nama kami tercatat sebagai finalis lomba menulis bertema "Jangan Anggap Remeh Sariawan" yang diadakan salah satu industri jamu terbesar di Indonesia beberapa pekan silam. Tepat pada hari Jumat-lah kami mendapat kesempatan untuk sowan ke pabriknya, dan melihat sendiri bagaimana alam dan teknologi berpadu sempurna hingga menghasilkan produk obat-obatan herbal berkualitas tinggi.

Tepat pada pukul 06:30 WIB, saya dan rekan-rekan Kompasianer berkumpul di Terminal 1A untuk berangkat menuju Solo dengan pesawat udara. Kami melapor diri bersama-sama untuk mendapatkan pas naik pesawat udara. Rona bahagia dan sukacita tak mampu disangkal manakala Kompasianer bercengkerama dan bersenda gurau satu sama lain, membunuh waktu yang lapang hingga tanpa sadar kami nyaris terlambat menaiki pesawat lantaran terlalu asyik tertawa bersama. Untung saja pesawat udara belum lepas landas, sehingga kami dan puluhan penumpang lain masih sempat menaiki pesawat udara yang lepas landas pada pulu 07:50 WIB.

 

Dengan memohon rida dari Tuhan yang Maha Esa, penerbangan berlangsung mulus pada ketinggian 3600 kaki diatas permukaan laut hingga akhirnya saya dan rekan-rekan Kompasianer tiba di Bandara Adi Sumarmo, Solo. Suguhan pemandangan alam di atas udara menemani perjalanan saya hingga takjub akan kuasa Sang Maha Cipta, betapa birunya langit dan laut berpadu indah melebihi lukisan tangan manusia. Sekitar pukul 09:25 WIB, pesawat udara mendarat dengan selamat dan tiba di kota Solo.

Beberapa orang telah menunggu saya beserta rekan-rekan Kompasianer di depan pintu keluar bandara. Salah satunya adalah dr. drg. Dewi Prihandini, SpPM, ahli penyakit gigi dan mulut yang pernah menjadi narasumber Kompasiana Nangkring bersama Deltomed pada 18 Mei silam. Tak lupa pihak Deltomed yang diwakili salah seorang stafnya, Agatha Nirbanawati. Senyum mereka hangat menyapa kami dan memberi jabat tangan erat sebagai sambutan penuh keramahan. Dua mobil minibus membawa kami meninggalkan Bandara Adi Sumarmo menuju pabrik Deltomed di Wonogiri.

14031631991391175706
14031631991391175706
Ahli penyakit mulut dr. drg. Dewi Prihandini, Sp.PM (kiri) dan Kompasianer Thamrin Sonata (kanan) saat berada di Bandara Adi Sumarmo, Solo, Jumat (13/06/2014) siang.

 

1403163348360538962
1403163348360538962
Gapura perbatasan Kabupaten Wonogiri yang menampilkan iklan salah satu produk andalan Deltomed yaitu Antangin.

 

14029953132024257971
14029953132024257971
Staf Deltomed menyambut kedatangan rombongan Kompasianers di Pabrik Deltomed, Wonogiri, Jawa Tengah, Jumat (13/06/2014).

 

1402995789922143515
1402995789922143515
Halaman utama Pabrik Deltomed, Wonogiri, Jawa Tengah.

 

Mengenal Deltomed Lebih Dekat

Suasana lalu lintas yang cukup ramai tak menyurutkan langkah saya beserta rekan-rekan Kompasianer. Maklum saja, Solo dulunya pernah dikenal sebagai kota kecil yang terkenal dengan sungai besarnya bernama Bengawan Solo, kini menjelma menjadi kota metropolitan berbasis budaya yang modern. Beberapa ruas jalan protokol seringkali dihiasi kemacetan di kanan maupun kiri. Untung saja ada Shulhan Rumaru dan Pendi Kuntoro dari Kompasiana yang menemani rombongan.

Perjalanan Solo-Wonogiri yang memakan waktu 1 jam 30 menit seakan tak terlalu capai ketika kami semua sampai di Pabrik Deltomed yang terletak di Desa Nambangan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Pabriknya yang bersih menjadi semakin asri karena rindangnya ratusan pohon yang berdiri kokoh mengelilingi kawasan pabrik, serta pelbagai jenis tanaman obat yang dijadikan tanaman hias.

Kehadiran kami disambut ramah para staf Deltomed yang mengantar kami menuju ruang rapat pada gedung kantor. Sekilas, Deltomed memiliki beberapa unit gedung dalam kompleks pabriknya antara lain gedung kantor, gedung kantin karyawan, gedung penyimpanan, gedung pencucian dan pengeringan bahan baku, dan juga fasilitas produksi yang diresmikan pada 2011 lalu. Patung perempuan menggendong bakul berisi botol-botol jamu menjadi ikon pabrik ini. Kawasan pabrik Deltomed adalah kawasan bebas asap rokok, oleh karenanya pastikan Anda tidak merokok jika mengunjungi tempat ini.

Presiden Direktur Deltomed Nyoto Wardoyo memasuki ruang rapat. Mereka sumringah melihat kami yang begitu antusias untuk baron pabrik hari ini. Nyoto mengatakan, "Selamat datang bapak dan ibu blogger Kompasiana di pabrik Deltomed. Dalam kunjungan ini bapak dan ibu akan menambah wawasan tentang proses produksi obat-obatan herbal berkualitas."

Nyoto nyatanya tak sendiri. Ia didampingi sejumlah direksi, antara lain Adhi Surya sebagai manajer produksi, ahli herbal yang merangkap direktur pengembangan bisnis Dr. Abrijanto SB, M.Si., direktur sumber daya manusia Gangsar Laksono, direktur pengembangan dan penelitian Lilla Kurnia, direktur pengendalian mutu Haniyah, dan sejumlah staf lain yang turut mendampingi saya dan rekan-rekan Kompasianer. Sayangnya, dalam pertemuan ini managing director Mulyo Raharjo berhalangan hadir.

Dalam paparannya, Nyoto Wardoyo menerangkan perjalanan Deltomed yang berdiri dan terus berkembang selama lebih dari 3 dekade sejak 1976. Perusahaan jamu sederhana di Banjarmasin, Kalimantan Selatan menjadi cikal bakal Deltomed kini.

"Perusahaan kami kemudian memindahkan pabriknya ke sini (Wonogiri--red) sejak 1992 karena regulasi pemerintah. Kemudian kami menerapkan sistem pengolahan obat herbal dengan Cara Pembuatan Obat-obatan  Tradisional yang Baik (CPOTB) sejak 2009 dan menyempurnakannya dengan CPOTB terbaru pada 2011 sesuai ketentuan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) serta Kementerian Kesehatan RI," terang Nyoto kemudian.

Nyoto menambahkan, melihat industri obat-obatan herbal--termasuk jamu--berkembang pesat di Indonesia dan dalam rangka meningkatkan daya saing serta memperluas jangkauan pemasaran produknya, Deltomed senantiasa berusaha memperhatikan kualitas produknya dalam standar tertinggi yang diakui secara internasional, antara lain Good Manufacturing Produce (GMP) untuk standar pengolahan obat, juga sertifikasi National Sanitary Foundation (NSF) untuk higienitas produk konsumsi. Jika dua sertifikasi ini tidak dikantongi Deltomed, mana mungkin Deltomed bisa mengekspor produk-produknya ke beberapa negara diantaranya Amerika Serikat, Malaysia, Taiwan, Brunei Darussalam dan Hong Kong?

Paparan lain turut disampaikan Gangsar Laksono yang menangani sumber daya manusia perusahaan. Ia mengatakan Deltomed saat ini memiliki 830 orang tenaga kerja aktif. Menurutnya, bagi Deltomed, sumber daya manusia bukan hanya merupakan penggerak produksi, melainkan kekuatan yang mengunggulkan perusahaan dengan keahlian pada bidang masing-masing. "Kami turut mengambil sumber daya terbaik terutama fresh graduate dengan menjalin kerjasama bersama beberapa perguruan tinggi negeri unggulan misalnya UI, UGM, dan lain-lain," tutur Gangsar.

Tenaga kerja yang umumnya bekerja pada sektor produksi lebih banyak berasal dari kawasan Wonogiri. Bahan baku pembuatan jamu dan obat-obatan herbalpun dipasok dari petani herbal di Wonogiri dan sekitarnya, sehingga menjamin kesegaran produknya. Industri besar seperti Deltomed memberdayakan petani, apakah benar? Tentu saja. "Jujur saja, bukan hanya membeli bahan baku mentah dari petani, namun kami juga mengembangkan mereka dengan memberi pelatihan dan pemberdayaan melalui lokakarya sehingga kesejahteraan mereka dapat meningkat signifikan," tutur Gangsar menambahkan.

1403163531434805819
1403163531434805819
Presiden direktur Deltomed, Nyoto Wardoyo.

 

14031640401514680077
14031640401514680077
Kompasianers tengah mengikuti paparan yang disampaikan para petinggi Deltomed.

 

14031643271325421908
14031643271325421908
Manajer sumber daya manusia, Gangsar Laksono (kiri) dan manajer pengendalian mutu, Haniyah (kanan).

 

Melihat Proses Produksi

Sebelum memasuki fasilitas produksi, saya dan rekan-rekan Kompasianers disuguhi demo mengolah ramuan jamu sendiri di rumah oleh direktur pengembangan bisnis Deltomed, dr. Abrijanto SB, M.Si. Demo tersebut dilangsungkan di ruang rapat tempat kami berkumpul. Beberapa tanaman yang direbus dalam demo tersebut berkhasiat untuk meredakan batuk karena terdiri dari daun thymi, daun saga, akar alang dan akar manis yang terlebih dulu dikeringkan. Apa manfaat dan tips mengolah jamu sendiri? Tak sedikit. Salah satunya kita dapat membuat ramuan sesuai dengan gangguan kesehatan yang kita derita atau memperoleh manfaat tertentu dari bahan bakunya untuk menjaga kesehatan kita disaat tubuh sedang bugar. Membuat jamu sendiri ternyata mudah, meski ada beberapa yang harus diperhatikan. Cara mengolah sendiri jamu di rumah dapat Anda baca pada bagian kedua, atau klik disini.

Menjunjung tinggi kualitas terbaik bukan semata isapan jempol. Bagi Deltomed, ini mutlak bagi perusahaan obat-obatan herbal. Standar Cara Pembuatan Obat-obatan  Tradisional yang Baik (CPOTB), sertifikasi halal oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan sertifikasi Good Manufacturing Produce (GMP) berstandar Eropa dan Indonesia tidak cukup untuk menghasilkan produk berkualitas. Manajer pengendalian mutu Deltomed Haniyah mengatakan, "Banyak faktor yang kami perhatikan sebelum menerima bahan baku dari konsumen, antara lain memastikan bahan baku bebas dari jamur, mengukur kadar airnya, dan bebas pengotoran. Selanjutnya pada tahap produksi awal, timnya akan memastikan bahan baku yang diproses setengah jadi tidak terpapar logam berat, mikroba, apalagi jamur. Deltomed tidak ingin ambil resiko jika menemukan bahan baku yang diproses setengah jadi terpapar, maka bahan baku tersebut akan langsung dimusnahkan dan proses produksi diulang menggunakan bahan baku yang baru. Bahan baku yang berisiko terpapar zat lain tentu tak akan dipakai.

 

Menjelang siang, saya dan rekan-rekan Kompasianers berkesempatan untuk melihat langsung proses produksi, mulai dari pemilihan bahan baku hingga pada tahap pengemasan dan pradistribusi. Semua kami lihat dengan mata kepala kami, sehingga kami betul-betul menyaksikan bagaimana konsistensi Deltomed dalam upayanya mempertahankan kepercayaan konsumen atas produk-produk obat-obatan herbal yang alami dan bermanfaat. Sayangnya, menurut prosedur perusahaan, kami dilarang membawa alat komunikasi dan kamera dalam bentuk apapun selama berada dalam fasilitas produksi, sehingga saya dan rekan-rekan Kompasianers dilarang mengambil gambar proses produksinya. Jadi saya hanya bisa menuangkannya secara lengkap disini.

Proses produksi diawali dari pertanian bahan baku obat-obatan herbal yang dikerjakan oleh para petani di Wonogiri dan sekitarnya. Manajer produksi Deltomed, Adhi Surya, menerangkan bahwa seluruh komoditas bahan baku seperti jahe, akar manis, bunga seruni, dan bahan-bahan lain diseleksi secara ketat dan tertutup untuk memastikan apakah komoditas yang diterima pabrik dapat diolah pada tahap selanjutnya atau tidak. Kualitas teratas seolah menjadi harga mati bagi Deltomed. Bahan baku yang dianggap tidak segar dan tidak memenuhi kriteria tertentu seperti kadar air dibawah 10 persen, tidak diiris-iris, berjamur, terkena pengotoran atau terkontaminasi akan ditolak mentah-mentah dari tangan petani.

Keliling pabrik kami mulai dari gudang penerimaan bahan baku dilanjutkan dengan proses pencucian menggunakan mesin. Proses pencucian ini sendiri dilakukan secara massal dan berulang-ulang setiap jamnya tanpa henti. Misalnya untuk jahe, yang saya lihat beberapa karung jahe yang masing-masing 50 kg, dimasukkan kedalam herbs washing machine oleh para pekerja untuk menghilangkan pengotoran kasat mata seperti debu, kotoran, atau sisa tanah. Setelah bersih, kemudian jahe hasil pembersihan tahap awal dialirkan melalui conveyor belt untuk selanjutnya dibilas dan dianginkan sepanjang conveyor belt yang bergerak ke atas. Hasil pembilasan kemudian ditampung pada nampan-nampan untuk selanjutnya dikeringkan melalui oven khusus bersuhu 50 derajat celcius agar kadar air pada jahe hasil pembilasan menguap. Jujur saja, oven tersebut lumayan panas meski saya hanya lewat di dekatnya sehingga saya tak berlama-lama berada di kawasan gudang dan pencucian bahan baku.

Bahan-bahan kering yang selesai diproses dari oven akan langsung masuk ke proses ekstraksi. Deltomed menggunakan quadra extraction system dari Jerman yang memastikan semua zat aktif herbal yang bermanfaat tidak akan hilang dan menjamin semua produk yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi. Menurut dr. Abrijanto, sistem ekstraksi ini diaplikasikan sejak 2012 dan merupakan perusahaan obat-obatan pertama di Indonesia yang menggunakan sistem ekstraksi yang diklaim terkini dan tercanggih itu.

Kami pun turut serta dengan para manajer produksi Deltomed berkeliling dan melihat dari dekat proses produksinya. Aroma jamu yang wangi semerbak menggugah hidung saya dan mengajak untuk terus berkeliling.

Proses ekstraksi dilakukan secara aseptis dan bebas dari campur tangan manusia dan kontaminasi apapun hingga siap dipasarkan. Seluruh mesin-mesin yang dioperasikan pada fasilitas produksi bekerja secara terintegrasi dan masing-masing mesin menghasilkan produk yang beragam, misalnya ada mesin khusus sediaan sirup untuk memproduksi Antangin Cair dan OB Herbal. Ada pula mesin tabletisasi untuk memproduksi sediaan tablet berkualitas seperti Kuldon Sariawan, Antangin Tablet atau Antalinu. Sediaan tablet untuk Kuldon Sariawan dan produk lainnya juga menggunakan mesin bertekanan tinggi hingga menjadi serbuk simplisia halus yang kemudian dicampur dalam mixer khusus obat dan dijadikan tablet. Sedangkan untuk sediaan cair, zat aktif herbal diuapkan pada titik didih tertinggi, dikristalkan dan dicampur dengan bahan-bahan lain seperti madu untuk menjadikannya sirup yang lengkap.

Bukan hanya saya saja yang berdecak kagum atas keahlian Deltomed dalam mengolah kekayaan herbal negeri ini menjadi obat-obatan alami yang meningkatkan kesehatan masyarakat banyak. Komitmen Deltomed memastikan kualitas terbaik tidak hanya berhenti pada pengemasan. Sebelum didistribusikan, seluruh produk-produk Deltomed terlebih dulu melewati uji klinis di laboratorium research and development internal perusahaan, untuk memastikan apakah masih ada kontaminasi atau produk sudah aman untuk disebarluaskan ke tok0-toko, apotek maupun warung-warung jamu. Beberapa uji klinis yang saya lihat meliputi titik didih, kelarutan, tingkat kehancuran, uji kadar zat aktif, uji mikrobiologi, maupun uji cemaran logam berat. Deltomed juga kerap kali bekerjasama dengan laboratorium klinis untuk mengadakan uji klinis produk-produknya secara andal dan presisi. Apabila semua proses uji klinis telah selesai dan dipastikan aman dikonsumsi, maka produk akan didistribusikan. Bila tidak, produk tidak bisa didistribusikan dan harus dimusnahkan.

Pada tahap pengemasan, para tenaga kerja bertangan terampil dikumpulkan dalam ruang pengemasan untuk mengemas produk-produk dalam bundle. Contohnya untuk sediaan sirup kemasan sachet seperti OB Herbal dan Antangin, setiap bundle berisi 10 sachet. Sementara untuk sediaan tablet, satu strip yang berisi sekitar 20 tablet direkatkan dengan etiket mereknya, kemudian dibelah menjadi 5 strip yang berisi masing-masing 4 tablet menggunakan mesin, lalu di-bundle 10 strip per kotaknya. Belum lagi sediaan cair berkemasan botol seperti OB Herbal yang harus dimasukkan satu per satu ke dalam kotak.

Tini, salah satu karyawan Deltomed yang sempat saya wawancarai mengatakan cara memasukkan produk ke dalam kotak masih manual dan melibatkan sedikitnya 200 orang tenaga kerja setiap harinya. Ia duduk bersama beberapa orang rekannya dan mengerjakan pengemasan produk Kuldon Sariawan. "Dalam sehari, saya dan teman-teman di meja ini mengemas sekitar 100.000 hingga 200.000 butir tablet," akunya dihiasi senyum ramah saat tangannya begitu cekatan mengemas produk.

140316453754255404
140316453754255404
Direktur pengembangan bisnis Deltomed, Dr. Abrijanto SB, M.Si., saat memberikan paparannya.

 

Produk Berkualitas = Tanggung Jawab Sosial

Pemikiran saya tentang jamu sebagai obat-obatan rakyat yang kuno dan tidak higienis seketika terkoreksi begitu melihat pabrik dan cara pembuatan obat-obatan herbalnya yang modern, bersih, sanitasi dan merakyat. Selain memberdayakan petani dan tenaga kerja, harga jual obat-obatan herbal produksi Deltomed pun terjangkau dan menghasilkan margin signifikan yang menguntungkan perusahaan. Betapa herbal yang terbilang sepele kini menjadi bisnis milyaran rupiah yang berpotensi turut menghidupkan ekonomi kerakyatan. Mengagumkan!

Pakar kesehatan gigi dan mulut, dr. drg. Dewi Prihandini, Sp.PM kepada saya mengatakan tidak perlu kuatir mengonsumsi obat-obatan herbal karena sebagian besar tidak akan mengakibatkan kerusakan gigi seperti penipisan email hingga karies gigi. "Yang perlu diperhatikan adalah kebersihan atau higienitas gigi dan mulut. Usahakan rajin meminum air putih untuk membersihkan sisa-sisa obat herbal yang mungkin menempel pada gigi agar tidak bereaksi dengan asam mulut dan menjadikannya penyebab karies," jelas dokter yang juga mengajar pada Fakultas Kesehatan Gigi dan Mulut di Universitas Tarumanegara ini.

Secara pribadi Dewi mengaku puas dalam kunjungannya ke Pabrik Deltomed kali ini. Ia kagum atas fasilitas produksi Deltomed yang sedemikian canggih, hingga pengawasan mutu yang ketat demi menghasilkan produk-produk yang aman dikonsumsi dan memiliki manfaat yang menyehatkan tubuh konsumennya.

Rombongan lain telah beranjak dari fasilitas produksi, tak ketinggalan saya dan dr. Abrijanto yang saya ajak mengobrol. Melihat peluang bisnis yang semakin terbuka lebar terutama kesempatan untuk berekspansi menjadi salah satu hal menarik yang ingin saya kupas. "Kami memang berencana melakukan ekspansi meski tak dalam waktu dekat, namun  untuk saat ini tetap fokus mengembangkan produk inovatif untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat," tutur pria berkacamata yang akrab disapa Abri tersebut.

Menurut Abri, kunci kesuksesan Deltomed hingga saat ini antara lain senantiasa dan berani berinovasi. Abri mengatakan, produk Kuldon Sariawan termasuk baru, pertama dan satu-satunya di Indonesia juga dihasilkan atas keberanian perusahaan dalam berinovasi produk. Abri menambahkan, "Sariawan kan memang penyakit paling umum. Bagaimana Deltomed sebagai market leader jamu dan obat-obatan berbasis herbal di Indonesia melihat peluang ini untuk membantu masyarakat meredakan sariawan, akhirnya masyarakat menjadi sadar bahwa sariawan dapat dengan mudah diredakan karena kini ada solusinya. Jadi tak perlu lagi 'pinjam bibir'..."

Abri juga mengaku siap untung siap rugi sebagai konsekuensi dari keberanian berinovasi. Meski sudah menjadi pabrik obat-obatan herbal terbesar di Indonesia, Deltomed, menurut Abri, enggan jumawa. "Namanya juga berbisnis, pasti ada untung dan rugi. Kami tidak akan menyerah semata-mata karena roda bisnis yang senantiasa berubah, melainkan kami senantiasa belajar bukan hanya pada perkembangan pasar obat-obatan herbal, juga atas masukan dari konsumen yang mengonsumsi produk kami." Dokter yang bergerak pada ilmu kesehatan berbasis herbal ini berharap produk-produk Deltomed dihadirkan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan pada masyarakat, bukan semata menjaga lingkungan tetap lestari atau memberikan sumbangan untuk pemberdayaan masyarakat.

Meski dunia pengobatan herbal kini mulai diminati namun tetap berfluktuasi pada keadaan ekonomi saat ini, Abri optimis dengan pola konsumsi herbal yang intens, produksi obat-obatan herbal yang berorientasi pada mutu tertinggi serta kearifan lokal para petani tanaman obat dapat menggerakan ekonomi kerakyatan, khususnya pada industri herbal. "Saya yakin, dengan cara inilah herbal Indonesia dapat menempati singgasana tertingginya dalam ilmu, tradisi dan pasar pengobatan alami di dunia. Kita (Indonesia--red) ini kaya akan sumber daya yang dapat dimanfaatkan secara optimal, hanya saja kita perlu lebih banyak belajar dan berani membuat terobosan," kata Abri.

Deltomed, menurut Abri, memiliki tekad untuk membuat herbal berkualitas sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat. "Pak Purwanto (komisaris utama Deltomed) pernah berpesan kepada saya suatu kali, "Abri, buatlah produk yang bermanfaat dan berkualitas." Pesan ini yang selalu mengilhami saya dalam bekerja," terang Abri kepada Kompasianers.

Sebelum beranjak meninggalkan pabrik, saya dan rekan-rekan Kompasianer dibekali goody bag berisi sampel produk Deltomed, dan tiga jenis makanan kecil khas Wonogiri diantaranya geti wijen, kacang mede goreng dan keripik jagung yang mirip corn flakes. Penyerahan bingkisan dilakukan secara simbolis oleh manajer produksi Deltomed Adhi Surya kepada Dzulfikar Al-A'la yang mewakili Kompasianers.

Senyum puas menghiasi wajah kami masing-masing karena kami telah puas berkunjung ke Deltomed selama beberapa jam lamanya. Meninggalkan pabrik Deltomed, saya dan rekan-rekan Kompasianers kemudian menuju Toko Jamu Arum Sari di Solo untuk mencicipi jamu godhog buatan pabrik. Setelah puas berbelanja dan mencicip jamu, kami semua menuju hotel untuk beristirahat sejenak dan bersiap-siap untuk menikmati keramaian di pusat Kota Solo pada malam harinya di Taman Sriwedari.

Semua solusi didasari rasa percaya bahwa alam menyediakan obat-obatan terbaik bagi manusia. Inilah yang menjadi nilai perusahaan Deltomed sejak dulu hingga kini. Mulai sekarang jangan anggap remeh sariawan karena sudah ada Kuldon Sariawan. Tak perlu lagi kuatir masuk angin, karena dengan Antangin bisa wes ewes-ewes bablas angine. Ketika batuk, cara herbal redakan batuk dengan OB Herbal. Semua ini menjadi persembahan terbaik bagi Indonesia yang lebih sehat.

Sudahkah Anda menemukan sehat cara herbal bersama Deltomed hari ini?

14031637331122279784
14031637331122279784
Kompasianer Dzulfikar Al-Ala (kiri) menerima bingkisan dari Deltomed yang diwakili manajer produksinya, Adhi Surya (kanan).

 

14031638701357582447
14031638701357582447
Penulis (kiri) bersama ahli penyakit mulut, dr. drg. Dewi Prihandini (kanan) di depan patung jamu gendong, Kompleks Pabrik Deltomed, Wonogiri, Jawa Tengah.

 

1403164853366062012
1403164853366062012
Toko Jamu Arum Sari, tempat tujuan rombongan Kompasianers setelah keliling pabrik Deltomed.


[caption id="attachment_329854" align="aligncenter" width="576" caption="Jamu-jamu  botolan siap minum yang dijual di Toko Arum Sari, Solo."]

14031649681333833197
14031649681333833197
[/caption]

[caption id="attachment_329855" align="aligncenter" width="576" caption="Staf dari Deltomed, Agatha Nirbanawati (kanan) tengah berbelanja jamu."]

1403165107589695028
1403165107589695028
[/caption]

.

Baca juga tulisan Joshua tentang wisata Solo lainnya:

Reportase 2 | Reportase 3 | Reportase 4 | Reprotase 5

.

KETERANGAN:

    1. "Sowan" (bahasa Jawa): berkunjung, bersilaturahim, datang untuk singgah.
    1. "Baron" (bahasa Manado): berkeliling dan melihat-lihat pemandangan.
    1. "Fresh graduate" (bahasa Inggris): lulusan universitas atau sekolah tinggi yang baru saja menamatkan pendidikannya.
    1. "Jumawa" (bahasa Jawa): congkak, berbangga diri, sombong.
    1. "Godhog" (bahasa Jawa): direbus dalam air mendidih sambil diaduk sesekali.

* * * * *

© Joshua Francis. All rights reserved.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun