Mohon tunggu...
Joshua
Joshua Mohon Tunggu... Konsultan - Akun arsip

Akun ini diarsipkan. Baca tulisan terbaru Joshua di https://www.kompasiana.com/klikjoshua

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Kunjungan ke Pabrik Deltomed: Dari Wonogiri demi Sehatnya Negeri (1)

19 Juni 2014   22:06 Diperbarui: 6 Januari 2016   19:33 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum memasuki fasilitas produksi, saya dan rekan-rekan Kompasianers disuguhi demo mengolah ramuan jamu sendiri di rumah oleh direktur pengembangan bisnis Deltomed, dr. Abrijanto SB, M.Si. Demo tersebut dilangsungkan di ruang rapat tempat kami berkumpul. Beberapa tanaman yang direbus dalam demo tersebut berkhasiat untuk meredakan batuk karena terdiri dari daun thymi, daun saga, akar alang dan akar manis yang terlebih dulu dikeringkan. Apa manfaat dan tips mengolah jamu sendiri? Tak sedikit. Salah satunya kita dapat membuat ramuan sesuai dengan gangguan kesehatan yang kita derita atau memperoleh manfaat tertentu dari bahan bakunya untuk menjaga kesehatan kita disaat tubuh sedang bugar. Membuat jamu sendiri ternyata mudah, meski ada beberapa yang harus diperhatikan. Cara mengolah sendiri jamu di rumah dapat Anda baca pada bagian kedua, atau klik disini.

Menjunjung tinggi kualitas terbaik bukan semata isapan jempol. Bagi Deltomed, ini mutlak bagi perusahaan obat-obatan herbal. Standar Cara Pembuatan Obat-obatan  Tradisional yang Baik (CPOTB), sertifikasi halal oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan sertifikasi Good Manufacturing Produce (GMP) berstandar Eropa dan Indonesia tidak cukup untuk menghasilkan produk berkualitas. Manajer pengendalian mutu Deltomed Haniyah mengatakan, "Banyak faktor yang kami perhatikan sebelum menerima bahan baku dari konsumen, antara lain memastikan bahan baku bebas dari jamur, mengukur kadar airnya, dan bebas pengotoran. Selanjutnya pada tahap produksi awal, timnya akan memastikan bahan baku yang diproses setengah jadi tidak terpapar logam berat, mikroba, apalagi jamur. Deltomed tidak ingin ambil resiko jika menemukan bahan baku yang diproses setengah jadi terpapar, maka bahan baku tersebut akan langsung dimusnahkan dan proses produksi diulang menggunakan bahan baku yang baru. Bahan baku yang berisiko terpapar zat lain tentu tak akan dipakai.

 

Menjelang siang, saya dan rekan-rekan Kompasianers berkesempatan untuk melihat langsung proses produksi, mulai dari pemilihan bahan baku hingga pada tahap pengemasan dan pradistribusi. Semua kami lihat dengan mata kepala kami, sehingga kami betul-betul menyaksikan bagaimana konsistensi Deltomed dalam upayanya mempertahankan kepercayaan konsumen atas produk-produk obat-obatan herbal yang alami dan bermanfaat. Sayangnya, menurut prosedur perusahaan, kami dilarang membawa alat komunikasi dan kamera dalam bentuk apapun selama berada dalam fasilitas produksi, sehingga saya dan rekan-rekan Kompasianers dilarang mengambil gambar proses produksinya. Jadi saya hanya bisa menuangkannya secara lengkap disini.

Proses produksi diawali dari pertanian bahan baku obat-obatan herbal yang dikerjakan oleh para petani di Wonogiri dan sekitarnya. Manajer produksi Deltomed, Adhi Surya, menerangkan bahwa seluruh komoditas bahan baku seperti jahe, akar manis, bunga seruni, dan bahan-bahan lain diseleksi secara ketat dan tertutup untuk memastikan apakah komoditas yang diterima pabrik dapat diolah pada tahap selanjutnya atau tidak. Kualitas teratas seolah menjadi harga mati bagi Deltomed. Bahan baku yang dianggap tidak segar dan tidak memenuhi kriteria tertentu seperti kadar air dibawah 10 persen, tidak diiris-iris, berjamur, terkena pengotoran atau terkontaminasi akan ditolak mentah-mentah dari tangan petani.

Keliling pabrik kami mulai dari gudang penerimaan bahan baku dilanjutkan dengan proses pencucian menggunakan mesin. Proses pencucian ini sendiri dilakukan secara massal dan berulang-ulang setiap jamnya tanpa henti. Misalnya untuk jahe, yang saya lihat beberapa karung jahe yang masing-masing 50 kg, dimasukkan kedalam herbs washing machine oleh para pekerja untuk menghilangkan pengotoran kasat mata seperti debu, kotoran, atau sisa tanah. Setelah bersih, kemudian jahe hasil pembersihan tahap awal dialirkan melalui conveyor belt untuk selanjutnya dibilas dan dianginkan sepanjang conveyor belt yang bergerak ke atas. Hasil pembilasan kemudian ditampung pada nampan-nampan untuk selanjutnya dikeringkan melalui oven khusus bersuhu 50 derajat celcius agar kadar air pada jahe hasil pembilasan menguap. Jujur saja, oven tersebut lumayan panas meski saya hanya lewat di dekatnya sehingga saya tak berlama-lama berada di kawasan gudang dan pencucian bahan baku.

Bahan-bahan kering yang selesai diproses dari oven akan langsung masuk ke proses ekstraksi. Deltomed menggunakan quadra extraction system dari Jerman yang memastikan semua zat aktif herbal yang bermanfaat tidak akan hilang dan menjamin semua produk yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi. Menurut dr. Abrijanto, sistem ekstraksi ini diaplikasikan sejak 2012 dan merupakan perusahaan obat-obatan pertama di Indonesia yang menggunakan sistem ekstraksi yang diklaim terkini dan tercanggih itu.

Kami pun turut serta dengan para manajer produksi Deltomed berkeliling dan melihat dari dekat proses produksinya. Aroma jamu yang wangi semerbak menggugah hidung saya dan mengajak untuk terus berkeliling.

Proses ekstraksi dilakukan secara aseptis dan bebas dari campur tangan manusia dan kontaminasi apapun hingga siap dipasarkan. Seluruh mesin-mesin yang dioperasikan pada fasilitas produksi bekerja secara terintegrasi dan masing-masing mesin menghasilkan produk yang beragam, misalnya ada mesin khusus sediaan sirup untuk memproduksi Antangin Cair dan OB Herbal. Ada pula mesin tabletisasi untuk memproduksi sediaan tablet berkualitas seperti Kuldon Sariawan, Antangin Tablet atau Antalinu. Sediaan tablet untuk Kuldon Sariawan dan produk lainnya juga menggunakan mesin bertekanan tinggi hingga menjadi serbuk simplisia halus yang kemudian dicampur dalam mixer khusus obat dan dijadikan tablet. Sedangkan untuk sediaan cair, zat aktif herbal diuapkan pada titik didih tertinggi, dikristalkan dan dicampur dengan bahan-bahan lain seperti madu untuk menjadikannya sirup yang lengkap.

Bukan hanya saya saja yang berdecak kagum atas keahlian Deltomed dalam mengolah kekayaan herbal negeri ini menjadi obat-obatan alami yang meningkatkan kesehatan masyarakat banyak. Komitmen Deltomed memastikan kualitas terbaik tidak hanya berhenti pada pengemasan. Sebelum didistribusikan, seluruh produk-produk Deltomed terlebih dulu melewati uji klinis di laboratorium research and development internal perusahaan, untuk memastikan apakah masih ada kontaminasi atau produk sudah aman untuk disebarluaskan ke tok0-toko, apotek maupun warung-warung jamu. Beberapa uji klinis yang saya lihat meliputi titik didih, kelarutan, tingkat kehancuran, uji kadar zat aktif, uji mikrobiologi, maupun uji cemaran logam berat. Deltomed juga kerap kali bekerjasama dengan laboratorium klinis untuk mengadakan uji klinis produk-produknya secara andal dan presisi. Apabila semua proses uji klinis telah selesai dan dipastikan aman dikonsumsi, maka produk akan didistribusikan. Bila tidak, produk tidak bisa didistribusikan dan harus dimusnahkan.

Pada tahap pengemasan, para tenaga kerja bertangan terampil dikumpulkan dalam ruang pengemasan untuk mengemas produk-produk dalam bundle. Contohnya untuk sediaan sirup kemasan sachet seperti OB Herbal dan Antangin, setiap bundle berisi 10 sachet. Sementara untuk sediaan tablet, satu strip yang berisi sekitar 20 tablet direkatkan dengan etiket mereknya, kemudian dibelah menjadi 5 strip yang berisi masing-masing 4 tablet menggunakan mesin, lalu di-bundle 10 strip per kotaknya. Belum lagi sediaan cair berkemasan botol seperti OB Herbal yang harus dimasukkan satu per satu ke dalam kotak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun