Mohon tunggu...
Joshua
Joshua Mohon Tunggu... Konsultan - Akun arsip

Akun ini diarsipkan. Baca tulisan terbaru Joshua di https://www.kompasiana.com/klikjoshua

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menyusur Oase Nirmana Candi Ceto (3)

22 Juni 2014   18:51 Diperbarui: 6 Januari 2016   19:31 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap hari-hari besar agama Hindu digelar, Candi Ceto tak pernah sepi. Salah seorang warga Dusun Ceto yang tinggal di sekitar candi, Yanto (43), mengatakan kawasan Candi Ceto sejatinya adalah kawasan wisata religi. Pengunjung bisa bermeditasi, berdoa, dan berwisata di candi ini. Misalnya pada hari raya Galungan atau bila ada hajat khusus, para pendoa memasuki candi ini untuk memohon kepada Yang Maha Kuasa agar keinginan mereka lekas terkabul.

"Candi Ceto juga berfungsi sebagai tempat ibadah, oleh sebab itu para wisatawan yang berada dalam kawasan candi dihimbau untuk tidak merokok ataupun berbicara dengan kata-kata yang kurang susila," saran Yanto. Ia turut menyarankan agar mereka mengawasi anak-anak supaya tidak berlarian atau memanjat candi maupun reliefnya.

[caption id="attachment_330302" align="aligncenter" width="576" caption="Wisatawan asing yang sedang berkunjung ke Candi Ceto."]

14034104711287032252
14034104711287032252
[/caption]

Memanjakan Mata Wisatawan

Perjalanan jauh dari berbagai kota seakan takkan terasa apabila wisatawan telah sampai ke kawasan candi. Maklum saja, dari kerumunan wisatawan yang saya lihat, nampak sepasang turis asing asal Belanda yang menyempatkan diri untuk menikmati keindahan Candi Ceto. Mereka ditemani seorang pemandu wisata.

Ada pula pemandu wisata lain yang sempat saya ajak mengobrol santai. Agus Winarto (37), pemandu wisata asal Solo ini misalnya. Dalam sepekan ia dapat membawa sedikitnya 1 rombongan dengan jumlah minimal 5 orang untuk bertandang ke candi yang berada di Dusun Ceto tersebut. Alasannya, kunjungan tersebut menjadi salah satu pilihan yang umumnya dipilih wisatawan yang memilih paket tur wisata solo pada agensi tempat ia bernaung. "Biasanya saya mengantarkan turis asing, tapi belakangan memang banyak turis lokal yang penasaran dengan Candi Ceto," jelas Agus yang telah menjadi pemandu wisata sejak 14 tahun silam lalu.

Menurutnya, belum banyak wisatawan yang memilih Candi Ceto sebagai destinasi wisata dalam paket perjalanan yang ditawarkannya. Rata-rata para pelancong memilih Candi Sukuh karena tak perlu susah payah memacu kendaraan dengan jalan yang terlalu landai berkabut tebal dan jarak yang begitu jauh. Meski alasan tersebut menjadi kelemahan Candi Ceto di satu sisi, namun bagi para pelancong yang hobi berpetualang alam, hal tersebut tak begitu berpengaruh. Agus menambahkan pihaknya siap memfasilitasi siapapun pelancong yang hendak menyusuri keindahan Candi Ceto.

Beberapa Kompasianer tak ketinggalan menjadikan Candi Ceto sebagai objek dan latar belakang untuk berfoto-foto ria dengan kamera mereka. Hal yang menarik perhatian, tentu saja kabut putih yang kerap kali mengaburkan pemandangan. Selain dingin dan sejuk, kabut putih yang kaya akan oksigen diyakini membantu meringankan stres sepanjang perjalanan. Saya langsung unjuk kebolehan dengan pose menantang kabut yang kemudian diabadikan salah seorang rekan Kompasianer, Adian Saputra.

[caption id="attachment_330286" align="aligncenter" width="576" caption="Penulis mencoba pose menantang kabut. (Fotografer: Adian Saputra)"]

1403409289977162080
1403409289977162080
[/caption]

Pesonanya turut memikat mata para bikers atau kelompok penunggang sepeda motor jenis sport. Dwi Wiyanto wisalnya. Pria asal Madiun, Jawa Timur ini bersama 10 orang rekan-rekannya sesama anggota klub motor Mandiri Bikers Club sudah berniat mengunjungi Candi Ceto sejak beberapa hari sebelum mereka mengadakan tur bersama. Ia memilih merekomendasikan candi ini kepada rekan-rekannya setelah sebelumnya mengunjungi candi ini tanpa rombongan. "Ini adalah kali pertama saya berkunjung bersama teman-teman," terang Dwi.

Perjalanan darat yang mereka tempuh selama 3 jam dari Madiun dengan menggunakan sepeda motor tak terasa saat mereka menapaki setiap anak tangga pada kawasan candi. Menurutnya, rasa lelah yang ia dan rekan-rekannya rasakan terbayar lunas manakala melihat kemegahan candi yang masih kokoh berdiri meski beberapa kali candi ini dipugar oleh Pemerintah melalui Dinas Konservasi Warisan Purbakala Provinsi Jawa Tengah.

Dengan ekspresi sumringah, Dwi menambahkan, "Dilihat dari jarak, perjalanan Madiun-Karanganyar memang tak sejauh Madiun-Jakarta. Jadi bagi yang sedang berwisata ke daerah Solo dan sekitarnya, tak ada salahnya untuk mampir ke sini. Tempatnya indah, lokasi bagus dan pemandangan yang tidak menjemukan membuat saya rindu untuk sesekali mampir ke sini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun