Mohon tunggu...
Joshua Martono
Joshua Martono Mohon Tunggu... -

Mencoba menyampaikan apa yang mungkin belum terpikir oleh publik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Usia 63 Tahun (tapi) Belum Bisa Mandiri

25 April 2013   09:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:38 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sudah berusia 63 tahun tapi belum bisa mandiri ? Bagaimana mungkin ini bisa terjadi ? Apakah ada hal-hal tak wajar yang terjadi pada diri si pemilik usia itu ? Mari kita ulas sedikit faktor-faktor penyebabnya.

Republik Maluku Selatan atau yang biasa dikenal dengan RMS memproklamirkan diri pada tanggal 25 April 1950 dengan tujuan untuk memisahkan diri dari Negara Indonesia Timur (NIT). Pemerintahan RMS yang pertama dipimpin oleh J.H. Manuhutu yang saat itu juga menjabat sebagai Kepala Daerah Maluku NIT.

Dari J.H. Manuhutu, tampuk kepemimpinan RMS berpindah tangan ke Mr. dr. Chris Soumokil yang juga pernah menjabat sebagai Jaksa Agung NIT made in Holland.Perlawanan Soumokil ini dapat dengan mudah diberantas oleh pemerintahan Soekarno dan pada 12 April 1966 Soumokil dieksekusi hukuman mati setelah melalui beberapa kali persidangan pengadilan.

Sepeninggal dr. Soumokil, tongkat kepemimpinan RMS dipegang oleh Ir. Johan Alvarez Manusama dan sejak 24 April 2009, Manusama digantikan oleh Johannes Gerardus Wattilete dengan nama beken John Wattilete.

Manusama maupun Wattilete selama menjabat sebagai pimpinan RMS sama-sama tinggal di Belanda dan menyebut dirinya sebagai “Presiden RMS di pengasingan”.Sebutan “Presiden RMS di pengasingan” ini dinilai membingungkan oleh sisa-sisa RMS di Maluku, bahkan banyak pula pendukung RMS yang mengecam sepak terjang John Wattilete di Belanda.

Seiring dengan kemajuan teknologi informasi, sisa-sisa RMS di Maluku mulai mengetahui kehidupan para pemimpin RMS di Belanda yang selalu hidup dalam kemewahan, tidak ingin kembali ke Maluku (Indonesia) karena sudah terbiasa hidup manja selama di Belanda, menjadikan sisa-sisa RMS di Maluku sebagai tumbal dalam kampanyenya di Belanda, serta mengambil keuntungan dari warga Maluku yang ditahan akibat mengibarkan bendera RMS.

Andai saja para Manusama dan Wattilete bukan tipe manusia manja, mungkin RMS sudah bisa mandiri di usia 63 tahun ini.

Tapi sayang seribu sayang, Manusama dan Wattilete masing-masing hanyalah seorang anak mami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun