Kebebasan yang setiap manusia miliki membuat kita memiliki tanggung jawab untuk menciptakan sesuatu yang indah, sesuatu yang beresonansi dengan semesta. Kebebasan ini bukanlah hak untuk menghancurkan, tetapi kesempatan untuk berkontribusi dalam harmoni besar yang telah lama ada. Jika setiap tindakan kita menghasilkan energi, mengapa tidak memilih untuk menciptakan energi positif yang akan diterima semesta dengan baik?Â
Bagaimana jika setiap kebaikan kecil yang kita lakukan adalah gelombang yang menyebar, menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama? Bukankah cinta, kasih, dan penghargaan terhadap kehidupan bisa menjadi nyanyian yang menyatu dengan irama alam semesta? Apa yang membuat kita ragu untuk menciptakan keindahan, padahal kita memiliki semua alat untuk melakukannya? Â
Eksistensi kita sementara, dan tidak perlu dipenuhi dengan membeda-bedakan sesama titik dalam debu semesta ini. Mengapa kita menghabiskan waktu yang singkat ini untuk menilai siapa yang lebih tinggi atau lebih rendah, lebih benar atau salah? Jika kita semua adalah bagian kecil dari kosmos yang lebih besar, apa gunanya merasa lebih istimewa daripada yang lain?Â
Bagaimana jika kita hidup dengan kesadaran bahwa perbedaan hanyalah warna dalam lukisan besar kehidupan? Jika kita semua akhirnya akan kembali menjadi debu, bukankah lebih baik mengisi waktu ini dengan kebahagiaan, cinta, dan penerimaan? Apa yang bisa lebih indah daripada dunia di mana manusia berhenti melihat perbedaan sebagai ancaman, dan mulai memandangnya sebagai alasan untuk bersyukur? Â
Pada akhirnya, Sang Pencipta memiliki rencana yang begitu besar dan agung bagi setiap bagian kecil dari debu semesta ini, termasuk kita, manusia. Setiap elemen, dari bintang yang jauh hingga hembusan angin di Bumi, telah diatur dengan sempurna dalam harmoni yang tak terjangkau oleh akal kita. Jika semesta ini begitu teratur dalam kebesarannya, mengapa kita yang hanya bagian kecil dari rencana itu berani menghancurkan atau menodai keindahan yang telah dirancang dengan cermat?Â
Apakah kita lupa bahwa keberadaan kita hanyalah sementara, dan peran kita adalah menjaga, bukan merusak, apa yang telah dipercayakan kepada kita?Â
Sang Pencipta telah menetapkan segalanya dengan tujuan, setiap butir debu, setiap helai rumput, hingga kehidupan kita sendiri, untuk menjadi bagian dari lukisan besar yang penuh makna. Jika kita berani melawan harmoni itu dengan kebencian, keserakahan, atau perpecahan, bukankah kita sedang mengingkari rencana indah yang seharusnya kita hargai dan jaga?
Kemarin, saya berkesempatan mengunjungi dan menetap sejenak di Pondok Pesantren Terpadu Bismillah di Serang. Di tempat itu, saya merasakan kedamaian yang sulit dilukiskan, seperti berada di tengah-tengah kehidupan yang penuh makna dan kesederhanaan. Setiap individu yang saya temui menjalani hidupnya dengan cara yang unik, dengan semangat yang menggugah hati.Â
Mereka berjuang untuk memenuhi panggilan kepada Sang Pencipta, menghadapi tantangan dan mengatasi kekurangan mereka dengan luar biasa. Di sana, saya memaknai bahwa hidup ini sungguh indah, bukan karena sempurna, melainkan karena setiap manusia menjalankan tugas mulianya dengan keikhlasan dan ketekunan, bahkan dalam bentuk yang paling sederhana sekalipun.
Saya pun tergerak untuk merenung, apakah benar bagi kita untuk menganggap seseorang lebih baik atau lebih rendah daripada yang lain? Padahal, kita semua lahir dari debu dan pada akhirnya akan kembali menjadi debu. Lalu, apa yang membuat kita merasa layak untuk menilai sesama kita?Â