A: "Woy, siapa sih yang punya ini mobil?! Parkir sembarangan banget! Ini jalan umum, bukan garasi pribadi!"
B: "Itu mobil saya. Emang kenapa? Kan parkir di depan rumah saya sendiri. Nggak ganggu siapa-siapa!"
A: "Nggak ganggu? Jalan ini jadi susah dilewatin gara-gara mobil lu! Lu kira ini jalan neneklu?"
B: "Ya terserah saya lah! Ini depan rumah saya! Kalau nggak suka, cari jalan lain aja!"
A: "Astaga, lu orang ga tau diri? Jalan ini jalan umum, semua orang punya hak pakai! Ngerepotin orang lain cuma karena malas parkir yang bener!"
B: "Saya egois? Yang nggak punya toleransi siapa? Rumah saya ini! Bapak aja yang ribet!"
A: "Jual mobil lu, bangun garasi dulu g*blok! Udah miskin, rumah di gang banyak gaya, ngerepotin pula. T*LOL!"
Pagi itu, seperti biasa, saya melewati sebuah gang sempit saat menuju stasiun. Gang itu sering menjadi jalur alternatif untuk menghindari kemacetan di jalan besar. Namun, pagi ini suasana berbeda. Sebuah mobil diparkir sembarangan di sisi gang yang lebarnya tak sampai lima meter intinya dua mobil ngepas sekali. Keadaan semakin buruk ketika sebuah mobil lain memaksa masuk dari arah berlawanan. Akibatnya, gang tersebut berubah menjadi titik kemacetan baru, menghambat para pengendara motor, termasuk saya, yang terjebak di belakang. Â
Di antara kami, seorang pengendara motor paling depan, sebut saja A, tampak sangat tergesa-gesa. Wajahnya menunjukkan rasa frustrasi yang memuncak. Tak lama, dia meluapkan amarahnya dengan menghentikan motornya, turun, dan berteriak ke arah pemilik mobil yang parkir sembarangan. Sang pemilik mobil, sebut saja B, ternyata sedang duduk santai di depan rumahnya, menikmati kopi pagi tanpa merasa bersalah sedikitpun. Hal ini semakin memicu emosi A, yang langsung memaki-maki B dengan kata-kata kasar. Â
Suasana di gang itu semakin panas. Para pengendara lain hanya bisa menghela napas panjang atau menggelengkan kepala, merasa tidak berdaya. B, yang awalnya tampak tenang, akhirnya terpancing emosi dan membalas makian A dengan sikap defensif, membela tindakannya dengan alasan "ini parkir di depan rumah sendiri." Situasi ini bukan hanya menggambarkan betapa egoisme individu dapat merugikan banyak orang, tetapi juga menunjukkan betapa pentingnya kesadaran untuk menggunakan ruang publik dengan bijak. Gang yang seharusnya menjadi solusi malah berubah menjadi sumber masalah.