Mohon tunggu...
Gregory Josh Adrianto
Gregory Josh Adrianto Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - SMA Kolese Kanisius, Anggota ADK (Anak Desain Kanisius), Pengguna Aktif KRL

Desain menjadi bagian dari hidup saya, tidak luput dengan dunia K-POP yang kian mewarnai hidup saya.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Multitasking, Produktivitas yang Sejati atau Semu?

19 Mei 2024   16:11 Diperbarui: 23 Mei 2024   02:35 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pekerja yang multitasking | Sumber: Freepik via Kompas.com

Multitasking, Jalan Pintas Berujung Buntu

Bayangkan Anda sedang menjawab email sambil mengikuti rapat daring, atau berbicara di telepon sambil menulis catatan. Multitasking, kemampuan untuk melakukan beberapa tugas atau aktivitas secara bersamaan, sering kali dianggap sebagai cara efektif untuk meningkatkan produktivitas. 

Dalam kehidupan sehari-hari maupun di tempat kerja, kita sering menemukan diri kita mengerjakan beberapa proyek sekaligus, memasak sambil mendengarkan podcast, atau beralih antara berbagai tugas dengan cepat. 

Multitasking telah menjadi bagian yang sering kita temui di kehidupan modern yang serba cepat, di mana efisiensi dan kecepatan menjadi prioritas utama.

Namun, meskipun multitasking bisa bermanfaat dalam situasi tertentu, ada risiko tersembunyi yang perlu diwaspadai. Terlalu banyak multitasking dapat menurunkan kualitas pekerjaan, mempengaruhi konsentrasi, dan mengurangi fokus. 

Ketika perhatian kita terpecah antara berbagai tugas, kemampuan untuk memberikan hasil optimal sering kali berkurang. Penelitian menunjukkan bahwa multitasking yang berlebihan bisa mengganggu kinerja dan menyebabkan kelelahan mental.

Multitasking yang berlebihan sering kali menjadi penyebab utama dari produktivitas semu. Ketika seseorang berusaha melakukan banyak tugas sekaligus, perhatian dan konsentrasi mereka terpecah, yang mengakibatkan penurunan kualitas dan efisiensi kerja. 

Fenomena ini membuat orang merasa mereka bekerja keras dan produktif, padahal banyak waktu dan energi yang terbuang pada aktivitas yang kurang penting atau tidak relevan. 

Akibatnya, meskipun terlihat sibuk, hasil yang didapatkan tidak sebanding dengan usaha yang dikeluarkan, dan akhirnya dapat menyebabkan kelelahan mental dan burnout.

Ketika Bekerja dengan Penuh Kepalsuan

Setiap hari, seseorang mungkin memulai rutinitasnya dengan agenda yang penuh, berusaha keras untuk terlihat sibuk dan produktif. Mereka menghabiskan banyak waktu dan tenaga mengerjakan hal-hal yang sebenarnya bukan prioritas, seperti membaca dokumen yang tidak penting atau mengerjakan beberapa hal sekaligus agar terlihat sibuk. 

Meski orang tersebut tampak selalu bekerja keras, kenyataannya aktivitas yang dilakukan tidak memberikan kontribusi berarti terhadap pencapaian target. Terjebak dalam ilusi kesibukan, mereka merasa selalu memberikan upaya maksimal, namun frustrasi karena hasil yang diharapkan tidak pernah terwujud.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun