Mohon tunggu...
Joses Jacinda Carrisa Abigail
Joses Jacinda Carrisa Abigail Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Gizi Universitas Airlangga

Success needs a process

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Adopsi Spirit Doll, Pertanda Gangguan Jiwa?

15 Januari 2022   22:46 Diperbarui: 15 Januari 2022   22:49 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Spirit doll atau boneka arwah saat ini sedang ramai diperbincangkan oleh khalayak umum semenjak salah satu presenter sekaligus desainer Tanah Air, Ivan Gunawan, mengadopsi boneka yang menyerupai bayi tersebut dan memperkenalkannya kepada publik sebagai anaknya sendiri.

Tidak hanya Ivan Gunawan, beberapa selebriti lain seperti Celine Evangelista, Lucinta Luna, dan Nora Alexandra juga turut mengadopsi spirit doll dan membagikan potret kebersamaan mereka dengan boneka tersebut melalui akun Instagram masing-masing. Para selebriti tersebut bahkan memperlakukan spirit doll layaknya bayi manusia sesungguhnya.

Tentu saja, segala hal yang dilakukan oleh selebriti akan mendapat perhatian publik. Trend boneka arwah yang populer di kalangan selebriti ini mendapat berbagai macam respon dari warganet. Tidak sedikit pula warganet yang mulai ikut mengadopsi boneka arwah walaupun harus merogoh kocek yang tidak sedikit.

Terdapat beragam alasan yang mendasari seseorang mengadopsi boneka arwah tersebut, ada yang hanya sekadar penasaran dan ingin mengikuti trend, merasa kesepian sehingga butuh teman berupa boneka, dan bahkan ada yang menganggap bahwa itu bukan boneka arwah, melainkan anaknya.

Sesungguhnya apapun alasan yang mendasarinya, selama boneka itu hanya dirawat untuk bermain-main saja atau tidak melebihi fungsi awalnya sebagai mainan, maka hal itu tidak menjadi masalah. Kondisi tersebut masih tergolong wajar karena bermain boneka juga sering dilakukan ketika masa kanak-kanak. Hal ini juga disampaikan oleh Psikolog Stephani Raihana Hamdan bahwa manusia memiliki naluri untuk merawat sesuatu.

"Saya tidak menemukan riset untuk menjelaskan hal ini, kelihatannya itu didasari oleh kebutuhan terkait dengan nurturing, terkait dengan kebutuhan merawat, karena memang pada dasarnya manusia memiliki kebutuhan ingin merawat generasi baru, dalam hal ini bayi," kata Stephani yang dilansir dari salah satu media.

Sumber: www.pexels.com
Sumber: www.pexels.com

Fenomena ini menjadi tidak wajar ketika pemilik boneka mulai bersikap seolah spirit doll adalah sosok hidup yang memiliki perasaan selayaknya manusia. Sang pemilik memberi makan dan memandikan boneka arwah tersebut layaknya anak, bahkan hingga memarahi orang yang menyebut boneka itu sebagai benda mati. Hal ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Psikolog Klinis, Naomi Ernawati Lestari.

"Jika dia menganggap bahwa boneka itu adalah makhluk hidup yang bisa komunikasi dua arah lalu jadi mengaburkan realitanya, realita bahwa ini adalah benda mati akan tetapi dianggap hidup, ini baru kita sebut ada penyimpangan," kata Naomi Ernawati yang dilansir dari salah satu sumber.

Senada dengan pendapat yang disampaikan oleh Naomi Ernawati. Ketua Program Studi Terapan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Rose Mini Agoes Salim menekankan bahwa penting untuk memastikan apakah orang yang bermain spirit doll masih bisa membedakan antara realitas dan halusinasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun