Mohon tunggu...
Josep Nainggolan
Josep Nainggolan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Working at Banking Sector

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kredit Bermasalah - versi SME

3 September 2014   17:42 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:44 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDEKATAN BANK DALAM PROSES KREDIT

Pada prinsipnya pemberian Kredit adalah Kepercayaan, sehingga pihak BANK membuat analisa (proposal kredit) dalam proses kreditnya untuk dapat mengetahui "SIAPA" si debitur sehingga layak untuk dibiayai (diberikan kredit).Pendekatan melalui analisa kredit melibatkan proses yang dinamakan : "Data Collection (pengumpulan data diri, ijin usaha dsbnya), Verifikasi (Data Bank Central, KYC, Kunjungan Langsung Feasibility Study dsbnya), Pembuatan Proposal Kredit, dan Keputusan Kredit via Komite Kredit. Melihat level proses yang diterapkan tentu kualitas candidate yang menjadi debitur "seharusnya" sudah sangat terjaga.

FUNGSI KONTROL

Fungsi Kotrol merupakan alat/sistem yang digunakan untuk melakukan pengawasan atas kualitas portofolio asset (di bank kredit = Asset), Beberapa bank mengunakan metode kontrol yang berbeda-beda namun pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama. Beberapa pendekatan yang digunakan sebagai bagian fungsi kontrol al :

1. Kartu Monitoring : Kartu yang mencatat track record transaksi (transaksi meliputi pencairan kredit dan pembayaran kewajiban )

2. Compliance Monitor : yang mencatat segala sesuatu meliputi dokumen kredit, jaminan, ijin, laporan keuangan, asuransi dsbnya yang pending dan masih harus dipenuhi.

3. Watch List : melakukan maping/pemetaan thdp debitur-debitur yang di anggap memiliki potensi masalah dalam bisnisnya atau akan berdampak negative karena faktor-faktor external (diluar kendali debitur) spt : Aturan Pemerintah, Bencana Alam, Krisis Ekonomi yg terjadi dsbnya

KREDIT BERMASALAH

Walaupun sudah demikian banyak usaha yang dilakukan untuk meyakinkan Bank kalau kredit yang diberikan sudah sangat minim resiko, namun masih juga terjadi Kredit Bermasalah yang mengakibatkan angka performance si Bank jatuh bahkan menggerus profit Bank lewat CKPN. Hal ini sangat disadari khususnya oleh bank bank "plat merah" yang notabene memiliki eksposure kredit di segment kecil yang sebagian juga merupakan program dari Pemerintah (Kredit Program cth : KUR "Kredit Usaha Kecil). Kredit Bermasalah juga terjadi di level Kredit Komersial dan Korporasi tentu dengan porsi yang berbeda di masing masing Bank.

Pada dasarnya menurut pengalaman saya, hal-hal yang dapat menyebabkan kredit itu antara lain :

- Kredit itu memang diskenariokan untuk "Bermasalah" atau dikenal dengan Fraud , Banyak modus yang digunakan seperti :(1) Debitur fiktif dan jaminan yang fiktif disini peran RM (si bankir) sangat dominan.(2)Nilai Asset yang menjadi jaminan di "Mark Up" peran penilai/appraisal sangat krusial (3) Penyalahgunaan wewenang saat pencairan fasilitas (tidak sesuai ketentuan yd disetujui komite)

- Kesalahan dalam tujuan penggunaan fas. kedit atau dikenal "site streaming" hal ini lebih disebabkan dari ketidak disiplinan debitur dalam mengelola pinjaman Bank, kebanyakan hal ini terjadi di segmen kredit Kecil apalagi kalau si debitur diberikan kredit jenis "Rekening Koran"

-  Kesalahan dalam melakukan struktur fasilitas kredit sehingga tanpa disadari debitur terperangkap dalam cashflow usaha yang ketat atau malah debitur menjadi tergoda untuk melakukan "site streaming", (cth : debitur yg sebenarnya membutuhkan modal kerja namun kredit yang diberikan cicilan)

- Faktor Eksternal yang berpengaruh negative terhadap bisnis si debitur : permasalahan dengan suplier (pasokan bahan baku), kompetisi indsutri sehinggga mengurangi sales/penjualan, masalah perijinan usaha, ,masalah pada power supply dsbgnya.

- Faktor Internal yang merdampak pada menurunya kemampuan bayar ke Bank spt : miss-cashflow, internal fraud (oleh pegawai), interfinancing, over stock, AR semakin lambat, CAPEX yg berlebihan dan sebagainya

- Force Major : Krisis Nasional/Dunia, Kebakaran, Bencana Alam, Demonstrasi/ dan sebagainya.

Namun hal-hal diatas sebenarnya sudah dapat diantisipasi dengan pendekatan-pendekatan proses kredit yang dilakukan Bank seperti pada pembahasan saya di awal artikel ini namun terkadang INKONSISTENSI yang menjadi masalah utama sehingga filter-filter yang diharapkan dapat menyaring bahan baku yang masuk untuk diproses menjadi tidak berfungsi.

Berbicara KREDIT di Bank itu berarti berbicara bagaimana Bank dapat mempercayai pengelola kreditnya dari level processor s/d approval, jika Bank masih belum bisa mempercayai/Trust kepada pengelola kreditnya maka SISTEM yang harus bicara,...

SISTEM yang Seperti apa,..... ?

Semoga Bermanfaat

(Info : Penulis merupakan seorang bankir aktif yang memiliki pengalaman bekerja selama -/+ 14 tahun dengan ruang lingkup kredit perbankan, baik kredit untuk segmen korporasi, komersil dan kecil termasuk kredit program pemerintah, pernah bekerja di beberapa Bank (lokal dan asing) dan saat ini menjadi Business-Risk Reviewer di salah satu Bank di Indonesia)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun