Mohon tunggu...
Kapitan JoE JoE
Kapitan JoE JoE Mohon Tunggu... -

A New Yorker, live and work for many years in Rockefeller center Area, Like to visit Ithaca in Upstate NY and Also Jersey shore. \r\n\r\nThe human heart feels things, the eyes can't see and know what the mind can't understand. Berteman dengan siapapun, mulai dari preman hingga President sudah pernah berdiskusi, hobby menulis apa saja, mulai dari Ekonomi, politik, music bahkan masa depan, dididik dan dibesarkan dengan penuh displin, melebihi tentara, membuat jiwa saya tegar, dan tidak pernah takut menghadapi apapun termasuk malaikat pencabut nyawa, life or die is just about the time.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Wiranto, Luhut Membocorkan Rahasia TNI demi Kepentingan Politik Sesaat?

20 Juni 2014   22:40 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:58 13719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertempuran intrik  para mantan Jenderal ( laskar tak berguna) kata orang Malaysia, kini semakin mendidih bahkan bisa-bisa mengobok-obok institusi Militer di Negeri ini jika hal  ini tetap dibiarkan terus oleh Komisi Pemilihan Umum, sebagai wasit pertandingan dalam laga Pilpres 2014. Pernyataan Wiranto yang menyebutkan Letjen Prabowo Subianto bertindak sendiri dalam peristiwa penculikan maupun kerusuhan mei 98 adalah pernyataan yang sangat tidak fair dengan istilah cuci tangan dari peristiwa besar kemanusiaan di akhir abad 20.

Wiranto selaku panglima ABRI saat itu, tentu dihadapkan dengan berbagai situasi yang sangat genting, dimana kekuasaan Pak Harto tinggal selangkah lagi untuk turun dari puncak pimpinan, setelah 32 tahun berkuasa. Selain perebutan kekuasaan pasca Pak Harto, ditubuh ABRI ( TNI AD) saat itupun terjadi persaingan yang tidak sehat dan kecemburuan atas the rising star ( Prabowo).

Beberapa senior dari Prabowo dari angkatan 73-74 tidak senang melihat keberadaan Prabowo sebagai prajurit yang cepat menonjol dari angkatannya, hal ini berimbas kepada issue yang menyebutkan diri prabowo dikatrol oleh sang Presiden, yang nota bene adalah mertua dari Prabowo Subianto, walaupun Prabowo lebih banyak dilapangan dari pada di belakang meja jika dibandingkan dengan  Jenderal SBY.

Salah satu senior Prabowo yang sangat menentang Prabowo untuk maju menjadi Presiden RI adalah Jenderal Luhut Panjaitan. entah apa yang ada dalam benak Luhut, Prabowo tetaplah bawahan yang harus tetap dipersalahkan dalam hal kerusuhan 98. Kegundahan Panjaitan tahun 2014, mengingatkan penulis terhadap tulisan Sintong Panjaitan pada tahun 2009, saat mengganjal Prabowo sebagai Cawapresnya  Megawati yang kemudian kalah dalam pilpres tersebut.

Wiranto, Luhut, Subagyo,Hendropriyono selaku pentinggi Militer dalam Orde baru, juga banyak pelanggaran yang mereka lakukan, tentu kasus mereka tidak seheboh Prabowo, karena keempat Jenderal  yang saya sebut diatas diatas, saat ini sudah tidak laku dipasaran, kecuali berbisnis seperti yang dilakukan oleh Luhut Panjaitan dengan Perusahaan perusak hutan (batubara)  maupun beberapa usaha patungan lainnya dengan Bakrie di Kalimantan, dengan nama bendera  Toba Lestari.

Wiranto jelas  terlibat dalam pembentukan Pam swakarsa untuk mengusir pendemo dari Gedung MPR, kalau bukan ditentang oleh Pangdam Jaya Waktu itu ( Safri Syamsudin) Korban yang akan berjatuhan akan lebih besar dari penculikan aktivis politik tahun 98. Pun demikian dengan Subagyo HS tidaklah bersih dari berbagai pelanggaran HAM, lalu bagaimana dengan Hendro? kasus talang sari Lampung tahun 1987 tidak lepas dari tangan hendro yang penuh dengan berlumuran darah dimana saat itu Hendro sebagai Komandan Korem Garuda hitam Lampung.

Namun saat ini semua seakan-akan berbicara bahwa kerusuhan, penculikan maupun pelanggaran HAM, sebut saja nama Prabowo maka mereka akan terlepas dari dosa dan pelanggaran yang mereka lakukan. Para Jenderal pelanggar HAM ini tidak sadar bahwa pada tahun 1996 hingga tahun 1997, Megawati sangat membenci para Jenderal ini, apalagi ucapan megawati terhadap Wiranto sangat menyakitkan prajurit Abri saat itu.

Tapi mengapa saat ini cacian maupun penghinaan  yang mereka terima dari petinggi partai yang saat ini mereka bela sudah berubah  menjadi semangat 45 bagi para mantan petinggi ABRI ini? jawabnya adalah para mantan jenderal ini masih  haus akan kekuasaan dan proyek dari penguasa jika Jokowi nanti terpilih menjadi Presiden.

Buktinya? Jenderal Wiranto tentu berharap partainya maupun anak buah dari Partai hanura ada yang jadi Menteri, lalu bagaimana dengan Luhut Panjaitan? proyek ERP ( electronic Rapid Payment) sebuah sistim yang akan dilakukan dijalan-jalan protokol di Jakarta akan diberlakukan pungutan, jika melewati pada jam sibuk dengan penumpang dibawah tiga orang, Perusahaan luhut sangat berminat untuk menggarap proyek ini, seperti yang disampaikan oleh pihak pemda DKI, untuk mengganti joki yang saat ini masih berjalan di DKI.

Hal yang sama juga diharapkan oleh Hendro, maupun Subagyo ada yang diincar dari Jokowi jika Presiden terpilih nanti Jokowidodo. Disinilah bukti dari pada dukungan mantan laskar tak berguna ini bagi Capres Jokowi bahwa nama Institusi dicemarkan asal kepentingan pribadi dapat terwujud nantinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun