Mohon tunggu...
Joseph Nazareno
Joseph Nazareno Mohon Tunggu... Lainnya - freelance

sederhana saja

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Refleksi Pembaca terhadap Komik Indonesia

30 Mei 2016   13:32 Diperbarui: 30 Mei 2016   13:48 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam setahun ini saya mulai aktif membaca Nusantarangers, entah karena sudah maniak dengan komik maka saya mulai melakukan pembacaan ide cerita dengan pisau bedah filsafat ketimuran. Tepatnya bulan September 2014 saya menerbitkan tulisan itu. Dan pembaca blog mulai naik bagai hukum permintaan dan penawaran. Namun kurang asyik bahwa hanya menarik suatu kesimpulan  dngan satu pisau bedah. Maka dalam tulisan saya ini saya akan membicarakan hal-hal lain yang belum disingungkan bulan lalu.

Sebetulnya yang menjadi suatu masalah yang urgentdalam dunia komik Indonesia adalah ekosistem persaingan pasar. Jika ku katakan Indonesia masuk dalam wilayah pasar asia-pasifik yang merupakan pangsa pasar incaran bagi bajingan-bajingan industri komik yang merajai dunia. Sebutnya Hongkong yang punya seorang Tiger Wong, lalu Jepang yang punya Industri Manga dan Indutri Kreatif yang mendukungnya. Belum lagi dua kelompok superhero asal Amerika.

Dimana Marvel dan DC Comic adalah sebuah industri yang kuat. Tokoh-tokoh punya pengemar masing-masing. Maka jangan heran jika komik-komik mau diwarung modern macam Gramedia,warung buku lama di Pasar Senen menjualnya. Sangat sulit anak-anak zaman sekarang merengek ditoko buku untuk meminta komik Gundala atau buku Pramoedya.  2006, saat duduk dibangku SMP. Teman-teman hanya asyik membicarakan komik macam Naruto atau One Piece sedangkan sekedar bicara Amerika tiada kata yang lebih menarik daripada Smack Down.

Akibat membaca majalah Hai saya mengetahui sedikit banyak tentang perkembangan komik asli Indonesia. Sebetulnya komik Indonesia memiliki perkembangan yang cukup masif sebelum akhir 1980-an. Dimana komik Gundala dan Sibuta dari Goa Hantu menjadi primadona dalam masyarakat. Namun entah mengapa komik lokal mulai kehilangan pasar.  Komik-komik dari negeri matahari terbit memanjakan masyarakat Indonesia. Hal ini mulai ditambah bagimana generasi yang mendapatkan asupan komik jepang lebih membuka ruang diskusi dari apa yang mereka konsumsi.

Dari Transkulturasi menyajikan ekosistem

Secara umum komik jepang memiliki gairah yang sama yang coba ditawarkan penulisnya. Seorang tokoh komik macam Seiya,Naruto, Luffy, atau Ueki. Memiliki pembentukan karakter sifat yang sama. Katakan seorang Seiya,Naruto,Songoku,dan Luffy yang pantang menyerah dan suka sekali makan dan berbagai sifat yang sama lainya. Pembentukan ini mengambarakan tokoh umum yang dibangun oleh sebagian komikus adalah seorang yang bukan siapa-siapa.

Sebagai penyimbang muncul tokoh-tokoh yang memiliki sifat yang dingin untuk menimbulkan persaingan antara tokoh utama dan tokoh lawan. Munculnya Vegeta ataupun Sasuke adalah sebagian kecil dari usaha membuat komik-komik jepang menjadi menarik. Tidak peduli ini membicarakan Ninja ataupun bajak laut namun persaingan antara tokoh akan terlihat sama walaupun bendera menampilakn latar belakang cerita yang berbeda.

Selain dari sifat tokoh, kesamaan gambaran umum dari komik-komik juga muncul simbol dari kebudayaan mereka. Seperti hal RA Kosasih yang memvisualkan mahabharata gaya Indonesia dengan media komik. Komikus Jepang lebih membicarakan banyak hal lebih sederhana. Semisal nama Itachi,Ichigo,Naruto adalah memiliki arti yang lekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Itachi atapun Ichigo adalah bagimana pelafalan atau mengucapkan bilangan pertama dalam bahasa Jepang sendiri.

Transkulturasi sebenarnya kata yang sering dikatakan saat mengulas fenomena yang terjadi dalam masyarakat dalam kacamata sosiologi.  Partikiri Simbolon sendiri  yang menjelaskan bahwa Transkulturasi adanya transfer budaya yang antara satu ke satu budaya lain.  Sebagai contoh kondisi Religius dan musik Reggae menjadian banyak musisi Brazil mengambil pose Yesus dan warna-warna yang lekat dengan musik Reggae untuk album musiknya. Hal yang sama dilakukan oleh komikus-komikus Jepang. Mulai dari serapan menghitung budaya makan porsi besar yang sering dilekatkan pada tokoh utama.

Siapa yang melarang Transkulturasi dalam industri kreatif ?  kejadian ini membuat masyarakat sambil menyelam minum air. Demikian kita menikmatinya, Amerika begitu berhasil mengilustrasikan tentara Amerika yang cita-cita begitu idealitas macam Captain Amerika dan pemimpin the best of superhuman. memiliki ciri khas tentang tokoh kamen rider utama dan pemeran Super Sentai warna memiliki sifat utama yang tidak mungkin berubah.

Walaupun terkadang memiliki sifat yang berbeda seperti Kamen Rider Kabuto atau berberapa tokoh Super Sentai merah yang memiliki sifat sombong. Sedangkan sifat cuek tetap dipengang oleh Kamen Rider Decade atau sifat Gokai Re yang mementingkan ambisi dia. Namun jika memadang segi hiburan yang pasti menjadi nilai jual maka sifat-sifat ini harus ada dlam semua karya industri kreatif Jepang. Harus ada yang Cantik, Harus ada yang Pintar, Harus ada yang Dingin, Harus ada yang Bodoh.

Maka kita menikmatinya apapun yang disajikan, terima kasih.

Kita lemah, Karena dilarang Sekolah

Tahun lalu, saya wawancara dengan Is Yuniarto membicarakan komik yang dia ciptakan. Dia bercerita bahwa komik adalah benda terlarang untuk masuk kampus. Aku belum pernah mengalaminya namun jelas, Guru-guru di SMP ku dulu menjadikan Komik benda terlarang. Namun setelah kuliah aku tidak sependapat dengan itu. Jika komik benda terlarang segolongan dengan Narkotika atau Napza, VCD porno, VCD Smack Down , dan lainya.

Namun sampai sekarang belum ada contoh data yang kompeten yang bisa menjadi alasan larangan tersebut.  Padahal di negara-negara yang memiliki kuasa yang jelas tenrhadap politik dunia memiliki metode yang jelas untuk komik. Seorang peneliti macam Hutchison memiliki dta pada tahun 1949, bahwa 74% guru yang disurvei menganggap bahwa komik "membantu memotivasi", sedangkan 79% mengatakan komik "meningkatkan partisipasi individu" . Satu guru bahkan mengatakan bahwa komik membuat pembelajaran menjadi "pembelajaran yang sangat mudah". Sedangkan dalam dunia pengembangan alat pendidikan modern, komik dijadikan alat pembelajaran. Hal ini meniru kebudayaan industri kreatif. Sekali lagi, saat dibangku kuliah pendidikan sejarah di UNY seorang dosen menjelaskan bahwa komik adalah sarana pembelajaran yang cukup ideal.

Namun harusnya kita mengerti, kita tidak seperti Jepang yang memiliki Shonen Jump dan industri komik yang tinggi. Memang benar ada Re-on dan lainya, namun saat kita menjadi bahwa di Jepang sendiri seperti ekosistem yang kuat membaca walaupun komik sedangkan kita masih sulit mengharapkan membaca. Indeks membaca tahun 2013 masih rendah jika menengok data dari  Perpusnas.

Setelah komik Indonesia pernah berjala diakhir 1980an.  Praktis kita hanya menjadi kosumen terhadap karya asing. Dalam mas sekarang benar banyak sekali komikus muda macam Is Yuniarto dan Shani Budi yang karyanya mulai disukai masyarakat.  Namun say sebetulnya berharap adanya usaha dari kebijakan pemerintah untuk sekedar “memfasilitasi” karya bangsa. Karena kalau tidak kita hanya melihat bagimana masyarakat akan menerima apa yang ditawarkan asing. Karena miliki kekuataan dalam meraih tangan masyarakat.

Karenanya, pemerintah harus dalam langkah lebih kedepan, minimal membuat aturan yang cukup memberikan nilai lebih dalam segi persaingan pasar yang lebih sehat bagi komik Indonesia. Jika mungkin nanti bisa memberikan nilai permintaan maaf untuk komik-komik yang lama dibuang namun menjadi teman sekarang.

Upaya mereka karena negara kurang sigap

Membaca Nusantaranger baca pandangan lama yang dilupakan, mungkin kita terlalu malas membuka halaman belakang atlas,RPUL, atau lainya. Konsep Ruh adalah ditawarkan Shani Budi dan teman-teman-teman ini sebetulnya sangat sederhana namun sangat puitis. Hari ini dimana Kalimatan yang memprihatinkan karena Hutan dirusak atau bagimana populasi binatang langka makin memprihatinkan.  Sekarang saya kan membuka pembicaraan dari Jawa.

Rangga adalah seorang Jawa, dari pakaian merah Nusantarangers sangat mengambarkan Prajurit jawa yang memiliki semangat satria. Dalam masyarakat jawa terlebih Jawa Tengah dan Jawa Timur, merah adalah gambar dari semangat dan kekuataan. Sampai kerajaan Majapahit mengunakan sebagai panji kerajaan lalu lanjut sampai kepada kesultanan Yogyakarta dan kasunanan Son masyarakat. Memang warna merah yang juga dirasakan daerah lain, namun rasa jauh lebih enak menempatkan Rangga pada tempat ini.

Lalu Elang Jawa dalam cerita yang merupakan Ruh dari Rangga memiliki keunikan tersendiri merupakan jenis burung yang dilindungi bukan hanya karena jumlah saja. Namun kuat sekali bahwa lambang kita Garuda Pancasila merupakan ilustrasi dri burung ini. Garuds sebetulnya adalah lambang kejayaan yang kekuatan. Dalam buku perang yang sudah ada sejak kerajaan Hindu-Budha yang memang menginspirasi para ksatria kerajaan tradisional dalam menghitng gelaran (formasi) perang yang cocok. Maka Garuda merupakan bentuk gelaran perang yang kuat memberikan sapuan serang yang langsung menyerang pusat pertahanan musuh.

Kreatifitas yang awalnya memberikan porsi pada satwa daerah yang dilindungi baikitu; Harimau Sumatera, Anoa, Orang Hutan, dan Hiu gergaji menujukan bahwa kita mesti melindungi kekayaan alam karena bukan karena tertulis namun toh merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat. Maka selamat memberikan tempat yang kuat bagi masyarakat. Kini semoga saja aku tidak terkena kata Chairil yang mematikan.

“matai Kau dikoyak sepi”.

31 Desember 2014, 22:23

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun