Pernyataan perpisahan yang masih sangat membekas bagi para penggemar dan penonton setia Indonesian Idol sampai musim ke sepuluh kemarin di tahun  2019-2020. Daniel Mananta selaku Host atau MC selama 12 tahun terakhir, sangat menempel di ingatan para pemirsa setia, yang mengejutkan dengan membuat pernyataan  bahwa dirinya  mundur dari Indonesian Idol, beberapa bulan yang lalu. Spontan hal itu menjadi pertanyaan, ada yang berasumsi dengan adanya masalah iternal dari pihak Idol. Tapi, hal itu disanggahnya dalam beberapa kesempatan dalam sebuah wawancara atau sekedar perbincangan santai di channel youtube beberapa temannya.
'Cahaya idola adalah terang. Jangan takut jadi terang. Karena itu rahasia keberhasilan seorang juara.'
Itulah 3 kalimat pembuka dalam rangkaian kalimat perpisahan yang disampaikan Daniel setelah sempat menggantikan Boy William sebagai host baru  selama beberapa minggu yang tak hadir karena alasan kesehatan. Rangkaian kalimat perpisahan itupun diung di akun instagram @Indonesianidolid, yang menyertakan juga foto Daniel.
Memang sangat menarik kalimat-kalimat yang disampaikan Beliau. Daniel juga mengajak kepada semua yang menyaksikan secara langsung ataupun potongan video tersebut, untuk dapat bersama-sama dapat mengeluarkan terang yang ada di dalam di dalam dirinya. Dipertajam lagi, disebutkan juga terang itu bisa berarti talenta, bakat atau potensi yang setiap orang pasti miliki. Pesannya juga agar jangan sampai takut untuk dapat memperlihatkan terang itu kepada orang banyak.
Sebagai dari salah satu yang mau mencoba memahami arti dari pernyataan tersebut, saya sangat setuju dengan pernyataan tersebut. Setiap kita mempunyai idola, apapun itu bidangnya. Rasa kagum pasti kita miliki kepada sang idola. Saat itulah kita mulai memperhatikan setiap penampilannya dan ingin mengambil contoh dari idola. Secara langsung idola tersebut sudah berpengaruh bagi kehidupan para penggemarnya.
Itulah yang mungkin dimaksudkan dengan terang tersebut. Saat idola yang dijadikan panutan/acuan/patokan dalam kehidupan para penggemarnya, di sanalah dia menyinari kehidupan para penggemar. Seperti matahari yang terus bersinar dan menjadi acuan/patokan kehidupan di bumi. Begitu juga menjadi tanggung jawab bagi sang idola untuk terus memberi pengaruh positif bagi para penggemar. Jangan sampai disahkan karena sebagai idola menjadi contoh yang buruk bagi para penggemar atau yang sekarang disebut juga sebagai pengikut, mereka akan menuruti apa yang dilakukan idolanya.
Pesan kedua yang mungkin ingin disampaikan adalah seorang idola tak harus selamanya dijadikan  hanya sebagai idola. Maksudnya, jangan sampai idola itu hanya untuk dilihat dan dikagumi, namun jadikanlah idola sebagai pemacu semangat dan mentor untuk mencapai kesuksesan, sesuai dengan bidang masing-masimg. Sebagai penggemar, ada baiknya jangan hanya puas dengan mengidolakan dan kagum serta mengagung-agungkan sang idola, tapi sebenarnya semua orang layak untuk menjadi idola, dengan usaha dan etika atau perilaku yang baik. Jadi pesan yang ingin disampaikan adalah jangan takut bermimpi dan terus berusaha dan berdoa, karena hasil tak akan mengkhianati proses. Perjuangan yang dilakukan bisa berarti perjuangan usaha dan juga berdoa yang kuat agar segala jalan dimudahkan/diluruskan. Toh, manusia hanya menjalankan kehidupan yang ada pemberian Yang Maha Kuasa.
Jadi dari dua pesan yang mungkin ingin disampaikan, kita dapat mengambil kesimpulan. Pertama sebagai idola tidaklah mudah, ada perjuangan yang sudah dilewati. Begitu pula dengan tanggung jawab yang dia punya sebagai panutan bagi para penggemarnya. Yang kedua, setiap orang mempunyai kesempatan untuk menjadi idola sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki. Hal yang perlu dilakukan adalah serius dalam berjuang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H