Mohon tunggu...
Joseph Imanuel Setiawan
Joseph Imanuel Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Joseph IS

Cerdas adalah mengenal diri dan menjadi dewasa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

2020, Terima Kasih untuk "Pelajarannya"

30 Desember 2020   16:00 Diperbarui: 30 Desember 2020   16:01 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bangka.tribunnews.com

Pembatasan sosial akibat pandemi secara resmi diumumkan sejak tanggal 16 Maret 2020. Pencegahan penularan virus yang saat itu masih menjadi misteri dan menakutkan. Belum selesai dan semakin parahnya keadaan, membuat pemerintah memperketat pembatasan sosial. Semua sektor terdampak akibat pembatasan tersebut. Mulai sektor ekonomi, seperti perdagangan, perkantoran, industri hiburan, sampai kepada peribadatan dan pendidikan.

Segala usaha telah dibuat dengan dikeluarkannya beberapa kebijakan darurat dari pemerintah dan sektor terkait. Dampak nya terlihat sangat jelas, ekonomi yang mengalami penurunan di segala aspek. Namun satu hal yang sangat berdampak berat adalah pendidikan. Ujian yang saat itu menjadi pertaruhan antara standardisasi skor pendidikan dengan ancaman kesehatan. Siswa yang harus mengikuti ujian kelulusan harus secara cepat baradaptasi dengan ujian berbasis online. Masalah ini terus mengulur sampai tahun ajaran baru yang membuat baik guru, siswa bahkan orang tua mengalami kelelahan serta kebingungan.

 Lulus merupakan predikat yang sangat dinantikan oleh siswa SMA ataupun sarjana. Perayaan dan perpisahan selalu menjadi hal yang berkesan dan meninggalkan bekas goresan haru. Namun, sebaiknya jangan tanyakan kesan itu kepada angkatan 2020. Pertanyaan itu bisa saja menjadi hal yang sensitif. Tentu saja, kami hampir tak merasakan semua momen yang berkesan itu. Ujian dan pengumuman kelulusan dari rumah, hingga wisuda dan perpisahan dilakukan secara sederhana dan terbatas, bahkan ada pula yang dilakukan secara online.

Belajar di rumah dilanjutkan sampai tahun ajaran baru. Pengalaman menjadi mahasiswa baru dirasakan sangat berbeda, itulah yang diceritakan oleh teman-teman saya secara langsung maupun lewat sosial media. Saya harus menundanya sampai tahun depan. Tapi pelajaran pertama yang saya dapatkan adalah belajar itu bisa dari dan di mana saja.

Tentunya sebagai calon mahasiswa saya harus mencari tahu terlebih dahulu pelajaran apa yang saya akan dapatkan dari jurusan yang saya pilih. Saya sedikit demi sedikit mulai memperdalam pengetahuan saya tentang psikologi. Saya membaca buku, artikel demi artikel, begitu juga dengan video pengalaman mahasiswa yang sudah ada atau pun yang sudah lulus dari jurusan psikologi. Beberapa dari mereka berkata bahwa berkuliah psikologi bisa dikatakan sebagai pengalaman dalam berobat jalan. Tentu saja, setiap mahasiswa langsung diajar oleh dosen yang merupakan lulusan bahkan berprofesi sebagai psikolog. Keseharian dipenuhi dengan pengajaran dan diselingi oleh sesi-sesi tanya jawab yang bisa juga dipergunakan sebagai kesempatan untuk berkonsultasi atau konseling bahkan.

Sebagian orang atau bahkan bagi yang tertarik masuk jurusan psikologi mungkin sedikit terganggu dengan istilah 'berobat jalan'. Dalam benak masing-masing mungkin terlintas 'untuk apa berobat jika kita tidak sakit?'

Secara sederhana memang istilah berobat diperuntukan untuk orang sakit. Namun banyak orang sangat tidak menyadari bahwa sebenarnya dirinya secara mental dan kejiwaannya tidaklah dalam kondisi sehat. Mungkin tak parah seperti misal dalam medis fisik, menderita penyakit jantung dan penyakit berat lainnya. Tapi terkadang orang menderita penyakit ringan seperti batuk atau flu. Begitu juga dengan mental dan kejiwaan. Banyak gejala-gejala ringan yang sebenarnya harus segara  diselesaikan dan disembuhkan sebelum nantinya menjadi parah, seperti gangguan kejiwaan, yang harus ditangani oleh psikiater.

Setelah menyerap sedikit pelajaran tentang hal ini, saya pun mulai memahami dan mengalaminya. Sedikit demi sedikit gejala-gejala, yang mungkin sudah muncul sejak hulu, kembali ada. Tapi sesuai yang saya pelajari gejala itu bukanlah harus ditakuti, namun harus diobati dan disembuhkan.

Segala hal yang tak bares itu mulai muncul lagi tahun ini. Dan hebatnya hal ini harus saya lakukan di masa karantina wilayah yang terus digaungkan pemerintah. Saya tak bisa leluasa untuk pergi ke luar sana untuk sekedar mencari udara bebas atau bertemu dengan teman serta melakukan diskusi-diskusi yang sangat saya perlukan. Saya seperti ada di kondisi harus menyelesaikannya secara sendiri dan untuk diri saya sendiri.

Segala perasaan takut, khawatir, kesepian, kebingungan terus menghampiri. Kebingungan untuk menerjemahan setiap perasaan yang ada, tentang diri sendiri maupun hubungan-hubungan yang saya miliki dengan orang sekitar saya, intinya kesepian itu tak pernah mengenakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun