Mohon tunggu...
Joseph Imanuel Setiawan
Joseph Imanuel Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Joseph IS

Cerdas adalah mengenal diri dan menjadi dewasa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Jangan Sepelelekan Lagi Pelajaran Ini!

22 November 2020   20:01 Diperbarui: 23 November 2020   16:27 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di kalangan siswa bahkan mahasiswa sering  terdengar keluhan tentang pelajaran yang sedang dipejari. Bayak yang berkata 'buat apa sih belajar materi pelajaran ini', 'aku ga suka pelajaran ini karena ga cocok sama bakat aku', 'kayaknya pelajaran ini ga penting', dll.

Memang pada kenyataannya manusia tak akan bisa mempelajari dan menguasai semua pelajaran. Pasti seseorang memiliki kecenderungan di satu sisi dan kekurangan di sisi yang lain.

Sementara itu karena kegiatan pembelajaran yang cenderung padat dan sibuk, terkadang materi dan hal-hal yang dasar yang bertujuan sebagai landasan pemikiran dalam pembelajaran seperti  nilai-nilai dan tata bahasa menjadi kurang tersentuh dan hanya sekedar selewat.

Di Indonesia sendiri itu masih terjadi dan tentunya sangat menghambat. Hal-hal yang terlewat seperti di atas sebenarnya sangat memungkinkan dan membutuhkan keeratan hubungan yang baik antara guru dan siswa.

Pada kenyataannya ada sisi dilematis di kegiatan belajar mengajar. Di satu sisi, jika guru kurang disukai maka apa yang diajarkan akan sulit untuk diterima. Sedangkan guru sendiri untuk saat ini masih terlalu disibukkan dengan tugasnya yang memang sudah menjadi tanggung jawabnya, sehingga kehabisan waktu dan tenaga untuk para siswanya.

Lalu, apa saja sebenarnya pembelajaran yang dimaksudkan harus kembali didalami lagi?

Pelajaran bahasa Indonesia

Di sekolah rata-rata mempelajari bahasa daerah dan satu atau dua bahasa asing selain bahasa Indonesia. Terkadang hal ini yang membantu siswa dalam belajar karena dapat dijadikan pembanding. Namun, bisa juga menjadi pengalih fokus.

Khususnya di zaman sekarang, bahasa asing bisa jadi dianggap lebih berguna dan keren. Sedangkan, pembelajaran bahasa Indonesia terkadang terkesan kurang penting karena dianggap sudah dipakai sehari-hari sehingga lebih diarahkan kepada teori-teori seperti membuat surat, biografi, puisi, cerita, dll.

Sebenarnya tidak ada salahnya karena hal-hal itu sangat berguna dan aplikatif. Namun, terkadang siswa salah fokus hanya untuk memenuhi tugas saja, tanpa mendalami lagi sisi kebahasaannya.

Akibatnya siswa yang hanya memiliki sedikit waktu untuk belajar bahasa Indonesia di sekolah, sedangkan saat dia bermain dan bergaul dengan percakapan sehari-harinya, akan sulit mengimplementasiakan bahasa yang baik dan benar.

Bukan berati bahasa yang kita gunakan harus baik atau baku dan sesuai atau tidak boleh menggunakan bahasa pergaulan (bahasa gaul). Namun, sering ditemukan kesalahan-kesalahan dasar, dan terkadang terdengar lucu dan menggelikan, bahkan berbahaya jika itu keluar saat berbicara dengan orang yang penting.

Hal itu terjadi karena adanya anggapan kalau dalam percakapan tak usah terlalu rumit, maka asal saling mengerti saja sudah cukup. Itu pula sebenarnya yang sering dikatakan pengajar bahasa asing saat melakukan pengajaran.  Dan itu pula nampaknya yang membuat beberapa orang kesulitan belajar bahasa asing, karena masing kurang memahami dan kurang baik dalam menggunakan bahasa sendiri.

PKn/PPKn ( Pendidikan Kewarganegaraan)

Pelajaran ini terkesan hanya sebagai pelengkap rapor siswa. Pelajaran ini kurang disuakai oleh siswa karena terlalu banyak hafalan berupa teori, sejarah dan pasal-pasal yang cukup menyulitkan.

Padahal, inti dalam pembelajaran ini sangatlah penting dan bernilai tinggi. Sudah seharusnya bukan hanya menjadi hafalan semata.

Harapan yang ditaruh dengan adanya pelajaran ini adalah agar para generasi penerus bangsa dapat memahami sejarah perjuangan dan pembentukan Indonesia, cara meneruskan perjuangan itu beserta panduan-panduannya.

Jadi, jika ingin di depan, jadilah lembaga pemerintahan atau politik(legislatif). Jika ingin mengawasi jalannya negara dan  pemerintahannya, maka jadilah lembaga-lembaga seperti polisi/TNI, KPK, KPU, BNN, dll. Jika ingin ingin menjadi masyarakat biasa atau berusaha sebagai swasta, maka berpartisipasilah sebaik mungkin dan kembangkanlah itu untuk mengharumkan bangsa, namun harus tetap dalam koridor hukum yang sudah diatur.

Maka jika disimpulkan, pelajaran ini sebenarnya agar generasi penerus dapat memahami bentuk dan cara partisipasi rakyat kepada negara yang sangatlah luas. Karena untuk menjadi negara maju sangat sulit jika hanya sebagian pihak yang berpartisipasi.

Negara-negara kecil, layaknya kendaraan kecil seperti motor atau mobil sedan yang jika mogok sangat mudah mendorongnya dengan satu atau dua orang. Bayangkan jika di Indonesia hanya membebankan beban kepada sebagian pihak. Bagaikan mobil truk gandeng yang membawa muatan banyak. Jika truk itu mogok, akan sulit mendorongnya dan membutuhkan banyak orang yang membantu mendorongnya.

Jadi sebenarnya kekurangan nilai-nilai yang dasar akan berpengaruh cukup signifikan. Karena memang manusia dituntut terus maju dan mengembangkan diri, namun ada saatnya manusia juga harus kembali lagi ke hal-hal yang sangat mendasar. Hal itu yang nantinya akan semakin mendukung manusia untuk terus maju dan mengembangkan diri dengan kualitas diri yang lebih baik.

Seperti diketahui dan sudah sering dikatakan, di dunia profesional tak hanya skill atau  kemampuan yang dibutuhkan, tapi sikap perilaku dan etika yang sangat disukai dan dibutuhkan dari setiap orang, agar kehidupan tak banyak terhambat dengan konflik-konflik sepele.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun