Mohon tunggu...
Josephine Larasati
Josephine Larasati Mohon Tunggu... -

Dua remaja yang beranjak dewasa, mencintai politik, kritis, dan pro terhadap perubahan. Karena berani berubah itu wujud kedewasaan. Ad Maiorem Dei Gloriam.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mentis Novum

25 Februari 2016   13:11 Diperbarui: 25 Februari 2016   13:48 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Revolusi Mental. Banyak pandangan masyarakat yang menganggap bahwa ini adalah omong kosong saja, tanpa ada bukti. Mereka mempertanyakan kinerja dari Kabinet Kerja bentukan Jokowi. Bahkan, dulu sempat tercetus trending topic tentang "365 hari kegagalan Jokowi". Dalam topik tersebut mereka menagih kembali janji-janji yang diuraikan Jokowi pada saat masa kampanye dulu.

Bagi mereka 365 hari adalah waktu yang sangat lama untuk merealisasikan janji-janji tersebut dan mengadakan perubahan yang berarti bagi bangsa Indonesia ini. Namun, apakah 365 sungguh merupakan waktu yang cukup untuk perubahan itu sendiri? Masyarakat sepertinya tidak menyadari bahwa 365 hari bukanlah waktu yang lama untuk menuju suatu perubahan, karena perubahan yang nyata tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Salah satu hal yang disoroti masyarakat dalam janji kampanye Jokowi adalah revolusi mental. Menurut KBBI, kata revolusi berarti perubahan yang cukup mendasar dalam suatu bidang. Kata "mendasar"di sini sama halnya dengan pondasi sebuah bangunan. Masyarakat tidak menyadari bahwa untuk mengubah "pondasi" tersebut sangat sulit, karena harus merubuhkan rumah, mengganti pondasi, baru membangun rumah kembali dan pada akhirnya menghasilkan rumah yang lebih kokoh. Itu berarti bahwa pola pikir masyarakat Indonesia perlu disamaratakan kembali untuk membangun mental yang lebih kokoh.

Kita harus mengingat bahwa revolusi mental adalah hal yang baru di negeri ini. Ini menunjukkan mental bangsa Indonesia belum pernah diperbaharui sejak dulu bahkan sebelum kemerdekaan. Oleh karena itu, Jokowi mempunyai tugas yang cukup berat untuk membangun kembali mental bangsa yang semakin lama semakin rusak ini. Bangsa Indonesia sendiri adalah bangsa yang besar dan terdiri dari berbagai macam kalangan. Ibarat kata mengubah mental 1 orang saja bukan hal yang mudah dan butuh perhatian khusus, apalagi merevolusi mental 1 bangsa ini. Dengan demikian, kita merasa bahwa anggapan masyarakat tentang "365 hari kegagalan Jokowi" ini terlalu dangkal untuk diucapkan.

Contoh nyata dari keseriusan pemerintah dalam revolusi mental adalah melalui program penguatan kerja KPK, pemberian hukuman mati kepada tersangka narkoba, pemberian penghargaan sekolah berintegritas UN, dan beberapa hasil dari kerja cepat para menteri dalam Kabinet Kerja milik Jokowi. Jokowi menolak untuk merevisi UU KPK yang melemahkan kinerja KPK, melainkan KPK diperkuat agar pemberantasan korupsi sungguh-sungguh sampai ke akarnya karena korupsi sangat merusak mental bangsa ini.

Pemberian hukumnan mati pada tersangka narkoba menunjukkan ketegasan pemerintah dalam hal revolusi mental, agar pemberian hukuman mati memberi efek jera dan takut pada masyarakat baik yang sudah maupun belum menggunakan. Pemberian penghargaan integritas UN membuktikan penghargaan pemerintah kepada lembaga sekolah, yang berperan penting dalam pembentukan mental generasi bangsa. Pemerintah secara langsung mendukung sikap sekolah dalam melahirkan generasi penerus bangsa yang berkualitas.

Dari contoh-contoh di atas kami rasa sudah cukup membuktikan bahwa revolusi mental yang dicetuskan Jokowi bukan hanya omong kosong semata. Memang hasil yang tampak di depan mata masih sedikit, namun kami percaya bahwa ini adalah permulaan yang baik untuk hasil ke depannya. Karena untuk jangka waktu satu tahun saja pemerintahan Jokowi sudah bisa menghasilkan bukti nyata yang demikian, apalagi untuk tahun-tahun berikutnya. Selain itu sebagai warga negara yang baik kita tidak selayaknya hanya mempertanyakan, namun juga harus mendukung bahkan ikut berpartisipasi dalam menyukseskan revousi mental untuk Indonesia yang lebih baik.

 

Eleonora Indira Larasati bersama Louw, Josephine Vania M.

SMA Kolese Loyola

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun