Mohon tunggu...
Jose
Jose Mohon Tunggu... Guru - Saya Hose merupakan seorang guru. Saya memiliki pengalaman mengajar masih sangat mudah, kurang lebih empat tahun. Dan saya memiliki kesempatan menulis kolaborasi serta memiliki karya pribadi.

Saya Hose merupakan seorang guru. Saya memiliki pengalaman mengajar masih sangat mudah, kurang lebih empat tahun. Dan saya memiliki kesempatan menulis kolaborasi serta memiliki karya pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ngapain Kerja?

8 Februari 2023   22:52 Diperbarui: 8 Februari 2023   22:55 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahakan pikiran dapat menciptakan sesuatu sesuatu yang kita anggap sia-sia, tidak memberikan dampak.

Pernahkan Bapak Ibu merasa bahwa Bapak Ibu sering sekali belajar sesuatu? Ketika terlalu dalam belajar sesuatu, apapun itu, ia merasa lelah. Pada titik kulminasi ia bertanya: mengapa saya mengerjakana hal ini ya? Bukankah saya telah terhipnotis dengan pekerjaan ini?

Ada sebuah istilah yang akhir-akhir ini muncul, yaitu hustle culture. Hustle culture seringkali muncul di dunia kerja. Beragam keluahan yang dapat kita jumpai di dunia kerja. Ada rasa malas, ada rasa bingung dengan apa yang dikerjakan. Situasi ini diciptakan oleh pikiran yang konon oleh Karl Marx menyebutnya alienasi. Alienasi merupakan suatu keadaan dimana para pekerja merasakan suatu hal yang mereka kerjakan  tidak memberikan dampak positif bagi dirinya, bahkan mereka tidak mengalami rasa bahagia.

Apa yang perlu kita lakukan ketika kita mengalami hal ini?

Coba imagine again, pernakah Bapak Ibu fokus, bahkan  tidak ada waktu luang untuk berjedah.  Setiap hari selalu kerja, sibuk terus! Entah apa yang dilakukan, yang penting setiap hari sibuk. "Saking" sibuknya, lupa istirahat, refreshing.

Nah, jika kita mengalami demikian, sebenarnya kita mengalami situasi apa ya?

Hustle culture merupakan suatu kebiasaan atau aktivitas yang dilakukan seseorang "berlebihan", tidak bisa dikontrol dengan baik dan apa yang dilakukan nya,  ia tidak tahu tujuan yang jelas.

Sudah tahu kan, hustle culture?

Dan bagaimana cara mengatasinya?

Nah, ini ada beberapa langkah untuk mengontrol hustle culture dalam diri kita. Pertama, miliki tujuan (pupose). Purpose tidak melulu membicarakan soal materi, tetapi most likely measureable, sesuatu yang harus diukur.

Apa yang diukur?
Values in ourself, nilai-nilai di dalam diri kita. Bagaimana mengenal nilai tersebut? Know yourself-aware, kenali diri sendiri. Mengenal diri sendiri membutuhkan kesadaran utuh (mindfulness). Saya lapar, saya haus, saya stres. Jika anda mengalami hal ini, berjedalah. Berjedah bukan sekadar wasting time, tetapi benar-benar memulihkan segala pikiran, emosi, kelelahan, ya harus all out.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun