Terasa sunyi, tak ada siswa berseliwiran di pintu masuk dan lorong menuju kelas. Semua terlihat tenang tak ada yang hentakan kaki di lantai dua. Wah, ternyata hari ini (Selasa, 7 Februari 2023) siswa di liburkan. Ada apa ya? Wah, hari ini ada acara 100 tahun NU di Gelangang Olah Raga (GOR) Sidoarjo. Dan semua pelajar  diliburkan, proses pembelajaran dilakukan secara daring.
Saya telah berada di sekolah pukul 6.25 WIB. Awalnya ada semangat bertatih-tatih untuk mengajar. Ya, saya mengalami trouble dengan laptop saya sehingga proses pembelajaran daring  terhambat. Apakah saya menyerah? Ya, masih ada cara yang dapat saya lakukan, yaitu saya memberikan informasi untuk memulai pembelajaran malalui WhatsApp chat, sembari mencari informasi tentang masalah laptop di YouTube.
Tepat pukul 7.25 WIB saya memulai pembelajaran dengan menggunakan media zoom. Ada sedikit berbeda ketika situasi belajar secara daring dimulai. Proses pembelajaran hari ini bersama siswa kelas VIII SMP Pembangunan Jaya 2 Sidoarjo.
Pembelajaran di mulai dengan saling sapa dan doa. Brainstroming merupakan langkah awal untuk melunakkan pikiran siswa sebagai langkah awal untuk membuka proses pembelajaran inti.
Materi pun disajikan dalam bentuk diskusi. "Sarana dan Keselamatan Manusia" merupakan topik pembahasan kami. Saling tanya-jawab menghiasi percakapan kami. Tujuan pembelajaran kami desain bersama. Saya mencoba mengajak keterlibatan siswa untuk membuat tujuan pembelajaran. Dari hasil diskusi itulah saya mengambil intisarinya sebagai tujuan pembelajaran.
Kami mencoba berdiskusi bersama dan mendapatakan pemahan bersama mengenai materi hari ini. Nah, pada tahap pendalaman materi, saya meminta siswa untuk mencari informasi demi menjawab beberapa pertanyaan yang saya ajukan. Kini waktunya mereka memberikan jawaban dari masing-masing pertanyaan tersebut. Â Â
Apa yang harus saya lakukan di waktu senggang? Â Sembari mengawasi siswa menyelesaikan tugas yang diberikan, saya menggunakan waktu untuk membaca buku.
Jatuh-Bangun Steve Jobs merupakan  judul buku yang saya baca. Saya memiliki kebiasaan membawa buku bacaan ke ruang kelas. Diwaktu senggang tentu saya akan membacanya. Kenapa saya lakukan ini?
Sederhana saja apa yang saya pikirkan. Jika saya tidak membaca maka saya akan ketinggalan informasi (pengetahuan). Dan tentu saja akan berdampak pula terhadap minimnya perbendaharaan kata ketika berbicara di hadapan siswa.
Pernah gak Bapak Ibu, mengalami pengulangan kata-kata dalam berbicara? Tentu saja hal ini adalah hal yang menarik untuk dibahas, bukan?
Ketika saya mengalami hal itu, saya mencoba untuk mencari cara. Cara yang saya lakukan adalah dengan membaca buku atau sejenisnya.
Dan mengapa saya lakukan ini? Saya kembali ke motivasi awal saya menjadi guru. Menjadi guru bukan sekadar abal-abal, tak memiliki daya juang belajar, tidak meningkatkan kompetensi diri dengan beragam cara yang disukai. Jika saya menjadi guru, jadilah guru yang berusaha untuk menyampaikan informasi terkini kepada siswa. Cara apa yang dapat saya lakukan? Membaca adalah jalan utamanya.
Tidak heran, ketika saya membaca, saya memiliki buku tulis untuk menuliskan gagasan-gagasan penting yang saya temukan dari sebuah buku. Apakah ini hal yang merepotkan?
Bagiku tidak ada yang merepotkan. Sesuatu yang saya lakukan memiliki tujuan baik. Tujuan yang baik akan memberikan rasa senang, rasa puas. Bukan sekadar ini, saya menulisnya karena ada hal yang saya dapatkan yaitu saya mudah mengingat, tulisan-tulisan tersebut membantu saya dalam membuat sebuah tulisan. Dan masih banyak hal lain yang saya alami.
Selain tindakan yang saya lakukan di atas, saya mempraktekkan skimming and scanning. Skimming is reading rapidly in order to find specific facts. While skimming trlls you what genaral information is within a section. Scanning helps you locate a particular fact.
Tindakan tersebut membantu saya untuk menulis informasi penting dari sebuah buku. "Jika Anda menulis dari apa yang dibaca, sistem operasinya sama ketika Anda mengingat".
Reading is a passport to countless adventures, ujar Mary Pope Asborne. Membaca itu aktivitas sederhana dan bisa tanpa biaya sama sekali.
Ada beberapa hal yang saya  rasakan ketika membaca, yaitu pertama, curiosity. Rasa ingin tahu muncul karena ada rasa penasaranpenasaran.  Seperti para bookish tergila-gila mencari jawaban atas pertanyaan. Misalnya mengapa seseorang mengalami long bad mood?
Bukulah yang memberikan rasa penasaran seseorang. Artikel di blogspot, kompasiana, YouTube, Podcast di spotify tidak juga menjelaskan hal-hal penting, tetapi bukan menawarkan penjelasan yang lebih detail dan yang terpenting adalah ada tanggung jawab dari penulis. Buku yang bagus benar-benar memberikan rasa penasaran.
Kedua, benci terhadap kebodohan. Kita sering menjumpai seseorang pandai mengungkapkan  pengetahuan, mampu berbicara secara lugas, dll. Ketika kita menjumpai hal ini, kita mengalami suatu kesadaran akan hal itu. Mengapa ia seperti itu? Ini Adalah situasi ketika kita mengalami suatu kesadaran akibat pengalaman tersebut. Tidak tahu atau menjadi bodoh itu tidak enak, tidak keren, memalukan dan membawa diri terburukmu pada hal-hal yang kurang baik. Ini adalah refleksi untuk melakukan perubahan terhadap diri seindiri.
Ketiga, menyesuaikan impian. Ini adalah cara untuk mendukung proses seseorang untuk meraih sebuah tujuan. Referensi bacaan merupakan salah satu syarat untuk meraih kualifikasi keilmuan tertentu demi mengembangkan komptensi diri dalam meraih impian tersebut.
Selain ulasan di atas, membaca dapat menjadi rutinitas sehari-hari. Pada umumnya terpaksa, terbiasa, menikmatinya, merasakan manfaatnya, menyukainya. Membaca dapat memberikan beragam pengaruh bagi seseorang. Sudahkah kita membaca sesuatu karena rasa ingin tahu? Sudahkan kita membuat notes ketika menemukan inspirasi dari sebuah buku? Diantara kita memiliki beragam cara,pertanyaan tersebut hanya sekadar pemantik ingatan kita. Dan tidak ada yang salah dari apa yang kita lakukan;apa yang kita lakukan merupakan representasi dari apa yang kita butuhkan saat ini.
Ada sebuah jurnal yang pernah diterbitkan, Brain conectivity Jounal (2013) oleh para ilmuwan dari Universitas Emory menegaskan bawah membaca buku memiliki efek positif pada fungsi otak kita. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, ada peningkatan di korteks temporal kiri (area otak yang terkait dengan pembelajaran bahasa). Kedua, ada peningkatan aktivitas suklus sentral otak (lipatan dari korteks serbial yang memisahkan lobus parietal dan lobus frontal dan memisahkan area sensorik dan motorik).
Dari gagasan diatas, kita dapat menyadari bahwa ketika kita membaca, kita mengumpulkan gagasan seperti ayam bertelur dan pada akhirnya ia menetas. Sama halnya ketika kita banyak membaca membantu kita beragam cara, termasuk dalam berkomunikasi menjadi luwes. Kita akan memiliki pengetahuan yang luas dan membantu kita untuk mendesain gagasan ketika menulis, atau berbicara.Â
Dengan demikian, seperti tertulis dalam buku How to Read a Book menyebutkan ada empat hal yang dimiliki oleh pembaca yang baik, yaitu pertama, dasar. Ia lebih memahami dasar membaca efektif. Kedua, cepat. Ia lebih memahami teknik membaca cepat. Ketiga, sistematis. Ia mudah memahami struktur tulisan serta menangkap dengan mudah informasi yang dibaca. Keempat, sintopikal.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI