Dari cerita rakyat yang dikisahkan dalam lirik lagu "Lancang Kuning" ini, kita bisa memetik pelajaran berharga bagaimana menjadi seorang pemimpin, tidak hanya pemimpin dalam konteks pemerintahan tetapi juga dalam organisasi atau lembaga.
Pertama, seorang pemimpin haruslah orang yang diberi anugerah dan passion untuk memimpin. Seseorang yang tidak kurang faham tetapi memahami secara baik seluk peluk kepemimpinan. Menyerahkan roda kepemimpinan kepada seseorang yang tidak punya kemampuan dan hati untuk memimpin niscaya akan membawa kehancuran.
Terlebih lagi jika dipimpin oleh seseorang yang ambisi pribadinya jauh lebih utama dari kemashalatan negeri, maka tinggal menunggu waktu, apa yang dipimpinnya akan tenggelam dan hilang.
Kedua, meskipun seorang pemimpin dianggap seorang yang paling tepat untuk memimpin, bukan berarti ia tidak butuh orang lain untuk menjalankan kepemimpinannya. Justru, pemimpin yang bijaksana selalu akan belajar dan bersedia mendengarkan nasihat dari orang lain termasuk dari orang yang tak diperhitungkan sekalipun jika itu berguna bagi kebaikan bersama.
Namun, tentu saja ini bukan berarti setiap orang berhak memaksakan gagasannya untuk diikuti oleh sang pemimpin. Bagaimanapun, saya percaya seorang pemimpin yang dekat dengan Tuhannya, akan mempertimbangkan sesuatu yang disampaikan dan memberikan putusan sesuai hikmat dan petunjuk Sang Ilahi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H