Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Istriku Berpenghasilan 500 Dollar per Hari di Abu Dhabi, Nikmati Saja!

19 Desember 2020   06:30 Diperbarui: 19 Desember 2020   18:16 1495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasangan suami-istri| Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Terkait penghasilan, jika suami masih tetap bisa mencukupi semua kebutuhan keluarga dengan baik, maka cukuplah dengan menggunakan uang dari penghasilan suami. Penghasilan istri bisa ditabung atau untuk keperluan pensiun. Atau jika sangat berlimpah, bisa saja keduanya sepakat menggunakan untuk keperluan sosial.

Liburan ke Abu Dhabi (Dokumentasi Pribadi)
Liburan ke Abu Dhabi (Dokumentasi Pribadi)
Kondisi ini pernah terjadi di keluarga kami. Suatu saat, istri berkesempatan melakukan suatu project ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Sesuatu yang sangat ia impi-impikan sebelum menikah dengan saya. Karena ini adalah passion-nya, kami bersepakat berpisah sementara demi istri bisa berangkat ke Abu Dhabi.

Karena project di Abu Dhabi ini, istri saya mendapatkan penghasilan 500 US Dollar per hari, hampir setara gaji saya sebulan sebagai seorang ASN. Sesuatu yang tidak pernah saya duga sebelumnya jika istriku berpenghasilan berkali-kali lipat dari suaminya.

Apa yang saya pikirkan saat itu? Terkejut, ya. Senang, ya banget, hehehe .... Bagaimana tidak, karena passion istri saya malah mendapat bayaran yang jauh tak terbayangkan sebelumnya. Coba saja kalikan berapa hari selama 3 bulan disana.

Karena rezeki "ketiban durian runtuh" itulah akhirnya saya bisa menjejakkan kaki di tanah Arab, sesuatu yang tak pernah masuk list daftar tempat liburan yang ingin dikunjungi sebelumnya. Termasuk merasakan sebagai penumpang kelas bisnis di pesawat Etihad Airways, yang saat itu saya ingat benar, harga tiketnya 15 juta rupiah sekali jalan.

Saya dan istri memutuskan untuk menikmati rezeki yang Tuhan berikan melalui penghasilan istri yang jauh lebih besar ketimbang penghasilan saya. Selebihnya diinvestasikan untuk hari tua dan tentu saja untuk mendukung beberapa proyek sosial yang kami sepakati bersama dalam keluarga.

Apakah dengan ini stigma saya sebagai suami kemudian jadi buruk? Saya tidak pernah merasa demikian, karena untuk keperluan sehari-hari, seluruh kebutuhan keluarga tercukupi dengan penghasilan saya sebagai suami.

Sejak menikah, kartu ATM rekening gaji saya serahkan ke istri. Saya mempercayakan kepada istri untuk mengelola keuangan keluarga seberapa pun penghasilan yang saya peroleh.

Walaupun saya tahu, jumlah uang di rekening istri saya jauh lebih besar, kalaupun akan digunakan untuk keperluan keluarga, istri selalu mendiskusikannya lebih dulu.

Jadi, kalau penghasilan istri lebih besar dari suami, tidak perlu minder atau cemburu. Nikmati saja berkat Tuhan, termasuk berkat Tuhan karena memberikan seorang istri yang penghasilannya lebih besar dari suami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun