Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

HGN 2020: Bangkitkan Semangat Wujudkan Merdeka Belajar

25 November 2020   12:28 Diperbarui: 25 November 2020   16:52 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Latihan Tim Paskibraka HGN 2019 (Dokumen Pribadi)

Hari Guru Nasional diperingati setiap tanggal 25 November. Setiap tahun, pada acara peringatan hari guru, sekolah akan mengadakan upacara pengibaran bendera. Bertindak sebagai petugas upacara adalah guru-guru, mulai dari pemimpin upacara, pengibar bendera, hingga pembaca teks pembukaan UUD 1945.

Dalam upacara peringatan Hari Guru Nasional (HGN), juga akan dikumandangkan lagu "Hymne Guru". Pencipta lagu ini adalah Sartono, yang dulunya juga mengabdikan diri sebagai guru di Kota Malang, Jawa Timur.

Salah satu penggalan khas lagu Hymne Guru berbunyi "Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa". Tak jarang ketika kalimat ini dinyanyikan di akhir lagu, membuat suasana haru menyelimuti seluruh peserta upacara.

Pengalaman Bertugas Sebagai Paskibraka HGN Tahun 2019

Tak hanya dilakukan di sekolah, upacara peringatan Hari Guru Nasional pun dilaksanakan di kantor-kantor pemerintahan. Tahun 2019 lalu, saya berkesempatan menjadi salah satu petugas upacara di kantor Gubernur Riau. Saat itu, saya bersama 11 rekan guru lainnya bertugas pasukan pengibar bendera (paskibraka) merah putih.

Tak pernah terpikirkan sebelumnya mendapat kepercayaan sebagai bagian dari tim paskibraka. Apalagi upacara itu dilaksanakan di kantor Gubernur dan Gubernur Riau sendiri lah yang bertindak sebagai pembina upacara.

Lebih-lebih saat dipercaya sebagai penggerek bendera, membuat pada awalnya saya merasa gugup. Betapa tidak, mengetahui ukuran tiang bendera yang jauh lebih tinggi dan dimensi bentangan bendera yang jauh lebih besar dari ukuran bendera umumnya di sekolah, membuat saya sedikit gentar.

Apalagi sebagai seorang penggerek, saya harus melakukan perhitungan yang tepat agar bendera sampai di puncak tiang bersamaan dengan selesainya lagu "Indonesia Raya" dinyanyikan. Kekuatan fisik saat menarik tali, konsentrasi melakukan perhitungan penarikan dan rasa grogi disaksikan banyak orang bersatu padu jadi satu.

Selain itu, saya juga sekaligus bertugas sebagai pemberi aba-aba untuk tim pengibar bendera. Beberapa hari latihan bersama, harus membuat saya tetap fit tidak hanya fisik tetapi juga suara, agar tetap lantang saat memberikan aba-aba pada saat pelaksanaan upacara.

Latihan Tim Paskibraka HGN 2019 (Dokumen Pribadi)
Latihan Tim Paskibraka HGN 2019 (Dokumen Pribadi)

Sekilas Tentang Sejarah Hari Guru Nasional

Tanggal peringatan HGN diambil dari sejarah lahirnya organisasi guru nasional yaitu Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Pada awalnya, PGRI bernama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) yang dibentuk pada tanggal 25 November 1912.

PGHB sebagai organisasi guru saat itu memiliki visi memperjuangkan nasib para guru yang memiliki pangkat, status sosial dan latar belakang pendidikan yang berbeda. Selanjutnya pada tahun 1932, PGHB berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI).

Perubahan nama ini, dengan mengganti identitas "Hindia Belanda" menjadi "Indonesia telah mengejutkan pemerintah Belanda saat itu. Penggunaan kata "Indonesia" yang mencerminkan semangat kebangsaan, tentu sangat tidak disukai oleh Belanda yang sebaliknya sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia.

Pada zaman penjajahan Jepang berlangsung, seluruh organisasi dilarang, tak terkecuali PGI sebagai organisasi para guru. Sekolah-sekolah harus ditutup, membuat PGI tidak dapat melakukan kegiatan bentuk apa pun juga.

Hinnga akhirnya, Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Semangat kemerdekaan itu kemudian menginisiasi Kongres Guru Indonesia pertama pasca kemerdekaan yang dilaksanakan pada tanggal 24-25 November 1945 di Solo.

Para peserta kongres yang hadir saat itu bersepakat mengaktifkan kembali dan mengukuhkan organisasi guru nasional dengan nama Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Selanjutnya Pemerintah melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI pada tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional.

Tema HGN 2020 dan Relevansinya dengan Pendidikan Indonesia Saat Ini

Logo HGN 2020 (Sumber : Kompas.com)
Logo HGN 2020 (Sumber : Kompas.com)
Bersempena Peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2020, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menerbitkan surat Nomor 115583/MPK.A/TU/2020 tentang Pedoman Peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2020.

Surat tersebut memuat ketentuan pelaksanaan peringatan HGN termasuk teknis upacara bendera, penetapan logo dan tema peringatan. Karena HGN tahun 2020 diperingati dalam masa pandemi, upacara yang biasanya dilaksanakan dengan meriah harus dilakukan secara tebatas, sedrhana dan tetap memperhatikan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19 yang telah ditetapkan pemerintah.

Bagi instansi atau sekolah-sekolah yang berada di wilayah zona hijau dan kuning, pemerintah mengizinkan penyelenggaraan upacara bendera secara tatap muka. Sedangkan untuk instansi atau satuan pendidikan di wilayah zona selain hijau dan kuning, diimbau untuk mengikuti upacara bendera melalui siaran live di kanal Youtube Kemendikbud RI.

Kemendikbud juga mengimbau agar peringatan HGN 2020 dilakukan dengan cara-cara yang kreatif dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Meskipun hiruk pikuk peringatan HGN kali ini tidak akan sama seperti tahun-tahun sebelumnya, namun tidak berarti akan mengurangi makna dan hikmadnya HGN itu sendiri.

Pada peringatan HGN tahun 2020 ini, Kemdikbud mengangkat tema "Bangkitkan Semangat Wujudkan Merdeka Belajar". Tema ini disertai penetapan logo peringatan HGN berbentuk hati dengan kombinasi berbagai warna seperti ungu, biru, oranye, merah muda, biru dan hijau.

Dalam logo tersebut dilukiskan empat orang anak yang sedang bersorak gembira. Desain logo ini merupakan karya Teguh Prasongko E., pemenang sayembara logo HGN tahun 2020 yang diselenggarakan oleh Kemendikbud.

Masa pendemi covid-19 yang mengharuskan sekolah melaksanakan PJJ hampir 9 bulan ini, telah membuat para siswa belajar dari rumah (BDR). Sejatinya, anak-anak belajar sambil bermain bersama temannya di sekolah. Namun, BDR telah membuat anak-anak terkurung di rumah dan tidak bersosialisasi dengan teman sebayanya.

Secara akademik, BDR mungkin saja akan memenuhi hak anak-anak untuk belajar dan memperoleh ilmu pengetahuan yang baik. Namun, hak bermain dan berinteraksi dengan teman-temannya tidak dapat terpenuhi akibat pembatasan sosial yang diterapkan.

BDR yang telah berjalan cukup lama, telah menimbulkan kejenuhan di hati anak-anak. Berbagai tuntutan tugas-tugas yang harus diselesaikan mandiri dari rumah juga telah banyak dinilai membuat anak-anak mengalami stres.

Kondisi stres juga telah dialami oleh banyak orangtua yang mendampingi anak-anak saat belajar. Bagaimanapun, orangtua juga punya tanggung jawab lainnya untuk tetap menjaga kelangsungan kehidupan seluruh anggota keluarga.

Namun BDR tidak akan mungkin terlaksana dengan baik jika orangtua alfa dalam mendampingi anak. Terutama bagi anak-anak di level pendidikan PAUD dan Sekolah Dasar, dimana anak-anak belum dapat secara mandiri belajar.

Bagi siswa di level Sekolah Mengengah, khususnya bagi para peserta didik baru SMP dan SMA, BDR juga telah membuat mereka gamang memulai pendidikan di level yang lebih tinggi dari sebelumnya.

Meskipun sekolah telah melakukan masa pengenalan sekolah secara virtual, tetap saja hasilnya tidak dapat disetarakan dengan pelaksanaan secara langsung di lingkungan sekolah. Belum lagi menyoal keragaman status sosial dan tingkat kognitif anak, membuat pelaksanaan BDR mengalami kendala dan keterbatasan.

Sebenarnya tidak hanya bagi siswa dan orangtua, para guru pun mengalami tantangan besar untuk menghadirkan PJJ yang ideal. Berbagai kendala teknis seperti kemampuan terhadap penguasaan media digital sesungguhnya dapat cepat diatasi dengan latihan dan pencarian informasi yang dilakukan oleh guru.

Namun, jika terkait ketercapaian proses pembelajaran, dimana guru tidak secara langsung berhadapan dengan siswa, membuat hasil belajar hanya bisa diraba dengan tingkat ketepatan yang belum tentu baik.

Belum lagi menyoal ketercapaian target kurikulum yang selama ini menjadi beban besar bagi para guru. Kondisi belajar yang tidak ideal, dengan keragaman kondisi dan karakteristik peserta didik, membuat guru sulit sekali menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Karena itu, tema peringatan HGN yang kembali mengingatkan tentang "Merdeka Belajar" seharusnya menambah kepercayaan diri guru untuk mendesain pembelajaran dengan konsep "merdeka" tanpa harus terbeban dengan sejumlah tuntutan capaian kurikulum.

Kemendikbud juga telah mengeluarkan kurikulum darurat di masa pandemi yang merupakan penyederhana dari kurikulum nasional yang telah ada. Penyederhanaan ini dimaksud bukan untuk melemahkan kualitas pendidikan, tetapi penetapan kompetensi dasar esensial yang sangat diperlukan oleh siswa di masa pandemi dan di masa mendatang.

Penyederhanaan kurikulum ini juga memberikan kebebasan bagi guru untuk merancang penilaian sebagai tugas tagihan peserta didik. Berbeda dengan sebelumnya, tagihan yang dirancang seharusnya disediakan dengan beberapa pilihan yang dapat membuat siswa nyaman melakukan sesuai dengan minat dan bakatnya.

Tujuan pembelajaran juga harus didesain tidak hanya untuk mencapai aspek kognitif semata, tetapi juga pencapaian aspek keterampilan dan sikap. Pemaduan ketiga aspek ini diharapkan akan dapat menghadirkan pembelajaran yang lebih bermakna bagi siswa.

Tentu saja konsep "Merdeka Belajar" ini harus disertai semangat dalam pelaksanaannya. Baik siswa, orangtua maupun guru harus kembali bersemangat untuk menghadapi PJJ sembari terus berdoa agar pandemi covid-19 segera berakhir dan situasi pendidikan dipulihkan kembali.

Selamat Hari Guru Nasional 2020!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun