Seharusnya, jika bisa diantisipasi sejak awal, semua dampak ini dapat dihindarkan. Masalahnya, situasi pandemi yang terjadi secara mengejutkan, membuat guru dan sekolah tidak cukup melakukan persiapan yang baik untuk mengubah proses pembelajaran dalam kondisi normal menjadi PJJ.
Tentu saja tidak ada istilah terlambat untuk berubah lebih baik. Kata kunci yang seharusnya tidak boleh diabaikan oleh guru untuk melakukan PJJ adalah melakukan asesmen diagnosis awal.
Selain menetapkan kebijakan terkait Kurikulum Darurat, Surat Edaran Kemdikbud Nomor 15 Tahun 2020 juga mengamanatkan agar guru secara berkala melakukan asesmen diagnosis, tidak hanya untuk mengetahui kondisi kognitif siswa, tetapi juga kondisi non-kognitif.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan asesmen diagnosis awal? Bagaimana secara praktis melakukan asesmen diagnosis awal? Mari kita diskusikan topik ini lebih lanjut.
Secara sederhana, asesmen diagnosis awal dilakukan guru untuk mengukur tingkat kesiapan siswa memulai PJJ. Asesmen diagnosis awal dilakukan dengan tujuan memonitor non-kognitif dan kognitif siswa selama PJJ untuk mencapai target capaian belajar.
Asesmen diagnosis awal sebaiknya dilakukan dengan menerapkan 3 siklus yaitu asesmen non kognitif, asesmen kognitif serta tindak lanjut dan evaluasi.
Asesmen diagnosis non kognitif dilakukan untuk 3 tujuan utama yaitu mengetahui kesejahteraan psikologi dan sosial emosi siswa, mengetahui aktivitas siswa selama belajar dari rumah, serta mengetahui kondisi keluarga siswa.
Untuk melakukan asesmen non kognitif ini, guru dapat mempersiapkan beberapa pertanyaan seperti:
- Apa saja kegiatan yang kamu lakukan selama belajar dari rumah?
- Hal apa saja yang menyenangkan dan tidak menyenangkan selama belajar dari rumah?
- Apa harapanmu terhadap proses pembelajaran di masa pandemi?
Sebagian siswa mungkin sulit menuliskan kondisi yang dialami terkait pertanyaan-pertanyaan di atas. Untuk itu guru dapat menyiapkan beberapa emoticon seperti senang, sedih, marah, lelah, pusing dan sebagainya, untuk selanjutnya meminta siswa memilih emoticon yang paling sesuai dengan yang dirasakan.