Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Euforia Kelulusan CPNS dan Daya Tarik PNS yang Masih Memikat

30 Oktober 2020   22:14 Diperbarui: 31 Oktober 2020   08:10 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) menggunakan masker saat mengikuti pelantikan secara daring di Kantor Pemerintah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Jumat (5/6/2020). | Sumber: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/pras via Kompas.com

Hari ini, kabar kelulusan peserta tes CPNS 2020 menarik perhatian cukup banyak orang. Di beberapa WhatsApp Group (WAG) yang saya ikuti, topik ini juga jadi perbincangan cukup menarik.

Beberapa teman dan kenalan menyampaikan berita bahagia soal kelulusan mereka. Walau beberapa yang merasa kecil hati karena harus lebih bersabar lagi untuk dinyatakan lulus sebagai seorang PNS.

Di salah satu WAG, salah satu teman guru dikabarkan lulus sebagai PNS di Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru. Beberapa waktu lalu, saat dinyatakan lulus passing grade pada tes Seleksi Kompetensi Dasar (SKD), teman ini sempat menghubungi saya untuk menjadi mentornya dalam persiapan tes Seleksi Kompetensi Bidang (SKB).

Beberapa tahun belakangan ini, tes seleksi CPNS memang menggunakan format tes SKD dan SKB bertahap setelah peserta dinyatakan lulus administrasi. Untuk bisa melanjutkan ke tahap tes SKB, peserta tes CPNS harus lulus passing grade pada tes SKD.

Untuk tes SKD, seluruh peserta akan mengerjakan soal yang sama. Tes ini terdiri dari 3 bagian, yaitu Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), Tes Intelegensi Umum (TIU), dan Tes Karakteristik Pribadi (TKP).

Pada tahun 2020, passing grade atau nilai ambang batas tes SKD adalah 271. Kumulatif nilai 271 ini harus diperoleh dengan minimal nilai TMK, TIU, dan TKP masing-masing adalah 65, 80, dan 126.

Untuk dapat mengikuti tes SKB, peserta yang lulus SKD harus masuk kuota daftar peserta. Kuota tes ini merupakan 3 kali jumlah kuota yang dibutuhkan untuk satu posisi jabatan CPNS yang dibutuhkan.

Materi uji SKB merupakan materi khusus terkait jabatan CPNS yang dilamar. Untuk jabatan guru misalnya, peserta SKB CPNS Guru, akan diuji materi terkait kompetensi profesional, pedagogik, sosial, dan kepribadian guru. Beberapa jabatan teknis tertentu memasukkan tes praktik kerja, kemampuan bahasa atau psikotes sesuai kebutuhan instansi.

Kembali ke teman guru yang lulus CPNS tadi, saya sempat melakukan mentoring dengan memberikan topik-topik SKB yang mungkin akan diujikan. Saya mengarahkannya untuk menggali beberapa topik dan memberikan laporan kepada saya hasil penggalian informasi mandiri yang dilakukan.

Kabar bahagia juga saya dengarkan dari WAG alumni tempat saya mengajar. Sampai malam ini, ada 6 alumni kami yang lulus CPNS 2020 untuk formasi Pemerintah Provinsi Riau bagian pelaksana pemula pengendalian organisme pengganggu tumbuhan.

Mereka ini memang mengambil formasi lulusan SMK. Sesuai dengan program keahlian yang diambil saat belajar di SMK Pertanian di tempat saya mengajar. 

Ternyata tidak harus sarjana dulu baru bisa menjadi seorang PNS, tamatan SMA atau sederajat pun punya kesempatan luas untuk menjadi seorang PNS. Sebuah pencapaian istimewa bagi para fresh graduate ini.

Mengingat Kelulusan CPNS Saya 12 Tahun Lalu

Ketika membaca kabar-kabar bahagia ini, saya pun jadi teringat bagaimana dulu, 12 tahun yang lalu saya menikmati euforia yang sama, lulus sebagai seorang PNS. Tahun 2008 adalah pengalaman pertama saya mengikuti tes CPNS sekaligus meluluskan saya sebagai seorang PNS.

Waktu itu saya mengambil jabatan fungsional Guru Matematika Sekolah Menengah Atas, sesuai dengan kualifikasi akademik S1 yang saya miliki. Saya pun memasang target tinggi, lulus sebagai guru di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau.

Dulu, menjadi guru di lingkungan pemerintah provinsi memang terasa lebih istimewa. Selain tempat tugasnya di ibu kota provinsi, sekolah binaan provinsi memang mendapat perhatian khusus dari pemprov, di Riau khususnya.

Pada tahun itu, sekolah binaan Provinsi Riau hanya ada 4 yaitu SMAN Plus, SMKN Pertanian Terpadu, SMAN Olahraga, dan SLB Plus Pembina. Kecuali SLB Plus Pembina, 3 sekolah lain merupakan sekolah boarding dengan seluruh biaya pendidikan ditanggung oleh pemerintah Provinsi Riau.

Makanya animo masyarakat untuk masuk dan sekolah di sekolah-sekolah binaan Pemprov Riau ini terbilang sangat tinggi. Tes masuk yang dilakukan sangat ketat, bahkan harus bersaing dengan 2 hingga 5 kali kuota daya tampung sekolah.

Selain siswa-siswanya tinggal di asrama, sebagian besar guru yang mengajar juga disediakan mess guru yang letaknya berada di kompleks sekolah. Ini juga yang membuat sebagian tertarik untuk mengabdikan diri sebagai pendidik di sekolah-sekolah binaan Pemprov Riau.

Belakangan ini, memang terjadi sedikit perubahan sejak seluruh sekolah di jenjang menengah atas ditarik ke Dinas Pendidikan Provinsi. Seluruh SMA dan SMK yang ada merupakan sekolah dibawah binaan Dinas Pendidikan Provinsi. Namun tetap saja soal pengelolaan, terutama terkait asrama, sekolah-sekolah awal binaan masih diistimewakan.

Kembali soal kelulusan saya di tahun 2008, saya mendapatkan kabar itu dari koran lokal Riau. Awalnya saya mendapatkan selamat dari teman-teman melalui telepon. Karena penasaran, saya pun segera mencari koran lokal yang dimaksud.

Dan ternyata kabar yang sampai itu benar adanya, nama saya bertengger di posisi dua teratas, membuat perasaan haru dan bahagia saya dan keluarga. Rasa haru ini bertambah terasa, apalagi kami baru beberapa tahun ditinggal pergi oleh bapak saya. Ibu saya pun memeluk saya dengan rasa haru yang mendalam.

Saat itu, lulus sebagai seorang PNS memang sangat saya harapkan. Karena untuk ini, saya merasa sudah mempersiapkan diri dengan sangat baik. Saya memang bertekad, kali itu adalah tes pertama dan terakhir saya. Karenanya saya harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.

Rupanya, usaha dan kerja keras yang saya lakukan didengarkan oleh Yang Maha Penentu. Tuhan ternyata membuat impian seorang anak yatim menjadi kenyataan.

Sebenarnya menjadi guru PNS dan Non PNS tidak terlalu banyak bedanya. Namun saat itu saya memang merasa terpanggil untuk mengabdi di sekolah negeri, dimana siswa-siswinya datang dari latar belakang yang beragam.

Mengabdi di sekolah negeri adalah panggilan sekaligus impian besar saya. Bukan soal gaji, tetapi karena saya memang merasa terpanggil untuk mengabdikan diri di sekolah pemerintah yang mungkin pengelolaannya tidak sebaik sekolah swasta dengan dana yang besar.

PNS Masih Menjadi Profesi Favorit

Menjadi seorang PNS sepertinya memang masih diminati banyak orang. Terlepas soal gaji, beberapa orang mempertimbangkan menjadi PNS karena ingin terlibat langsung di pemerintahan untuk menyelesaikan kesemrawutan yang terlihat. Terkesan muluk-muluk memang, tapi saya percaya banyak orang yang ingin menjadi PNS dengan idealis yang demikian.

Alasan lain adalah soal jenjang karier yang jelas. Menjadi PNS, jika kita adalah seorang pekerja keras dengan kompetensi yang baik, maka PNS bisa menjadi jalan mulus untuk maju dan berkembang. Walau praktik nepotisme masih terdengar sesekali, tetapi bisa dibilang, di zaman ini setiap orang yang ingin maju sebagai PNS akan dapat menggapai asanya.

Soal jaminan masa tua juga menjadi alasan banyak orang memilih menjadi PNS. Hari tua memang harus dipikirkan sedini mungkin, bahkan saat masih berkarier. Karena jika masanya tiba, setiap orang akan memasuki masa pensiun yang bahagia dengan tidak merepotkan anak-anak yang memang sudah harus memikirkan kebutuhan keluarganya sendiri.

Apalagi sekarang ini, pemberitaan soal upah per jam banyak dibicarakan pasca RUU Cipta Kerja disahkan. Menjadi seorang PNS dengan gaji tetap ditambah sejumlah tunjangan serta jaminan gaji pensiun, menjadi pilihan realistis yang sangat memikat.

Alasan berikutnya adalah soal kepercayaan diri. Mengenakan seragam khusus dalam bekerja dengan badge name bertuliskan Nomor Induk Pegawai (NIP) dan asal instansi, rasanya memang memberikan nilai lebih untuk kepercayaan diri.

Tentu saja ini tidak berarti, pekerjaan sebagai seorang PNS lebih terhormat dari profesi lainnya. Paling tidak stigma yang melekat di masyarakat soal pekerjaan seorang PNS yang khusus membuat banyak orang terpikat dengannya.

Bagaimana rekan-rekan Kompasiana? Ada yang tertarik menjadi seorang abdi bangsa? Atau ada yang ingin berbagi cerita soal senangnya menjadi PNS?

Selamat untuk setiap peserta CPNS 2020 yang dinyatakan lulus tahun ini. Selamat bergabung sebagai seorang abdi bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun