Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Ulos Nasional: Ulos Sebagai Warisan Budaya dengan Nilai Filosofis yang Luhur

17 Oktober 2020   20:36 Diperbarui: 17 Oktober 2020   22:36 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ulos dalam acara adat anak yang baru lahir | Dokpri

Hula-hula adalah keluarga dari pihak istri yaitu mertua atau saudara laki-laki istri. Sedangkan tulang adalah saudara laki-laki dari ibu.

Ulos dalam acara adat anak yang baru lahir | Dokpri
Ulos dalam acara adat anak yang baru lahir | Dokpri

Bagi para leluhur orang batak, memberikan ulos memiliki makna filosofis memberikan kehidupan dan "kehangatan" bagi tubuh. Ini karena orang batak terdahulu hidup di dataran tinggi dengan temperatur yang sangat dingin. Sehingga "rasa hangat" menjadi suatu kebutuhan yang sangat dibutuhkan untuk tetap hidup.

Dalam keyakinan leluhur orang batak, selain ulos, matahari dan api juga adalah "sumber kehangatan". Namun berbeda dengan matahari dan api, ulos sangat praktis digunakan untuk menghangatkan tubuh, dimana saja dan kapan pun juga.

Saat ini, ulos tidak lagi dipakai untuk kebutuhan penghangat tubuh semata. Fungsi ulos kini sudah dipakai menjadi lambang "kehangatan" yang menjadi akar budaya suku batak dan diberikan pada ritual adat batak.

Dalam aturan adat batak, mangulosi tidak dapat dilakukan sembarangan. Ulos hanya diberikan kepada keluarga yang di bawah, misalnya dari tulang kepada bere (ponakan), atau dari hula-hula kepada boru (keluarga anak perempuan).

Ulos yang diberikan pun tidak boleh sembarang jenis. Ulos yang diberikan kepada sepasang pengantin baru adalah ulos jenis ragi hotang dengan harapan agar keduanya memiliki ikatan batin yang kuat dalam memulai kehidupan pernikahan.

Untuk keperluan dalam acara adat kematian atau dukacita, ulos yang diberikan adalah ulos sibolang. Sedangkan kepada anak pertama yang baru lahir, diberikan ulos mangiring yang melambangkan kesuburan dan kekompakan.

Dalam era yang serba maju saat ini, tidak sedikit orang yang mulai menolak tradisi mangulosi. Beberapa alasan yang muncul soal keyakinan bahwa ulos terkait hal-hal mistis. Alasan lainnya soal ribetnya budaya batak dengan ulosnya.

Memang harus diakui, acara adat orang batak butuh waktu yang tidak sedikit. Dalam acara pernikahan misalnya, rangkaian adat batak termasuk di dalamnya ritual mangulosi butuh waktu paling sedikit 5 - 6 jam.

Belum lagi soal harga ulos itu sendiri. Tidak semua orang mampu memberikan ulos asli tenun dengan harga tinggi. Ini menjadi alasan ulos produksi mesin dipilih karena harganya jauh lebih terjangkau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun