Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kisah Nabi yang Depresi dan Kiat Menolong Orang yang Depresi

11 Oktober 2020   14:45 Diperbarui: 11 Oktober 2020   18:00 2862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak ada seorangpun yang benar-benar imun terhadap depresi. Bahkan untuk seorang nabi besar seperti Elia.

Elia adalah seorang nabi yang tekun berdoa, pemimpin agama yang saleh dan disegani, seorang nabi yang setia dan banyak dipakai Tuhan di zamannya.

Elia juga adalah saksi untuk banyak kebesaran Tuhan dalam hidupnya. Saat ia bersembunyi di padang gurun, ia tidak pernah kelaparan karena Tuhan selalu mengirimkan makanan kepadanya melalui burung gagak.

Saat ia tinggal di rumah seorang janda miskin, ia menyaksikan bagaimana Tuhan memelihara janda itu dan anaknya dari ancaman bencana kelaparan yang sedang terjadi. Bahkan ketika anak janda itu mati, ia pun dipakai Tuhan untuk menghidupkannya kembali.

Saat Elia berhadapan dengan imam-imam Baal di gunung Karmel, ia pun dengan perkasa melawan dan menantang nabi-nabi palsu itu dengan pedangnya.

Namun, kisah berikutnya terjadi sangat berbeda. Ketika Ahab memberitahukan kepada Izebel segala yang dilakukan Elia di gunung Karmel itu, Izebel segera menyuruh seorang suruhan dengan pesan akan membunuh Elia.

Ketika mendengar hal ini, Elia ketakutan lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya. Ia pergi ke Bersyeba, lalu sendirian masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya lalu duduk di bawah sebuah pohon arar.

Kemudian ia ingin mati, katanya: “Cukuplah itu! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku”. Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon ara itu.

Rentetan perasaan yang dialami Elia, mulai dari rasa takut, kesepian, kecewa, tidak ingin melakukan apa-apa lagi hingga keinginan untuk mati adalah ciri-ciri seorang yang mengalami depresi.

Ilustrasi diolah pribadi
Ilustrasi diolah pribadi

Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan jiwa atau mental yang serius. Depresi dapat membuat perasaan seseorang jadi negatif dan tidak sedikit kasus seseorang yang depresi berujung pada bunuh diri.

Dari kisah nabi Elia, hal ini bisa dipicu karena mengalami tekanan hidup yang berat, kebingunan dan tidak mengerti harus melakukan apa serta perasaan ingin lari dari persoalan yang sedang dialami.

Dalam beberapa kasus, kondisinya bisa makin sulit seperti merasa tidak bertenaga dan bergairah, tidak nafsu makan dan tidak punya keinginan untuk bertemu orang lain.

Dalam kasus lain biasanya seseorang yang sedang depresi akan gampang tersinggung, sering kosong pikiran dan seperti seseorang yang kehilangan kebahagiaan. Tak jarang terkadang kondisi ini memunculkan pikiran ingin bunuh diri.

Persoalan hidup yang bisa menjadi pemicu dapat beragam. Bisa jadi karena keadaan tubuh seperti sakit penyakit yang tak kunjung sembuh selama bertahun-tahun misalnya tumor atau kanker.

Dapat pula dipicu karena stres berat akibat kehilangan orang terdekat, kehilangan pekerjaan atau harta milik. Orang yang mengalami depresi akibat kehilangan ini biasanya menyimpan kemarahan atau kebencian dalam hati.

Putus asa juga dapat menjadi pemicu sesorang mengalami depresi. Seseorang yang merasa bolak balik berusaha tetapi selalu gagal, bekerja mati-matian tetapi tidak melihat hasil baik, anak-anak yang tak kunjung berubah bahkan makin memberontak pada orangtua, atau situasi ekonomi keluarga yang tak kunjung membaik.

Terkadang, tanpa disengaja kita bertemu dengan orang-orang yang demikian. Rasanya ingin menolong, tapi kita juga tidak kebingunan harus menolong dengan cara bagaimana. Salah-salah merespon justru akan membuat kondisi yang bersangkutan makin tertekan.

Dari kisah Elia tadi, ada petunjuk menarik yang bisa kita lakukan untuk menolong orang yang sedang mengalami depresi. Ketika Elia tertidur pulas, tiba-tiba datanglah malaikat menyentuhnya seta berkata: “Bangunlah, makanlah!”.

Ketika Elia melihat telah tersedia roti dan kendi berisi air, ia pun makan dan minum, kemudian kembali berbaring dan beristirahat.

Dan untuk kedua kalinya, malaikat Tuhan kembali datang dan menyentuhnya lalu berkata: “Bangunlah, makanlah!”.

Ilustrasi diolah pribadi
Ilustrasi diolah pribadi

Dari kisah ini, hal pertama yang dibutuhkan oleh seseorang yang sedang mengalami depresi adalah istirahat dan makanan untuk memulihkan tenaganya. Saat seseorang mengalami depresi, terapi pertama yang dapat dilakukan adalah menarik diri dari hal-hal yang memicu depresi dan memulihkan fisik dengan istirahat, makan, dan memeriksa kesehatan tubuh.

Kita dapat menyarankan mereka atau mendampingi mereka untuk memeriksakan diri ke dokter atau psikolog jika depresi yang terjadi dikuatirkan terus berlanjut.

Setelah kondisi fisik Elia pulih, ia kembali melanjutkan perjalanan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Horeb. Di sana masuklah ia ke dalam sebuah gua dan bermalam di situ.

Lalu Tuhan datang kepadanya dan berkata: “Apakah kerjamu di sini, Elia?”. Dan Elia menjawab: “aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan, karena orang-orang telah meninggalkan-Mu, meruntuhkan Mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu, hanya aku sendiri yang masih hidup dan sekarang mereka juga ingin membunuhku”.

Lalu Tuhan berkata kepada Elia: “Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan Tuhan!”.

Ketika berhadapan dengan Tuhan, Elia tidak menyembunyikan perasaan takutnya, kesepiannya, dan kemarahannya. Inilah hal kedua yang harus terjadi pada orang depresi setelah fisiknya dipulihkan yaitu jujur dengan kondisi dan perasaan yang dialami lalu keluar dari perasaan itu.

Tentu saja ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karena itu, kita dapat menolong mereka menyadari kondisinya dan menolong mereka mencari apa yang menjadi penyebabnya. Biasanya kesadaran dan pengakuan ini akan menolong orang yang depresi untuk bangkit dan keluar dari depresi yang dialami.

Tentu saja, terkadang ada sistuasi dan kondisi yang menjadi penyebab depresi tidak dapat diubah, kehilangan orang terkasih misalnya. Dalam hal ini, kita dapat menolong mereka untuk menerima kenyataan yang ada dengan kesabaran dan kerelaan hati.

Seseorang yang depresi akibat kehilangan, perlu ditolong untuk menerima kenyataan yang terjadi dan bangkit melanjutkan kehidupan tanpa kehadiran orang yang dikasihinya itu.

Ilustrasi diolah pribadi
Ilustrasi diolah pribadi

Seseorang yang depresi harus ditolong untuk tidak terus menerus berdiam diri dan menyembunyikan diri. Ajaklah mereka melihat situasi yang ada dengan perspektif berbeda.

Situasi yang dipikirkan oleh seseorang yang depresi sebenarnya tidaklah separah yang ia pikirkan. Dalam kisah Elia misalnya, Ia bukanlah satu-satunya orang yang setia kepada Tuhan yang masih hidup. Masih ada ribuan orang lainnya yang tetap setia kepada Tuhan. Karena itu, mereka yang depresi perlu ditolong untuk melihat dunia tidak segelap yang mereka pikirkan.

Kisah Elia berlanjut. Setelah ia bangkit dan keluar dari keterpurukannya, Elia diperintahkan Tuhan untuk pergi, kembali bekerja raja-raja dan bertemu Elisa untuk mengurapi Elisa menjadi nabi menggantikannya.

Pada awalnya, Elia mendapatkan pertolongan dari Tuhan. Namun kemudian ia ditolong oleh Elisa.

Dari kisah ini, seseorang yang depresi harus melihat Tuhan dan orang lain sebagai sumber pertolongan untuknya. Mereka yang depresi harus benar-benar meyakini bahwa sangat sulit keluar dari depresi seorang diri. Seseorang depresi harus bersedia menerima pertolongan dari orang lain.

Inilah pentingnya sebuah komunitas yang baik. Komunitas yang baik akan selalu menyediakan pertolongan yang kita butuhkan. Karena terkadang, Tuhan memang menyediakan pertolongan melalui orang-orang di sekitar kita.

Karena itu penting untuk berada di dalam komunitas yang baik. Dan tentu saja kita sendiri harus menjadi bagian yang baik dari komunitas dimana kita berada.

Ilustrasi diolah pribadi
Ilustrasi diolah pribadi

Satu prinsip yang baik perlu kita hayati bersama saat berada dalam satu komunitas. Ada saatnya memberi dan ada saatnya menerima. Ada saatnya menolong dan ada saatnya menerima pertolongan.

Tidak ada manusia yang benar-benar tangguh dan bisa menjalani kehidupan sendiri tanpa orang lain. Kita tidak pernah diciptakan oleh Tuhan sebagai seorang superman.

Karena itu sangat penting berada di komunitas yang baik yang dapat menolong kita di saat-saat sulit seperti saat mengalami depresi. dan melatih diri kita untuk juga menolong orang lain yang sedang kesulitan termasuk yang mengalami depresi.

Selamat hari kesehatan jiwa 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun