Pertanyaan-pertanyaan stimulus ini akan membuat anak bernalar dan mengaitkannya dengan kebutuhan air. Kegiatan ini bisa berlanjut dengan mengamati anatomi tanaman, mengenalkannya dengan daun, batang dan akar, dan bagaimana tanaman bisa tetap segar setelah disiram air.
Atau ketika anak mengeluh soal digigit nyamuk. Orangtua bisa membuat sedikit pengamatan tentang nyamuk, menggali informasi terkait nyamuk hingga apa hal-hal buruk yang dapat disebabkan oleh nyamuk.
Sekali lagi, kreativitas orangtua akan menjadi penentu. Misalkan jika orangtua bisa menemukan fakta soal perbedaan anatomi nyamuk jantan dan betina, ini akan menjadi pembelajaran yang sangat menarik bagi anak. Atau saat mengungkap fakta hanya nyamuk betina yang mengisap darah manusia, juga akan membuat kemampuan bernalar anak makin berkembang.
Haruskah anak-anak dikenalkan dengan literasi keuangan sejak dini? Menurut saya "harus". Mengenalkan dunia keuangan tidak berarti mengajarkan ilmu ekonomi tingkat tinggi. Kita bisa memulainya dengan mengenalkan mata uang.
Kegiatan literasi finansial sebenarnya terkait erat dengan kemampuan numerik. Namun kemampuan ini lebih ke area penerapan numerik dalam aspek kehidupan sehari-hari.
Namun mengenalkannya anak pada literasi finansial tidak sebatas mengenal mata uang, bentuk, dan nilai nominalnya. Tetapi juga terkait perhitungan sederhana soal kegiatan jual beli.
Ketika anak mengetahui es krim favoritnya seharga Rp5.000, maka ia diharapkan dapat bernalar dengan uang Rp20.000, berapa es krim yang bisa dibelinya. Memahami hal ini akan sangat menolong anak bernalar dengan baik.
Selain itu, literasi finansial juga terkait bagaimana mengenalkan anak menabung sejak dini. Kami melatih anak kami punya celengan, dan dengan uang yang dikumpulkan hasil menabung di celengan itulah yang bisa ia gunakan untuk membeli barang yang diinginkannya.
Hal-hal sederhana ini bisa kita latih pada anak, tentunya dengan memberikan pembelajaran kepada mereka, apa dan mengapa hal itu penting dilakukan.