Tulisan ini berdasarkan kisah nyata yang keluarga kami alami.
Pada bulan Maret 2020 lalu, orangtua kami (bapak mertua saya) terinfeksi Covid-19. Saat itu adalah masa-masa awal pandemi Covid-19 di Jakarta dan sekitarnya.
Orangtua kami telah berusia 65 tahun. Kondisi ini membuat perasaan kami tak karuan mengingat berbagai informasi yang kami terima bahwa usia tersebut sangat beresiko terinfeksi berat.
Sebelum kejadian ini, dari sambungan telepon jarak jauh, kami selalu mewanti-wanti agar orangtua kami yang tinggal di Pondok Gede waspada agar tidak tertular virus ini.
Namun musibah datang tak dapat diduga. Secara mengejutkan akhirnya virus ini masuk ke rumah dan menginfeksi orangtua kami yang sudah lanjut usia.
Namun bersyukur, karena pertolongan Tuhan, Bapak terselamatkan dari keganasan Covid-19 setelah berjuang lebih dua bulan di Rumah Sakit.
Tulisan ini dibuat sebagai testimoni keluarga, apa yang harus dilakukan jika ada anggota keluarga diduga terinfeksi virus corona.
Tulisan ini diramu oleh istri saya, Grace Hutasoit atas izin orangtua kami RCHP Hutasoit.
Karena ada banyak keluarga dan sahabat yang menanyakan bagaimana kami menghadapi bapak yang terinfeksi Covid-19, istri saya pun memutuskan menuliskan artikel ini agar menjadi referensi untuk banyak orang.
Saya akan berusaha merangkumkan apa saja yang perlu dilakukan ketika ada salah satu anggota keluarga yang diduga terinfeksi virus corona.
#1 Terapkan Isolasi Mandiri Secara Ketat di Rumah Sejak Awal
Sejak hari pertama salah satu anggota keluarga merasa kurang enak badan, segera terapkan isolasi mandiri di dalam kamar terpisah dari yang lain.
Meskipun masih hari pertama dan belum tahu apakah demam biasa atau karena virus corona, isolasi harus segera dilakukan untuk menjaga kemungkinan menularkan kepada keluarga sendiri. Syukur-syukur kalau ternyata bukan terinfeksi virus corona.
Peralatan makan seperti piring, sendok dan alat makan lainnya harus digunakan terpisah dari anggota keluarga yang lain. Ini pembelajaran pertama karena akibat masuknya virus ini ke rumah, dalam sekejap 3 orang anggota keluarga yang berada dalam rumah orangtua kami lantas ikut tertular virus corona.
Ini berawal dari salah seorang anggota keluarga yang merasa kurang enak badan dan mengunjungi rumah orangtua kami. Karena beranggapan demam biasa saja, ia lantas tidak mengantisipasi dengan mengurung diri dalam kamar. Kemudian dalam beberapa hari saja, 2 orang lainnya tertular.
#2 Jangan Cukup Puas dengan Hasil Non Reaktif Rapid Test
Jika seseorang sudah test rapid dan hasilnya non reaktif, jangan senang dulu dan lantas mengabaikan isolasi mandiri. Karena dari pengalaman kami, Bapak saya yang sudah test rapid sampai 2 kali tetap hasilnya non reaktif sampai akhirnya dinyatakan positif lewat test swab. Inilah yang disebut negatif palsu atau false negative.
Test swab pun terkadang hasilnya bisa berulang, negatif - positif - negatif - positif beruntut. Berdasarkan literatur yang saya baca, keahlian petugas yang melakukan test swab dapat mempengaruhi kesimpulan hasil test. Bisa jadi saat pengambilan sample, terambil sample yang kurang akurat sehingga kesimpulannya negatif padahal ternyata masih positif.
Yang perlu diingat, jika seseorang dinyatakan terinfeksi virus corona, diperlukan 2 kali test swab dengan hasil negatif beruntun. Dan masih harus menjalankan isolasi mandiri di rumah selama 14 hari kedepan setelah hasil kedua swab negatif.
#3 Selalu Pantau Nafas dalam Semenit
Pernafasan orang yang sedang diduga terinfeksi Covid-19 harus selalu dipantau. Karena biasanya seseorang tidak sadar jika dia sudah mengalami sesak nafas.
Yang perlu diingat, dalam kondisi normal, jumlah tarikan nafas seseorang di bawah 24 dalam 1 menit. Jika tarikan nafas sudah di atas 30 per menit, ini sudah masuk kategori sesak nafas dan harus ditolong dengan oksigen.
Hal ini terjadi pada Bapak saya yang terinfeksi Covid-19 setelah mengalami demam kurang lebih 7 hari.
Bapak saya tidak bisa membedakan sudah tergolong sesak nafas atau tidak. Namun lewat bantuan Dokter Tim Task Force Perkantas, mereka mengedukasi kami bahwa tarikan nafas orang normal seharusnya di bawah 24 tarikan nafas per menit.
Waktu itu, kami lakukan pengecekan nafas bapak secara manual, ternyata setelah dihitung nafasnya sudah di atas 30 tarikan nafas semenit. Para dokter Task Force Perkantas lantas menyuruh kami untuk mengusahakan tabung oksigen lengkap seketika itu juga untuk membantu bapak bernafas.
#4 Segera Cari Pertolongan Medis dengan Membawa Ke Rumah Sakit
Kondisi nafas bapak yang sudah tergolong sesak, mengharuskan kami segera membawa bapak ke Rumah Sakit untuk mendapatkan pertolongan. Usahakan untuk segera menuju ke RS Rujukan Covid-19 yang dilengkapi fasilitas Ventilator yang memadai.
Yang perlu diingat, anggota keluarga yang mendampingi ke RS haruslah yang bukan dengan kategori orang beresiko tinggi seperti lansia atau orang dengan penyakit penyerta. Selama menuju ke RS, masker harus tetap digunakan dengan disiplin serta tetap harus jaga jarak.
Tabung oksigen juga sebaiknya dibawa, untuk menjaga kesulitan pernafasan saat di jalan menuju RS. Jika sulit membawa tabung oksigen berukuran besar, bisa dengan membawa tabung oksigen yang portabel.
#5 Percayakan Perawatan Sepenuhnya pada Rumah Sakit
Jika pasien telah diserahkan untuk dirawat di Rumah Sakit, maka tugas keluarga adalah mempercayakan sepenuhnya perawatan medis ke tim medis yang menangani.
Ini penting dilakukan agar para medis dapat mengusahakan tindakan medis yang optimal. Lagi pula, sebagai orang awam tentu saja kita tidak tahu persis tindakan terbaik apa yang harusnya diberikan pada pasien.
Biasanya, perwakilan dokter yang menangani akan menginfokan terlebih dulu tindakan yang akan diberikan melalui sambungan telepon. Misalnya, saat bapak harus dipasang ventilator, dokter mengedukasi alasan tindakan tersebut serta dampak yang muncul atas tindakan itu.
Selanjutnya, jika pihak keluarga yang dihubungi menyatakan persetujuan (seharusnya persetujuan tertulis), maka tindakan medis baru akan diberikan. Juga terkait pemberian obat-obat tertentu yang tidak tercover oleh pemerintah, akan diinfokan terlebih dulu untuk mendapatkan persetujuan keluarga.
Selama perawatan, kami merasa komunikasi yang disampaikan oleh pihak RS sangat baik. Tidak hanya sekedar meminta persetujuan, tapi tim medis yang menghubungi juga memberikan edukasi medis yang jelas pada kami.
Selanjutnya, apa yang dialami bapak selama kurang lebih dua bulan dirawat di RS akan saya ceritakan pada tulisan berikutnya.
#6 Usahakan Makan Makanan dengan Gizi Berimbang Selama Perawatan
Kalau kami perhatikan, RS tempat bapak kami dirawat selalu memberikan menu makanan sehat dengan gizi berimbang. Setiap porsi makan selalu dilengkapi pilihan 3 lauk protein hewani misalnya daging sapi, ayam atau ikan, dan protein nabati seperti tahu dan tempe. Tak lupa selalu menyertakan telur sebagai menu tambahan.
Khusus untuk pasien lansia jika menunya telur selalu diberikan hanya bagian putihnya saja. Kuning telur diberikan hanya 3 hari sekali saja.
Menu makan yang diberikan terdiri dari 3 macam lauk dan sayur lengkap dengan buah potong. Variasi menu ini selalu diberikan setiap kali makan, baik sarapan, makan siang dan makan malam.
Oh iya, kepada pasien Covid-19 tidak pernah diberikan makanan pedas atau dengan sambal. Saya tidak tahu persis korelasinya tapi hal itu yang dialami oleh ketiga keluarga saya yg dirawat di RS berbeda.
Sayur-sayuran hijau baik untuk sistem imun pasien seperti halnya buah-buahan baik yang potongan maupun yang disajikan dalam bentuk jus. Selama sebulan lebih dirawat di ICU – HCU, ketika kondisi bapak mulai membaik, kami mulai supply sayur-sayuran hijau yang telah dimasak dengan porsi besar. Sayur tambahan ini setiap hari kami usahakan kirim ke RS lewat bantuan keluarga jauh yang rumahnya agak dekat dengan lokasi RS.
Pemberian tambahan sayuran dengan porsi besar ini membuat proses kesembuhan Bapak menjadi lebih cepat. Setelah rutin diberikan, hasil swab bapak kemudian bisa negatif beruntun 2 kali dan dinyatakan sehat. Untuk diketahui, bapak telah menjalani SWAB lebih dari 10 kali selama perawatan di RS.
Usahakan juga memberikan suplemen berupa vitamin C dosis tinggi, multivitamin, madu, susu untuk membantu sistem imun semakin kuat.
#7 Jaga Terus Pikiran Pasien Karena Hati yang Gembira Adalah Obat
Para dokter dan perawat terus mengupayakan hal ini ketika Bapak masih di ICU - HCU. Mereka selalu mengusahakan agar Bapak senang dan bisa berkomunikasi dengan keluarga walau hanya lewat video call whatsapp, berdoa bersama dan bernyanyi bersama keluarga.
Paling tidak komunikasi jarak jauh ini kami lakukan 2 kali dalam sehari. Bapak terlihat sangat senang setiap kali berkomunikasi dengan keluarga. Berdoa dan membaca alkitab bersama adalah hal yang sangat dinantikan bapak saat menjalani perawatan.
Kami juga mengirimkan buku-buku bacaan ke RS karena bapak sangat senang membaca buku. Mengisi waktu isolasi dengan melakukan hal-hal yang disenangi akan turut membuat hati senang dan imun tubuh pun meningkat.
Jika ada keluarga yang sedang isolasi, kita bisa support mereka dengan mengirimkan hal-hal yang mereka sukai baik berupa benda maupun makanan. Kita juga bisa mendorong mereka melakukan hal-hal yang sangat senang dilakukan.
Jangan lupa tetap memberikan perhatian dengan sesering mungkin menelepon atau video call. Tentunya dengan izin para tim medis yang merawat. Karena saat di ICU - HCU, penggunaan telepon selular oleh pasien sangat dibatasi.
Terakhir, tetaplah menjadi pendoa setia bagi keluarga yang sedang dalam perawatan. Manusia hanya bisa berusaha, Tuhanlah yang menentukan kehendak. Karena itu, setialah meminta pertolongan kepada-Nya.
Demikian kesaksian yang bisa kami berikan tentang bagaimana jika seseorang terinfeksi Covid-19 dari apa yang keluarga besar kami alami sendiri. Semoga bermanfaat.
Keep safe and healthy everyone.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H