Mengacu pada data sepekan terakhir, jumlah kasus baru terkonfirmasi positif di Provinsi Riau selalu di atas angka 100. Bahkan pada kamis (17/9/2020), kasus baru yang tercatat kembali menyentuh angka tertinggi yaitu 225 kasus, dengan 120 kasus terjadi di Pekanbaru.
Jika jumlah penambahan kasus baru di Provinsi Riau terus tinggi, khususnya di kota Pekanbaru, bukan tidak mungkin PSBM yang semula hanya diterapkan pada satu kecamatan, juga akan diberlakukan pada kecamatan lainnya sesuai tingkat penularan yang terjadi.
PSBM merupakan warning untuk kemungkinan pemberlakuan kembali PSBB di kota Pekanbaru. Pada saat pemberlakuan PSBB sebelumnya, jumlah kasus positif Covid-19 di Pekanbaru sebenarnya masih jauh di bawah angka yang terjadi saat ini. Penularan yang terjadi bisa dibilang masih cukup terkendali saat itu.
Justru lonjakan tinggi mulai terjadi memasuki bulan September ini, tepatnya usai cuti bersama agustus lalu. Pada waktu itu, sejumlah kantor pemerintah ditutup sehubungan beberapa pegawai yang dinyatakan terkonfirmasi positif.
Di awal september, pemko Pekanbaru sempat merencanakan akan membuka kembali sekolah untuk pelaksanaan pembelajaran tatap muka. Di tahap uji coba, sekolah akan dibuka dua kali dalam sepekan untuk memadukan pembelajaran daring dan luring. Sebanyak 50% siswa akan hadir di sekolah pada hari senin, dan selebihnya pada hari kamis.
Sejumlah sekolah swasta dikabarkan telah buka dan melaksanakan pembelajaran tatap muka. Namun, dalam beberapa hari terakhir ini dikabarkan ada 3 orang Kepala Sekolah yang terkonfirmasi Covid-19. Salah satu di antaranya telah meninggal dunia.
Karena kejadian ini, Walikota Pekanbaru kembali menegaskan soal penutupan kembali sekolah dan melarang aktivitas pembelajaran tatap muka di kelas. Pelayanan di sekolah hanya dilakukan dengan pemberlakuan 25% kehadiran guru dan pegawai.
Membuka kembali sekolah untuk pelaksanaan pembelajaran tatap muka di saat kasus penularan Covid-19 sedang memuncak tentu bukan hal yang bijaksana untuk dilakukan. Ini akan sangat beresiko pada peserta didik mengingat kedisiplinan di usia mereka masih perlu ditingkatkan.
Namun, tetap belajar di rumah juga harus diikuti pengawasan yang baik oleh orang tua. Khususnya saat anak-anak bermain dan berinteraksi dengan orang-orang di luar rumah.
Belakangan tren anak-anak bermain layangan di lapangan terbuka dan bersepeda di beberapa ruas jalan terlihat makin banyak dilakukan. Kegiatan ini memang menjadi pilihan untuk meredakan ketegangan setelah belajar daring dari rumah.
Namun anak-anak harus selalu diingatkan soal disiplin menggunakan masker dan menjaga jarak dengan teman mainnya. Jangan karena menghindari penularan di lingkungan sekolah, justru akan beresiko tertular dari aktivitas bermain di luar rumah.