Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Raya Kurban dan Ujian bagi Hamba yang Taat

30 Juli 2020   22:40 Diperbarui: 1 Agustus 2020   20:43 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
manado.tribunnews.com

Esok Jumat (31/07/2020), umat islam diseluruh dunia merayakan Hari Raya Idul Adha 10 Zulhijjah 1441. Sebagai seorang kristen yang tinggal di lingkungan mayoritas muslim, sedikit banyaknya saya turut merasakan bagaimana suasana perayaan hari raya kurban ini.

Dua tahun lalu, ada cerita menarik soal hari raya kurban di kota tempat tinggal saya. Masih teringat jelas saat itu saya sedang mengikuti satu kegiatan di gereja. Tiba-tiba, seekor sapi masuk ke dalam gereja dan membuat suasana seisi gereja menjadi panik dan hiruk pikuk. Sapi yang masih terlilit oleh seutas tali itu sepertinya lepas dari salah satu mesjid dan melarikan diri masuk ke dalam gereja.

Tak lama kemudian, beberapa warga masuk ke dalam gereja untuk mengamankan sapi tersebut dengan dibantu beberapa jemaat gereja. Anak saya yang saat itu berusia tiga tahun pun terlihat panik ketika menyaksikan sapi tersebut lari mengitari dalam gereja dan berusaha ditangkap oleh beberapa orang. Hingga kini, cerita itu sangat membekas di ingatan anak saya, dan ia mengerti bahwa hari raya kurban akan identik dengan sapi kurban.

Tahun lalu, saya pun mengajak anak saya untuk menyaksikan prosesi pemotongan hewan kurban di lingkungan mesjid yang berada di kompleks perumahan kami. Anak saya tak sedikitpun melepaskan genggaman tangannya sambil terlihat was-was kalau-kalau kejadian dua tahun lalu dimana sapi terlepas dan membuat keriuhan warga akan terjadi kembali.

Tahun ini suasana perayaan hari raya kurban terlihat sedikit berbeda. Di tengah kondisi pandemi covid-19 yang masih terjadi, pelaksanaan pemotongan hewan kurban harus dilaksanakan sesuai protokol kesehatan dengan tetap menjaga jarak.

Saya secara pribadi sangat berharap, meskipun dalam situasi pandemi yang mengharuskan kita tetap menjaga jarak satu dengan yang lain, umat muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia dapat tetap menunaikan ibadah hari raya idul adha 2020 dengan baik.

Malam ini, ketika merenungkan tentang hari raya kurban, saya pun langsung mengambil alkitab dan merenungkan kitab Kejadian 22 : 1 - 19. Alkitab memberikan judul nats ini dengan kalimat "Kepercayaan Abraham diuji".

Di awal narasi tersebut, dikatakan Allah mencoba Abraham dan datang dengan berfirman kepada Abraham agar ia mengambil anak satu-satunya yang dikasihinya yakni Ishak. Firman yang datang kepada Abaraham itu memerintahkan agar ia pergi ke tanah Moria dan mempersembahkan Ishak di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung.

Ketika membaca bagian ini, saya mencoba menempatkan diri pada posisi Abraham. Secara spontan, saya merenungkan betapa sulitnya kondisi Abraham saat itu. Anak semata wayang yang telah lama dinantikan dan lahir saat ia telah berumur seratus tahun, namun kini Allah menyuruh untuk menjadikan Ishak sebagai korban bakaran yang dipersembahkan untuk Allah.

Secara manusiawi, kemungkinan besar Abraham sedang merasakan kesedihan atau bahkan kekecewaan yang sangat mendalam. Jika ia bisa protes, mungkin ia akan datang kepada Allah menyatakan ketidak mengertiannya, mengapa Allah menyuruhnya melakukan itu.

Namun, hal itu tidak dilakukan oleh Abraham. Keesokan harinya, bangunlah Abraham lalu memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya. Kemudian, ia membelah kayu sebagai bahan bakar dan berangkat ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya.

Entah apa yang dipikirkan oleh Abraham saat itu, mungkin saja masih ada seribu tanda tanya dibenaknya mengapa Allah menyuruhnya melakukan itu semua. Namun, ketika membaca apa yang dilakukan Abraham ini, kita sampai pada kesimpulan bahwa meskipun di tengah kondisi yang sulit dimengerti, Abraham menunjukkan kualitasnya sebagai seorang hamba Allah yang taat dan setia pada apa yang diperintahkan Allah kepadanya.

Apa yang dialami Abraham ini, mungkin saja pernah, sedang atau akan mungkin juga kita alami. Ada suatu masa, dimana kita merasa sepertinya Tuhan sedang tidak berpihak atau sedang tidak memahami isi hati kita. Mungkin saja kita merasa sepertinya Tuhan sedang memberikan pilihan yang sulit, mengikuti perintahnya meski harus mengorbankan kenyamanan dan apa yang kita miliki, atau mempertahankannya dan tidak memilih untuk mematuhi perintah Tuhan.

Melalui bagian ini, sebagai umat Allah kita diingatkan apakah kita adalah hambaNya yang taat, yang bersedia menuruti segala perintahNya secara total tanpa syarat. Atau kita adalah hamba yang tidak setia, yang lebih memilih dunia ketimbang ketaatan dan ketundukan pada perintahNya.

Setelah tiga hari perjalanan, Abraham dan rombongan itupun tiba tidak jauh dari tempat yang dimaksud oleh Allah. Abraham lalu meminta kedua bujangnya itu untuk tinggal disitu dengan keledai miliknya, sementara ia dan Ishak akan pergi ke atas gunung untuk sembahyang disana.

Kemudian Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak. Sedangkan di tangannya, ia membawa api dan sebilah pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama menuju gunung tempat pengorbanan itu.

Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham di tengah ketidak mengertiannya pada apa yang akan dilakukan ayahnya itu. Dengan polos ia bertanya, "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?". Sungguh suatu pertanyaan yang menyayat hati Abraham.

Dengan imannya, Abraham pun menjawab, "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku". Entah bagaimana perasaan Abraham ketika mengatakan itu, yang jelas sedikitpun ia tidak ingin berubah pikiran, dengan taat ia akan mematuhi perintah Allah itu sampai tuntas.

Ketika keduanya tiba di tempat yang dikatakan Allah kepada Abraham, ia kemudian mendirikan mezbah, menyusun kayu, mengikat Ishak, dan meletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Kemudian Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih Ishak. 

Namun tiba-tiba, berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada Abraham dan memerintahkannya supaya jangan membunuh Ishak, " ... jangan kau apa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu  yang tunggal kepada-Ku." (Kej 22 : 12).

Kemudian Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya. Abraham lalu menamai tempat itu "TUHAN menyediakan", sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: "Di atas gunung TUHAN, akan disediakan".

Ketika membaca kisah Abraham ini, saya sangat terharu pada kesetiaan Abraham sekaligus bagaimana Allah ternyata bukan sedang tidak memahami dan mengerti isi hati Abraham. Seperti judul yang diberikan perikop ini, ternyata Tuhan sedang menguji kepercayaan Abraham dan ujian ini dijawab tuntas oleh Abraham dengan ketaatan penuh.

Dari kisah ini, kita belajar apa artinya sebuah ketaatan kepada Tuhan. Seringkali memang kita sedang berada dalam kondisi yang sulit untuk dimengerti. Namun dari kisah ini, Tuhan sesungguhnya ingin melihat seberapa besar ketaatan kita sebagai seorang hamba. Dan jika kita berhasil melewati ujian itu dengan ketaatan penuh, maka Tuhan pasti akan menyediakan bagian terbaik bagi hambaNya yang setia.

Di akhir bacaan itu, untuk kedua kalinya berserulah Malaikat Tuhan dari langit kepada Abraham, kata-Nya: "Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri ... karena engkau telah berbuat demikian, ..., maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, ... Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku".

Sungguh akhir cerita yang mengharu biru. Karena ketaatannya kepada Tuhan, Abraham tidak hanya tetap mendapatkan Ishak bersamanya, tetapi Tuhan berjanji bahwa berkat Tuhan akan berlimpah-limpah dialami oleh Abraham. Dan bukan itu saja, Tuhan akan membuat keturunan Abraham akan sangat banyak dan melalui merekalah semua bangsa akan diberkati oleh Tuhan.

Sungguh suatu janji indah yang diperoleh Abraham di masa tuanya. Yang bahkan menurut kacamata manusia adalah suatu kemustahilan, mengingat usianya yang sudah sangat tua.

Namun, janji ini adalah janji yang langsung disampaikan oleh Tuhan sendiri. Dan sebagaimana Abraham selama ini telah teruji dalam mempercayai Tuhannya itu secara total, janji itupun akan ia pegang teguh hingga segala sesuatu akan terjadi sesuai kehendak Tuhan.

Jika Tuhan sudah berjanji kepada hambaNya, pastilah DIA akan menepati seluruh janji itu asalkan Ia mendapati kita sebagai hambaNya yang taat dan setia.

Karena itu, hal yang pertama dan utama yang harus kita lakukan adalah bukan berfokus pada berkat-berkat yang akan diberikan Tuhan, tetapi berfokuslah pada ketundukan, ketaatan dan kesetiaan kepada seluruh perintah Tuhan.

Jika kita berhasil membuktikan diri sebagai seorang hamba yang taat dan setia, maka percayalah, bahwa Tuhan tidak akan ingkar janji memberkati kita sesuai dengan kasih karunia-Nya.

Dan seandainya pun berkat-berkat itu tak juga kunjung kita dapatkan di akhir hidup kita, maka sekali lagi, tugas kita adalah tetap taat dan setia kepada-Nya.

Selamat merayakan dan memaknai hari raya Idul Adha 2020.

Kiranya Tuhan mendapati kita sebagai hamba-Nya yang taat dan setia, sehingga DIA segera menjawab doa-doa kita, dan membebaskan kita dari pandemi covid-19 seturut kehendak-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun