Selain saya, istri dan anak kami, setiap minggu orangtua dan keluarga adik saya juga ikut bergabung bersama kami di rumah untuk beribadah. Selama ini, kami dapat beribadah dengan baik dan menikmati setiap prosesi yang ada dengan hikmat.
Layaknya beribadah di gereja, pada minggu pagi kami mempersiapkan diri dengan berpakaian seperti ke gereja. Kami duduk bersama di ruang tamu dan menghadap dinding yang menjadi tempat proyeksi layar laptop. Dengan menambahkan perangkat speaker sebagai pengeras suara, kami dapat menyampaikan lagu pujian sebagaimana yang dipandu musik dan pemimpin pujian dari gereja yang menayangkan live streaming.
Demikian juga saat Pengkhotbah menyampaikan firman Tuhan sebagai renungan, kami dengan hikmat mendengarkan dan mengambil banyak pelajaran dari khotbah yang disampaikan. Persembahan kami sampaikan ke gereja dengan memasukkannya ke dalam amplop dan menyerahkannya kepada salah seorang pengurus gereja.
Setelah ibadah live streaming untuk jemaat dewasa selesai dilakukan, dilanjutkan dengan ibadah sekolah minggu untuk anak-anak kami yang masih balita. Istri saya mendampingi anak-anak untuk dapat beribadah memuji Tuhan dan mendengarkan renungan yang disampaikan oleh kakak sekolah minggu secara online.
Di akhir keseluruhan ibadah, kami melanjutkan acara makan bersama. Biasanya orangtua saya menyiapkan makanan untuk kami nikmati bersama seusai ibadah. Ini menjadi kesempatan kami membangun kebersamaan dan kedekatan di tengah keluarga besar.
Pada dasarnya, kami cukup bisa menikmati masa-masa beribadah di rumah selama pandemi ini. Salah satu alasan yang cukup kuat untuk tetap melanjutkan ibadah di rumah saat gereja mulai dibuka kembali nanti adalah usia orangtua saya yang sudah di atas 60 tahun, dan ada dua balita di tengah keluarga besar kami.
Sebagaimana disarankan oleh pemerintah, orangtua dan balita merupakan kelompok rentan yang tidak dianjurkan untuk beribadah di gereja di masa new normal. Tentu saja kami tidak mungkin meninggalkan orangtua dan anak-anak di rumah, dan pergi beribadah ke gereja.
Ini yang menjadi alasan untuk tetap memilih melanjutkan ibadah di rumah saat gereja dibuka nanti. Selain tentu saja tidak jadi masalah bagi kami untuk menikmati lebih banyak waktu ke depan melanjutkan beribadah di rumah.
#2 Datang ke Gereja untuk Beribadah
Pilihan kedua ini mungkin saja banyak menjadi pilihan bagi orang-orang. Seperti saya tuliskan di atas tadi, saya sering membaca kerinduan orang-orang untuk beribadah ke gereja seperti sedia kala, sebagaimana curhat mereka di media sosial.
Beberapa orang mungkin saja tidak bisa merasakan kesempurnaan beribadah di rumah layaknya beribadah di gereja. Hal ini tentu saja dapat dimaklumi, dan ada banyak faktor yang bisa jadi alasannya. Tidak ada yang salah dengan ini.