Kehadiran virus corona telah membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia. Tidak hanya telah merusakan tatanan kesehatan, tetapi juga mengubah tatanan kehidupan sosial dan budaya kita.
Tak terkecuali pada dunia pendidikan, pandemi covid-19 juga telah mengubah wajah pendidikan dunia. Hasil survei UNESCO menyatakan, lebih dari 91% populasi siswa dunia telah dipengaruhi oleh penutupan sekolah. Pembelajaran tatap muka di kelas-kelas telah diganti menjadi pertemuan virtual secara online.
Hal ini menjadi tantangan baru bagi pendidikan kita di Indonesia, dengan berbagai kompleksitas yang telah ada selama ini. Bagaimana sistem pendidikan nasional dapat memastikan bahwa semua siswa memiliki akses yang sama untuk pendidikan berkualitas selama pandemi covid-19?
Pendidikan menuju new normal bukanlah suatu dilema. Dunia Pendidikan kita sudah dipastikan berubah karena pandemi yang belum berakhir. Mau tidak mau, kita harus berdamai dengan covid-19 dan memasuki sebuah tatanan pendidikan baru, pendidikan new normal.
Tahun Pelajaran 2020/2021 sudah di depan mata. Pemerintah merencanakan akan membuka kembali sekolah pada minggu kedua bulai juli nanti. Pembatasan jam buka sekolah akan dilakukan, direncanakan proses kegiatan belajar mengajar hanya akan dilaksanakan maksimum 5,5 jam per hari.
Siswa akan masuk ke sekolah dengan sistem shift untuk mengurangi jumlah orang yang berada dalam kelas. Dalam satu kelas, siswa tidak boleh melebihi 18 orang sehingga memungkinkan pengaturan jarak di dalam kelas.
Pembatasan jam belajar dan penerapan sistem shift, hanya memungkinkan proses pembelajaran dilaksanakan dengan model Blended Learning, memadukan antara pertemuan tatap muka dan pertemuan daring (online). Keduanya, baik daring maupun luring harus direncanakan sedemikian rupa agar memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum.
Pada dasarnya, pendidikan di era new normal harus mengedepankan dua prinsip, yaitu tidak membahayakan dan realistis. Keselamatan dan kesejahteraan siswa harus menjadi hal terpenting, namun tetap mengupayakan secara realistis untuk pencapaian tujuan pembelajaran.
Orang tua atau wali siswa dipastikan akan memainkan peran besar dalam membantu siswa berhasil saat shift pembelajaran online dilakukan dari rumah. Namun perlu tetap diingat, bahwa orang tua bukan guru yang terlatih untuk mengambil tugas yang menantang ini. Karena bagaimanapun juga, orang tua masih berurusan dengan tugas dan tuntutan lainnya di rumah.
Guru dan orang tua perlu membangun komunikasi intensif agar orang tua dapat menjalankan perannya dengan baik. Bagaimanapun, orang tua yang tahu jelas terkait lokasi dan lingkungan rumah tinggal siswa terkait kenyamanan, keamanan dan ketersediaan kebutuhan dasar yang memadai untuk proses pembelajaran. Juga terkait kondisi mental dan emosi siswa saat belajar di rumah.
Guru perlu memberikan informasi kepada orang tua terkait sumber daya dan alat yang harus disediakan. Jika membutuhkan akses ke teknologi, diperlukan komunikasi terkait jenis teknologi yang digunakan dan berapa lama akan digunakan.