Saat ini chatting dengan aplikasi di smartphone telah menjadi gaya hidup dan hal yang sangat dinikmati oleh banyak orang. Terlebih saat banyak yang di rumah saja seperti sekarang, hari-hari akan terasa sangat membosankan jika tidak berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain meski melalui medsos.
Selain WhatsApp, sebenarnya masih banyak aplikasi lain yang dapat digunakan untuk keperluan chatting di dunia maya. Sebut saja Line, Wechat, Telegram, Skype, KakaoTalk hingga Facebook Messenger. Namun tak dapat dipungkiri, WhatsApp masih merajai sebagai aplikasi chatting terpopuler di dunia, termasuk di Indonesia.
Saat ini, WhatsApp telah digunakan oleh lebih dari 5 miliar pengguna dari seluruh dunia. Selain untuk keperluan chatting, WhatsApp dipilih karena dilengkapi dengan berbagai fitur menarik lainnya seperti video call dan WhatsApp Group (WAG).
Sebuah survei online dilakukan situs jedda.id baru-baru ini terhadap pengguna WhatsApp pada rentang usia 19-38 tahun. Hasilnya menyebutkan, rata-rata tiap orang mengaku menjadi anggota 10 hingga 12 WAG. Meski sebagian mengaku hanya sebagai silent reader, namun fakta ini memberikan gambaran bahwa WAG telah menjadi gaya hidup dalam berinteraksi.
Berinteraksi dalam WAG terkadang menimbulkan suasana tak menyenangkan. Saat ada salah satu anggota yang left group, kita baru sadar bahwa WAG tersebut ternyata sudah tidak menjadi tempat yang nyaman lagi.Â
Left Group bisa menjadi bentuk protes atau luapan kekesalan dari salah seorang anggota WAG. Berbagai faktor bisa menjadi penyebab, mulai dari topik bahasan yang ada kurang menarik dan tidak penting, merasa berada di grup yang salah, tetapi bisa juga karena telah terjadi konflik antar anggota group.
Konflik memang sangat mungkin terjadi antar anggota di WAG. Pada dasarnya, setiap orang di WAG memiliki pemikiran dan kedewasaan yang beragam. Jika faktor perbedaan tidak dapat memperkaya anggota grup, maka konflik dan fenomena left group akan sangat mungkin sering terjadi.
Lalu, bagaimana agar WAG dapat terus menjadi tempat yang nyaman bagi seluruh anggota grup? Berikut 5 Tips menjaga agar tetap akur dalam WAG dan meminimalisir terjadinya left group.
#1 Pahami bahwa setiap orang berbeda
Hal pertama yang perlu kita pahami adalah setiap orang yang ada di WAG adalah unik dan berbeda. Dalam WAG keluarga sekalipun, dimana dalam setiap anggota mengalir darah keturunan yang sama, tetapi harus tetap disadari setiap orang berbeda apalagi terkait perbedaan usia.
Bukan berarti karena memiliki hubungan yang kuat dalam kekerabatan di satu WAG, kita yang muda-muda lantas bisa bebas berkomentar semaunya. Kita tetap perlu menunjukkan etika yang pantas saat di WAG layaknya saat berinteraksi secara langsung. Rasa hormat dan sikap santun perlu dijaga agar tidak menimbulkan perasaan tidak enak bagi yang usianya lebih tua.