Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Hari Pentakosta dan Hari Lahir Pancasila dalam Satu Bingkai Kasih

30 Mei 2020   22:02 Diperbarui: 1 Juni 2020   23:02 1458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Minggu (31/05/2020) merupakan hari raya Pentakosta, salah satu hari besar bagi umat Kristen di seluruh dunia. Hari ini dikenal juga dengan hari turunnya Roh Kudus. Dalam tradisi gereja, kehadiran Roh Kudus sering dilambangkan dengan burung merpati putih.

Hari Pentakosta diperingati sepuluh hari setelah hari Kenaikan Yesus Kristus yang dirayakan pada minggu lalu. Hari ini merupakan hari kelima puluh setelah kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati.

Sejarah tentang hari raya Pentakosta, tercatat di kitab Kisah Para Rasul (KIS) pada pasal kedua. Secara lengkap, Lukas menuliskannya pada KIS 2 : 1-4.

"(1) Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. (2) Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; (3) dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. (4) Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya."

Jauh sebelum Yesus Kristus lahir ke dunia, bangsa Israel telah mengenal hari raya Pentakosta sebagai hari kelima puluh setelah hari raya paskah. Sebagaimana yang dicatat oleh Lukas di kitab Kisah Para Rasul, saat hari Pentakosta itu tiba, semua orang percaya berkumpul di suatu tempat untuk merayakannya.

Alkitab versi NIV menjelaskan bahwa orang-orang yang berkumpul tersebut merujuk pada kesebelas orang rasul yang merupakan murid-murid Yesus, diluar Yudas Iskariot yang berkhianat ditambah murid lainnya.

Ketika para murid telah berkumpul pada hari itu, tiba-tiba terdengar tiupan angin keras turun dari atas langit. Lalu, mereka melihat lidah api yang menyala-nyala. Peristiwa supranatural ini sekaligus sebagai tanda Roh Kudus telah turun atas murid-murid. Hal ini terjadi sebagai penggenapan janji Yesus kepada para murid saat naik ke surga.

Sebagai tanda Roh Kudus telah dicurahkan, para murid dimampukan berbicara dalam bahasa lain yang belum pernah mereka pelajari sebelumnya. Orang lain yang mendengar perkataan para rasul itu terheran-heran karena rasul-rasul menggunakan bahasa sehari-hari mereka. Inilah yang dinamakan karunia Roh Kudus atau bahasa Roh.

Menarik untuk direnungkan, apa sebenarnya yang dikatakan oleh rasul-rasul itu di hari Pentakosta?

Di ayat kesebelas, Lukas selanjutnya memberikan penjelasan bahwa para rasul itu mengatakan tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah.

Ketika merenungkan ini, saya mengaitkannya dengan janji dan tugas yang dilimpahkan Yesus kepada murid-murid saat hari kenaikanNya ke sorga. Yesus menjanjikan Roh Kudus turun untuk menolong para murid melakukan tugasnya yaitu menjadi saksi yang efektif di tengah dunia.

Ketika membaca nats ini, saya sampai pada kesimpulan bahwa tugas para murid sebagai saksi adalah menceritakan kebaikan-kebaikan Tuhan kepada orang lain. Hal ini sangat memungkinkan dapat dilakukan karena Roh Kudus telah diam di hati para murid.

Lalu, apa makna perayaan hari Pentakosta bagi kita umat kristen saat ini?

Pertama, hari Pentakosta mengingatkan kita bahwa Roh Kudus yang dijanjikan itu telah dicurahkan kepada setiap orang percaya, termasuk bagi kita umat kristen masa kini.

Menyadari bahwa Roh Kudus telah tinggal di hati setiap orang percaya, mengingatkan kita agar tidak lagi sembarangan menjalani kehidupan. Orang kristen yang hidupnya sembarangan, sesungguhnya tidak mencerminkan Roh Kudus yang telah tinggal di hatinya.

Kehadiran Roh Kudus di hati kita, juga bertujuan menguduskan dan membersihkan hidup kita dari dosa-dosa. Karena itu, tugas dan tanggung jawab kita sebagai orang percaya adalah bersungguh-sungguh menuruti dan menaati perintah Tuhan untuk meninggalkan dosa-dosa.

Sebagai orang kristen yang tinggal di tengah masyarakat yang majemuk, tugas kita adalah menjaga hidup kita tetap bersih dan berintegritas, agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. Hal ini jugalah yang seharusnya kita kejar, kita harus selalu kedapatan bersih dan tak bercela sebagai orang Kristen di kantor atau tempat kita bekerja.

Kedua, hari Pentakosta mengingatkan kita kembali tentang tugas kita untuk memberitakan perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah. Terutama di saat sulit seperti sekarang ini, tugas kita makin relevan sebagai pemberita kabar baik kepada orang lain.

Sebagai seorang pemberita kabar baik, tugas kita adalah menceritakan kebaikan Allah dan karya keselamatan yang dikerjakan Yesus di kayu salib bagi orang-orang yang belum mendengarkannya. Memberitakan tentu tidak hanya dengan memproklamirkan kabar baik itu, namun hidup kita sendiri juga harus menjadi kabar baik bagi orang lain. 

Kapan terakhir kali kita memberikan kabar baik dari Tuhan? Bagaimana hidup kita sebagai seorang saksi Tuhan di tengah dunia saat ini? Mari merenungkannya sejenak.

Saat ini, berita-berita hoax telah menjadi berita tidak baik yang dengan mudahnya sampai di telinga kita. Dengan kemampuan menyaring berita yang terbatas, terkadang berita hoax telah membuat banyak orang jadi stres dan saling menyalahkan satu sama lain. Tugas kita sebagai saksi Kristus masa kini adalah tidak turut menyebarkan berita-berita hoax yang belum tentu kebenarannya.

Termasuk berita-berita dan informasi soal covid-19. Pandemi covid-19 ini telah cukup membuat kehidupan kita terasa sulit. Tetapi meneruskan berita-berita buruk dan melemahkan semangat harus kita hentikan. Gunakanlah handphone untuk menyebarkan hal-hal baik dan bermanfaat bagi orang lain.

Tidak ada salahnya kita menegur orang-orang yang sering berpikir negatif, apalagi yang suka menebarkan ujaran kebencian. Tugas kita adalah menjadi penetral atas berita-berita negatif dan semua ujaran kebencian yang menimbulkan perselisihan.

Sedapat mungkin, kita memilih teman bergaul dan menghindari orang-orang yang demikian. Karena bagaimanapun juga, perkataan negatif yang sering kita dengar akan turut membawa energi negatif kepada kita.

1 Juni 2020, tepat 1 hari setelah hari Pentakosta, bangsa Indonesia akan merayakan hari lahir Pancasila. Kita bersyukur hidup di negara yang menjunjung tinggi nilai Ketuhanan, dimana hak-hak kita untuk beribadah dijamin dan dilindungi oleh negara sesuai dengan sila pertama Pancasila. 

Di hari Pentakosta ini dan dengan semangat memperingati hari lahir Pancasila, kita kembali diingatkan agar fokus pada tugas kita untuk menceritakan kabar baik sebagai wujud kasih kita kepada orang-orang di sekitar. Dan sebagai bagian dari bangsa yang menjunjung nilai Pancasila, tugas kita adalah menjaga kerukunan antar umat beragama dengan saling mengasihi.

Mari merayakan hari Pentakosta dan hari lahir Pancasila dalam 1 bingkai kasih. Mari terus memberitakan kabar baik sebagai saksi Kristus dan terus menebarkan kerukunan dan kasih sebagai bagian dari bangsa yang berPancasila di tengah situasi yang sulit ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun