Dalam hal inilah sebagai orangtua, kita perlu berimprovisasi dan memodifikasi cerita, agar cerita tentang si kancil membawa anak pada pesan moral yang ingin kita sampaikan.
Saat menutup cerita, kita harus segera mengalihkan anak pada pesan utama dari cerita tersebut. Misalnya karakter apa yang perlu diladani anak dari tokoh-tokoh yang diceritakan. Atau sifat buruk apa yang harus harusnya tidak ditiru oleh anak.
Terkadang, cerita yang pernah didengar anak, bisa menjadi cara kita menegur dan menasehati anak. Saat anak sedang menunjukkan karakter yang tidak baik, kita bisa mengingatkan tentang salah satu tokoh dari satu cerita yang pernah anak dengar sebelumnya. Hal ini akan membuat anak dengan mudah menerima terguran yang sedang kita lakukan.
Ketiga, mendisiplikan anak dengan cerita dapat membangun kedekatan orangtua dan anak.
Saat bercerita, anak hanya berdua bersama ayah atau ibunya. Momen berdua ini adalah momen berharga dan membekas yang dirasakan anak.Â
Menyadari bahwa ayah atau ibunya lebih memilih waktu berdua dan bercerita bersamanya ketimbang sibuk dengan gawai, akan membuat kesan yang mendalam bagi anak.
Apalagi kesan pada sosok seorang ayah yang selama ini seharian sibuk bekerja di kantor. Menyediakan waktu bercerita bersama anak dapat menimbulkan kedekatan emosional antara ayah dan anak.
Kedekatan ayah dan anak sangat penting dalam perkembangan dan pertumbuhan seorang anak. Anak yang mengalami kedekatan dengan kedua orangtuanya, tidak hanya pada ibu tetapi juga pada ayah, akan bertumbuh optimal secara fisik maupun mental.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H